Kenapa Tangerang Banyak Lapas? Begini Cerita dan Sejarahnya
Sabtu, 11 September 2021 - 05:05 WIB
Residentei Batavia, Residen membawahi tiga Asisten Residen (Meester Cornelis, Buitenzorg dan Tangerang).
Baca juga: Ditjen PAS Segera Renovasi Blok C2 Lapas Tangerang
Di Afdeeling Bekasi masih dipimpin oleh Schout (di bawah Asisten Residen di Meester Cornelis). Pada tahun 1869 terjadi kerusuhan di Bekasi, Asisten Residen Meester Cornelis dan Schout Bekasi terbunuh. Oleh karena kekosongan pimpinan daerah di Meester Cornelis (termasuk Bekasi) dirangkap oleh Asisten Residen Tangerang (hingga Asisten Residen Meester Cornelis yang baru diangkat).
Dalam perkembangannya fungsi schout (kecuali di Bekasi) menjadi fokus soal keamanan (semacam kepala polisi). Fungsi schout ini selain ditemukan Batavia (di Weltevreden dan Tanah Abang) juga terdapat di Semarang dan Soerabaja serta Cheribon. Schout telah bertransformasi menjadi polisi. Inilah sejarah awal polisi di Hindia Belanda. Sementara itu fungsi schout/onderschout di district Tangerang masih merangkap dalam tugas pemerintahan untuk membantu Asisten Residen.
Pada 1873, fungsi Schout yang merangkap tugas pemerintahan ini di Residentie Batavia digantikan oleh fungsi yang baru yakni Demang. Dalam hal ini Demang adalah pejabat pemerintah yang diangkat yang berasal dari orang pribumi. Demang membawahi polisi-polisi yang dipekerjakan untuk membantu tugas Demang.
Sementara di kota-kota seperti Batavia, schout adalah kepala polisi (semacam kapolsek) seperti yang terdapat di Weltevreden, Tanah Abang, Pasar Baroe dan Senen. Schout ini adalah orang Eropa/Belanda. Salah satu schout terkenal di Batavia adalah Schout Hinne yang berhasil menembak si Pitoeng pada tahun 1893. Si Pitoeng sebelumnya pernah di penjara Meester Cornelis dan melarikan diri.
Lihat Juga: Profil Beni Hidayat, Kalapas Salemba yang Sangkal Tudingan Alvin Lim Soal Penahanan Ferdy Sambo
Baca juga: Ditjen PAS Segera Renovasi Blok C2 Lapas Tangerang
Di Afdeeling Bekasi masih dipimpin oleh Schout (di bawah Asisten Residen di Meester Cornelis). Pada tahun 1869 terjadi kerusuhan di Bekasi, Asisten Residen Meester Cornelis dan Schout Bekasi terbunuh. Oleh karena kekosongan pimpinan daerah di Meester Cornelis (termasuk Bekasi) dirangkap oleh Asisten Residen Tangerang (hingga Asisten Residen Meester Cornelis yang baru diangkat).
Dalam perkembangannya fungsi schout (kecuali di Bekasi) menjadi fokus soal keamanan (semacam kepala polisi). Fungsi schout ini selain ditemukan Batavia (di Weltevreden dan Tanah Abang) juga terdapat di Semarang dan Soerabaja serta Cheribon. Schout telah bertransformasi menjadi polisi. Inilah sejarah awal polisi di Hindia Belanda. Sementara itu fungsi schout/onderschout di district Tangerang masih merangkap dalam tugas pemerintahan untuk membantu Asisten Residen.
Pada 1873, fungsi Schout yang merangkap tugas pemerintahan ini di Residentie Batavia digantikan oleh fungsi yang baru yakni Demang. Dalam hal ini Demang adalah pejabat pemerintah yang diangkat yang berasal dari orang pribumi. Demang membawahi polisi-polisi yang dipekerjakan untuk membantu tugas Demang.
Sementara di kota-kota seperti Batavia, schout adalah kepala polisi (semacam kapolsek) seperti yang terdapat di Weltevreden, Tanah Abang, Pasar Baroe dan Senen. Schout ini adalah orang Eropa/Belanda. Salah satu schout terkenal di Batavia adalah Schout Hinne yang berhasil menembak si Pitoeng pada tahun 1893. Si Pitoeng sebelumnya pernah di penjara Meester Cornelis dan melarikan diri.
Lihat Juga: Profil Beni Hidayat, Kalapas Salemba yang Sangkal Tudingan Alvin Lim Soal Penahanan Ferdy Sambo
(jon)
tulis komentar anda