Kisah Sopir Bajaj Rela Pindah Domisili dan Kantongi KTP DKI demi Anak Dapat KJP

Rabu, 24 April 2024 - 19:55 WIB
loading...
Kisah Sopir Bajaj Rela Pindah Domisili dan Kantongi KTP DKI demi Anak Dapat KJP
Sopir bajaj Agus Firmansyah membagikan kisahnya yang rela pindah ke DKI Jakarta demi sang anak mendapatkan bantuan sekolah berupa Kartu Jakarta Pintar (KJP). Foto: iNews Media/Atikah Umiyani
A A A
JAKARTA - Sopir bajaj Agus Firmansyah membagikan kisahnya yang rela pindah ke DKI Jakarta demi sang anak mendapatkan bantuan sekolah berupa Kartu Jakarta Pintar (KJP) .

Awalnya, Agus yang sudah menjadi sopir bajaj sejak tahun 2004 menuturkan sejak ada transportasi online, penumpang bajaj mengalami penurunan.

Bahkan, dalam satu hari dia hanya bisa mengantongi pendapatan kotor sebesar Rp100 ribu-Rp150 ribu.



"Belum setoran, belum beli gas. Jadi paling bawa pulang sisa setoran Rp60 ribu dan gas Rp20 ribu," ujar Agus, Rabu (24/4/2024).

Dengan pendapatan sekecil itu, dia harus menghidupi istri dan 2 anaknya yang berusia 17 tahun dan 10 tahun. Belum lagi biaya seragam sekolah yang memberatkan.

Karena itu, dia dan sang istri memutuskan pindah ke Jakarta dari Pandeglang, Banten.

"Seragam sekolah mahal, boro-boro dapat KJP. Saya sudah pindah dari tahun berapa ya pas anak saya yang kelas 3 SMK mau masuk kelas 1 pindah. Saya pindah alamat, pindah KTP DKI supaya dapat KJP eh tidak dapat juga," tuturnya.

Dia sudah melaporkan ke sekolah sang anak, namun ternyata diminta untuk mendaftar Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

"Tapi, saya kan nggak paham. Saya kalau tidak narik ya tidak makan. Kalau buat mondar-mandir belum tentu diterima, nggak apa-apalah sudahlah tidak usah gitu-gitu, narik saja," ucapnya.

Meski demikian, dia tetap bersyukur lantaran tahun ini anak pertamanya lulus sekolah. Terlebih perjuangannya terlalu berat dari pertama nikah hingga memiliki 2 anak.

"Terlalu berat perjuangannya. Dari pertama nikah sampai sekarang sudah punya anak 2 cari duit di jalanan bagaimana susahnya anak sekolah yang SMK bayaran setiap bulan Rp500 ribu, yang kecil Rp150 ribu ya mau bagaimana lagi cuma bisa narik bajaj," ujar Agus.
(jon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1566 seconds (0.1#10.140)