5 Fakta Eks Gubernur Jakarta Henk Ngantung, Seniman Teman Chairil Anwar yang Dituduh Antek PKI

Rabu, 15 Mei 2024 - 06:02 WIB
loading...
5 Fakta Eks Gubernur Jakarta Henk Ngantung, Seniman Teman Chairil Anwar yang Dituduh Antek PKI
Henk Ngantung menjadi Gubernur DKI Jakarta tahun 1964. Pria berdarah Tionghoa ini banyak menyumbangkan jasa-jasanya untuk Kota Jakarta. Foto: Ist
A A A
JAKARTA - Sosok Henk Ngantung mungkin masih terdengar asing bagi sebagian warga Jakarta. Namanya kalah mentereng dibandingkan mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin atau Sutiyoso/Bang Yos.

Meski demikian, bukan berarti Henk Ngantung tidak memiliki kontribusi bagi Jakarta. Pria berdarah Tionghoa yang menjadi Gubernur DKI Jakarta tahun 1964 ini justru banyak menyumbangkan jasa-jasanya untuk Jakarta.



Lantas, siapa sebenarnya Henk Ngantung? Simak sederet fakta mengenai Henk Ngantung.

Fakta Henk Ngantung

1. Merantau ke Jakarta

Hendrik Hermanus Joel Ngantung atau biasa dikenal Henk Ngantung lahir di Manado, Sulawesi Utara, 1 Maret 1921. Dia merantau ke Jakarta sekitar tahun 1904.

Waktu itu, Jakarta masih bernama Batavia dan menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda. Di sana, dia mulai merintis kariernya sebagai seniman.

Mengutip laman Dispusip.jakarta.go.id, Henk Ngantung bergiat di Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Melalui tempat ini pula, dia mendapat kenalan baru dan berinteraksi dengan pelukis kenamaan, termasuk Sudjojono.

2. Jadi Seniman Terkemuka

Seiring waktu, nama Henk Ngantung mulai dikenal banyak orang. Beberapa karyanya yang menakjubkan adalah lukisan "Memanah", patung Selamat Datang, sketsa Perundingan Linggarjati hingga sketsa perempuan yang dijadikan pelayan militer Jepang.

Pada 1946, Henk Ngantung menjadi salah satu pendiri Gelanggang Seniman Merdeka. Komunitas ini menghimpun kaum seniman Angkatan 45 yang berisikan nama-nama besar termasuk Chairil Anwar, Haruddin MS, Mochtar Apin, dan lainnya.

Statusnya yang mulai dikenal sebagai seniman ternama turut mengenalkannya dengan orang-orang penting dalam negeri. Hal ini tak terkecuali Presiden Soekarno.

Sempat dibujuk untuk bergabung sebagai anggota Dewan Nasional (cikal bakal Dewan Pertimbangan Agung), Soekarno waktu itu juga punya ambisi untuk membuat Ibu kota Jakarta terlihat lebih indah dan tertata.

Akhirnya, dia memiliki ide untuk mencari pemimpin yang dapat mewujudkan ambisinya dan sosok tersebut mengarah ke Henk Ngantung.

3. Gubernur Beretnis Tionghoa Pertama di Jakarta

Pada 1960, Henk Ngantung ditunjuk menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk mendampingi Soemarno. Beberapa waktu berselang, dia naik jabatan dan dipercaya menjadi Gubernur DKI Jakarta tepatnya tahun 1964.

Posisi Gubernur Jakarta ditempati Henk Ngantung menggantikan Soemarno yang naik level menjadi Menteri Dalam Negeri. Hal ini membuatnya tercatat sebagai gubernur pertama di Jakarta yang beretnis Tionghoa.

Pada penunjukannya, Soekarno ingin Henk Ngantung menggunakan bakatnya untuk mempercantik Jakarta. Setelahnya, isi kota pun mulai dibangun ikon-ikon yang memantik semangat kebangsaan.

Secara tidak langsung, Henk Ngantung menjadi sosok yang meletakkan fondasi penting pembangunan Jakarta sebagai ibu kota yang tertata dan indah. Sekalipun periode kepemimpinannya cukup singkat yakni hanya 11 bulan saja.

4. Dituduh Pendukung PKI

Sejak diangkat menjadi Gubernur Jakarta sebenarnya sudah muncul pandangan negatif dari berbagai pihak tentang Henk Ngantung. Tergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra), dia dianggap sebagai antek PKI.

Bahkan, setelah lengser Henk Ngantung masih dicap sebagai pendukung PKI. Kondisi tersebut membuat kelangsungan hidupnya bersama keluarga menjadi susah.

5. Akhir Hayat

Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, Henk Ngantung menjalani hidup dengan menjual lukisan. Masa tuanya dijalani dengan sakit-sakitan.

Pada akhirnya, Henk Ngantung meninggal di Jakarta, 12 Desember 1991. Waktu itu, usianya sudah memasuki 70 tahun.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1088 seconds (0.1#10.140)
pixels