Di Era Gubernur DKI Jakarta Ini Monas dan Patung Selamat Datang Dibangun

Sabtu, 28 Agustus 2021 - 05:10 WIB
loading...
Di Era Gubernur DKI Jakarta Ini Monas dan Patung Selamat Datang Dibangun
Gubernur DKI Jakarta Soemarno Sosroatmodjo periode 1960-1964 dan 1965-1966. Foto: Direktorial.wordpress.com
A A A
JAKARTA - Tahukah anda Monas dan Patung Selamat Datang dibangun pada era Gubernur DKI Jakarta siapa? Dua bangunan monumental tersebut dibangun pada zaman Gubernur Soemarno Sosroatmodjo yang memimpin Jakarta periode 1960-1964 dan 1965-1966.

Bangunan bersejarah lain yang dibangun yakni Gedung Sarinah dan Patung Pahlawan di Menteng, Jakarta Pusat.
Baca juga: Anies Ceritakan 76 Tahun Lalu Separuh Warga Jakarta Pernah Berkumpul di Monas

Dikutip dari laman propertyinside.id, Sabtu (28/8/2021), gebrakan paling menonjol yang dilakukan Soemarno yaitu program rumah minimalis untuk rakyat Jakarta.

Ketika Soemarno menjabat, Jakarta tengah bersiap menyongsong Asian Games 1962. Pemerintah pusat meminta Soemarno ikut membantu keberhasilan pembangunan gedung, fasilitas, dan jalan penunjang pesta olahraga terbesar Asia tersebut. Konsekuensinya, pembangunan tersebut harus mengorbankan penduduk Jakarta. Jumlah rumah yang dibongkar dan dibangun kembali sebanyak 8.652 unit.

Padahal, di saat yang sama ibu kota negara juga kekurangan 100 ribu rumah dan terus bertambah setiap tahun sebanyak 10 ribu rumah. Hal yang dilematis bagi pemimpin Jakarta saat itu, puluhan ribu orang tidak punya rumah, tidak sedikit yang mendirikan bangunan-bangunan liar. Segelintir yang mampu beruntung masih bisa menyewa rumah-rumah petak.

Soemarno mengupayakan jalan keluar masalah perumahan. Tanah lapang luas seperti di Cempaka Putih atau Pulo Mas menunggu digarap. Harga tanahnya pun masih murah sehingga dia berangan-angan warga golongan ekonomi lemah mampu membeli tanah di sana secara legal.
Baca juga: 7 Tempat Bersejarah di Jakarta Saksi Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

“Demi menyediakan rumah rakyat, pemerintah harus menguasai sebanyak mungkin tanah agar dapat mencegah spekulasi harga,” begitu pemikiran Soemarno saat itu.

Bisa dibilang Soemarno adalah penggagas ide hunian terjangkau di Jakarta. Konsep rumah minimalis ini adalah rumah seluas 90 meter persegi dibangun di atas tanah 100 meter persegi terdiri dari dua lantai dan lokasinya dekat tempat kerja.

Sayangnya, pemerintah daerah tak bisa sepenuhnya membangun rumah murah. Kemampuan keuangan pemerintah daerah saat itu tidak sanggup menyediakan kebutuhan papan sepenuhnya.

Sebagai solusi, pemerintah daerah bakal menjamin harga tanah murah, menghapus aturan Surat Izin Penghuni, menyediakan akses jalan, dan membangun fasilitas penunjang lainnya seperti air dan listrik. Pemda menyarankan warga membangun rumah secara sederhana di Cempaka Putih dan Pulo Mas.

Soemarno juga mengajak perusahaan swasta dan warga turut andil mendukung pembangunan rumah minimalis agar bisa menyentuh masyarakat lapisan bawah.
Baca juga: Kisah Heroik Kapten Muslihat Melawan Penjajah, Tetap Berdiri meski Peluru Sudah Menembus Perut

Itulah peninggalan Soemarno pada sektor perumahan di Jakarta. Pada 9 Januari 1991 Soemarno tutup usia. Beliau dimakamkan di TPU Karet, Jakarta Pusat. Namanya kemudian diabadikan menjadi nama rumah sakit di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Hal ini karena Soemarno sempat memimpin rumah sakit tersebut pada era prakemerdekaan.

Sebelum terjun ke dunia politik, Soemarno dikenal seorang dokter militer yang kerap ditugaskan ke wilayah-wilayah pelosok. Patut juga diketahui, Soemarno mempunyai cucu bernama Bimo Setiawan Almachzumi atau akrab dikenal Bimbim, pentolan grup band Slank.
(jon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1152 seconds (0.1#10.140)