Ajaran Baru dengan PJJ, Psikolog: Kesempatan Mengikuti Tuntutan Perubahan

Senin, 13 Juli 2020 - 06:15 WIB
loading...
Ajaran Baru dengan PJJ, Psikolog: Kesempatan Mengikuti Tuntutan Perubahan
Foto: Ilustrasi/SINDOnews/Dok
A A A
DEPOK - Tahun ajaran baru di Tanah Air dimulai hari ini, Senin 13 Juli 2020. Meski demikian, umumnya siswa masih mengikuti sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta mengatakan, PJJ bisa dijadikan kesempatan bagi siswa maupun ortu untuk mengikuti tuntutan perubahan. Terlebih PJJ sudah dilakukan sejak pertengahan Maret 2020. Artinya, siswa sudah mengikuti PJJ selama hampir setengah semester.

Pemerintah juga meniadakan Ujian Nasional bagi siswa yang akan melanjutkan ke tingkat selanjutnya. "Siswa juga sudah melewati Kegiatan belajar mengajar (KBM) sampai dengan PAS (Penilaian Akhir Semester) dengan PJJ," ujarnya, Minggu (12/7/2020).

Memang, PJJ yang dilakukan tidak seefektif dengan KBM yang sudah dirancang dengan tatap muka sebelumnya. Banyak kendala yang dihadapi siswa maupun orang tua saat menjalankan PJJ ini. (Baca juga: Baru Empat Sekolah di Bekasi Gelar Belajar Tatap Muka)

Menurut Aully, masalah yang lebih sulit daripada kendala gadget dan jaringan internet adalah merubah kurikulum di tingkat satuan pendidikan dan metode pengajaran agar efektif dengan sistsm PJJ. "Itu bukan hal yang mudah karena penyusunan kurikulum selama ini menggunakan metode tatap muka," tukasnya.

Menurut dia, setiap tingkatan usia memiliki karakteristik sendiri, sehingga perlu sangat dipertimbangkan metode penyampaian materi agar efektif. Sehingga capaian pembelajaran tentunya juga harus diubah.

"PJJ yang lalu memang dilakukan secara ‘darurat’ dan dalam situasi terpaksa, sehingga tidak ada persiapan yang baik dari semua pihak. Baik sekolah, guru, siswa, dan orang tua. Karenanya semua merasa terkejut dan mengalami kesulitan," paparnya.

Jika dilihat yang masih termasuk zona merah dan belum boleh KBM tatap muka adaalah di daerah yang tergolong perkotaan, sehingga pemerintah daerah seharusnya bisa cukup kreatif untuk melakukan KBM di sekolah.

"Dengan adanya libur semester saat ini, guru-guru juga mulai mempersiapkan metode pengajaran dengan daring. Harapannya bisa lebih baik daripada semester yang lalu di tengah keterpaksaan," katanya. (Baca juga: 13 Juli Tahun Ajaran Baru, Pemkot Bogor Belum Izinkan KBM Tatap Muka)

Dalam kondisi saat ini, kata dia, penggunaan internet sudah menjadi tuntutan global sehingga penyiapan infrastruktur (jaringan) maupun manusianya sendiri perlu dilakukan. Dengan PJJ siswa juga harus berhadapan dengan perkembangan teknologi. "Sebenarnya metode daring tidak cocok untuk semua usia dan semua lokasi," tukasnya.

Misalnya anak yang lebih kecil usianya akan kesulitan untuk mengerjakan tugas-tugas konseptual dan akan sangat membutuhkan pendampingan orang tua. Sementara anak yang lebih besar, lebih mudah menerima materi PJJ karena lebih mandiri dalam belajar.

Untuk itu, pemerintah hingga guru/wali kelas sangat perlu memperhatikan jumlah peserta didik yang mengalami kesulitan. "Kalau di Jakarta yang seperti itu sudah tercover dengan KJP dan setahu saya waktu itu guru-guru mengidentifikasi siswa yang kesulitan," katanya.

Ia melanjutkan, jika memang jaringan internet tidak bagus, bisa dilakukan kegiatan belajar mandiri, di mana siswa diberikan setumpuk tugas untuk dikerjakan di rumah dalam waktu satu atau dua pekan. Teknisnya, diambil ke sekolah lalu ditukarkan lagi.
(thm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0908 seconds (0.1#10.140)