Menara Syahbandar, Menolak Punah Meski Dikepung Derap Pembangunan (2-Tamat)

Minggu, 07 November 2021 - 05:37 WIB
loading...
Menara Syahbandar, Menolak Punah Meski Dikepung Derap Pembangunan (2-Tamat)
Kondisi Menara Syahbandar tahun 1860-1865. Foto: dokumentasi laman resmi Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya milik Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
A A A
JAKARTA - Menurut catatan dan data Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya milik Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ( Kemendikbudristek ) dan pengelola Museum Kebaharian Jakarta, Menara Syahbandar pernah menjadi bangunan tertinggi di Batavia pada abad ke-18, bahkan dari lantai 3 bisa melihat langsung ke arah pelabuhan Sunda Kelapa .

baca juga: Menara Syahbandar, Larik Sejarah di Tengah Angkuh Ibu Kota (1)

Di masa silam, lingkungan di sekitar menara disebut sebagai area Galangan Kapal milik Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda yang mulai berfungsi sejak 1632.Masih berdasarkan data Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta, bangunan Museum Bahari atau bastion culemborg yang terdapat pondasi Menara Syahbandar didirikan pada era VOC.

menara1
Kondisi Menara Syahbandar tahun 2021

Staf Edukasi sekaligus Tour Guide Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta Firman Faturohman menuturkan, sebenarnya berdasarkan data yang dimiliki Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta di masa kepemimpinan Ali Sadikin , tidak ada penetapan Menara Syahbandar sebagai titik nol kilometer Jakarta. Yang ada, kata Firman, pada 1977 Ali Sadikin meresmikan kompleks Museum Bahari termasuk di dalamnya area Menara Syahbandar selepas pemugaran rampung pada 1976.

"Batu prasasti yang ada tulisan Cina di Gedung Tera (Gedung Meridian Utama) tidak tertulis jelas dan pasti kapan tahunnya. Tapi kemungkinan pada saat Gedung Tera dibangun sekitar 1800-an. Prasasti itu prasasti titik nol. Kemungkinan prasasti titik nol itu dibuat oleh pekerja yang dulu ada di situ. Fondasi Menara Syahbandar didirikan di zaman VOC," ungkap Firman.

baca juga: Sejarah Jakarta, Disebut di Batu Tulis Purnawarman yang Berkembang Menjadi Bandar Besar

Pada Desember 2014, arkeolog asal Belanda sekaligus peneliti Indonesian Heritage Society Arnold Haag berhasil merampungkan penelitian terhadap menara-menara yang ada di kompleks Museum Bahari, satu di antaranya adalah Menara Syahbandar. Kopian dokumen hasil penelitian juga disimpan oleh Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta. Arnold memastikan, ukuran batu prasasti dengan tulisan Cina yang ada di Gedung Tera persisnya 50 x 56 cm. Batu ini memperingati (menunjukkan) bahwa Meridian Utama atau garis bujur asal (nol) melewati titik ini.

menara2
Batu Prasasti Titik Nol Kilometer Jakarta beraksara Cina,
berukuran 50 x 56 cm, di Gedung Meridien Utama (Gedung Tera)
samping kiri gedung utama Menara Syahbandar. Foto: Sabir Laluhu.


"Tertulis, kiri: kantor survei, kanan: asal garis bujur. Batu yang berwarna hitam itu berukuran 50 x 56 cm tidak diketahui siapa yang menempatkan batu di sini dan kapan waktu batu ditempatkan di sini. Mengapa karakter Cina yang digunakan juga tidak diketahui," bunyi kopian dokumen hasil penelitian Arnold Haag yang diperoleh KORAN SINDO.

Arnold melanjutkan, untuk batu prasasti dengan aksara Cina berukuran persegi panjang yang ada di lantai 1 Ruang Menara Syahbandar adalah batu nisan. Tulisannya kurang lebih memiliki arti, makam seorang kepala keluarga bernama Huang Chi Weng pada masa Kerajaan Guang Xu padatahun 14 Kerajaan Guang Xu (1888 Masehi). Menurut Arnold, dua batu prasasti beraksara itu bisa saja dibuat pada waktu yang sama, kira-kira tahun 1888.

baca juga: Di Era Gubernur DKI Jakarta Ini Monas dan Patung Selamat Datang Dibangun

Firman menceritakan, dahulu kala di Gedung Tera terdapat alat seperti tiang yang menjadi penanda waktu internasional dan garis meridian utama. Di masa penjajahan Belanda, fungsi Menara Syahbandar adalah menara pemantau (uitkijk) lalu lintas kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa dan kantor pabean. Di masa penjajahan Jepang, fungsinya sempat berubah sebagai gudang logistik. Selain itu, ada cerita yang beredar bahwa di kompleks Menara Syahbandar terdapat terowongan bawah tanah yang menuju atau ujungnya mengarah ke kawasan Kota Tua dan kompleks Monumen Nasional (Monas).

menara3
Penjara bawah tanah di bawah gedung utama Menara Syahbandar.
Foto: Sabir Laluhu.


"Kalau ruang terowongan bawah tanah sih saat ini belum diketahui pastinya. Kemungkinan sih ada. Tapi masih harus dibuktikan lagi dengan penelitian lebih lanjut, karena itu masih rumor-rumor. Katanya sih ada petanya, tapi kami belum temukan juga petanya," tandas Firman.

Kini, Menara Syahbandar tak lagi menjadi gedung tertinggi di Jakarta. Deru pembangunan di Kota Jakarta membuatnya tak bisa lagi bertatapan langsung dengan Pelabuhan Sunda Kelapa. Ia terhimpit berbagai gedung yang menjulang tinggi. Tetapi sosoknya tetap menolak sirna dari ingatan warga Jakarta dan rakyat Indonesia. Ia masih tegak berdiri, kokoh di tengah hingar-bingar dan angkuh kota metropolitan.

baca juga: Anies Ceritakan 76 Tahun Lalu Separuh Warga Jakarta Pernah Berkumpul di Monas

Seyogianya pamor Menara Syahbandar dipoles ulang dan diangkat kembali oleh pemerintah pusat dalam hal ini Kemendikbud dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Agar ia bisa bersaing atau paling tidak setara dengan titik nol kilometer kota-kota lain yang mendapat perhatian dan kunjungan dari para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Ini agar ia tak kalah tenar oleh Tugu Monas dan kawasan Silang Monas, Jakarta Pusat, yang disebut-sebut telah mengakuisisi posisi titik nol Jakarta terhitung sejak sekitar 1980-an (Permana dkk, 2011: h. 1-5). Meski sampai saat ini, belum tampak dokumen resmi yang dipublikasikan pemerintah kepada publik terkait akuisisi tersebut.

menara4
Petugas mengecek penjara bawah tanah
di bawah gedung utama Menara Syahbandar.
Foto: Sabir Laluhu


Pemprov DKI Jakarta bisa memugar kembali area Menara Syahbandar disusul dengan promosi secara digital kepada khalayak, guna memantik daya tarik dan kedatangan calon pengunjung. Selain itu, Pemprov DKI bisa memulai penelitian lanjutan untuk menemukan bukti keberadaan pasti terowongan bawah tanah yang konon berada di area menara. Apalagi, tercatat bahwa pemugaran terakhir dilakukan Pemprov DKI Jakarta saat masih di bawah komando Ali Sadikin.
(ymn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0901 seconds (0.1#10.140)