Jakarta Batasi Pergerakan Warga Saat Nataru, Ini Kata Wagub Ariza
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebutkan pihaknya masih menunggu lebih lanjut kebijakan pemerintah pusat terkait wilayah Ibu Kota akan diberlakukan PPKM Level 3 saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
”Ya Nataru itu masih menunggu, kebijakan dari pemerintah pusat. Kami masih menunggu. Masih 24 Desember sampai dengan 2 Januari. Kita tunggu, sabar, nanti tunggu hasilnya kebijakan yang diambil pemerintah pusat,” kata Ariza, Jum’at (10/12/2021).
Menurut dia, Pemprov DKI Jakarta akan menyesuaikan dengan kebijakan lebih lanjut dari pemerintah pusat. Pihaknya juga akan melaksanakan rapat internal terkait kebijakan pembatasan di libur Nataru tersebut.
Terkait Kepgub ataupun Pergub yang sudah dikeluarkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ariza memastikan kebijakan itu dapat menyesuaikan dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah pusat.
”Ya nanti itu akan kita sesuaikan lagi, kan setiap ada kebijakan ada revisi ada perubahan disesuaikan ya. Kan pak Anies mengeluarkan kebijakan sesuai dengan kebijakan yang disampaikan, nanti kalau ada perubahan kita sesuaikan kembali,” ungkapnya.
Terkait kebijakan Surat Izin Keluar Masuk (SIKM) yang diterapkan pada libur Idul Fitri pada pertengahan 2021 lalu apakah akan kembali diberlakukan pada Libur Nataru di Jakarta, Ahmad Riza masih menunggu hasil rapat tim teknis terkait.
Dia menyebutkan berdasarkan pengalaman dua tahun terakhir di masa Pandemi Covid-19 setiap libur panjang terjadi peningkatan atau lonjakan kasus positif Covid-19. Untuk itu, dia meminta masyarakat tetap waspada meskipun sudah mendapatkan dosis vaksinasi Covid-19.
”Sekalipun kita sudah vaksinnya luar biasa, sudah lebih dari 11,2 juta, dan juga masyarakat sudah biasa melakukan protokol kesehatan, kita tidak boleh euforia, tidak boleh kendor harus tetap waspada,” jelasnya.
Untuk itu, warga Jakarta harus lebih meningkatkan disiplin untuk mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Pasalnya jumlah orang yang berlibur keluar rumah saat libur panjang diprediksi meningkat.
”Sehingga interaksi meningkat, potensi kerumunan meningkat, pada akhirnya penularan dapat meningkat. Apalagi, ada varian baru virus Omicron sekalipun belum masuk ke Jakarta tapi kita harus tetap berhati-hati,” tutupnya.
”Ya Nataru itu masih menunggu, kebijakan dari pemerintah pusat. Kami masih menunggu. Masih 24 Desember sampai dengan 2 Januari. Kita tunggu, sabar, nanti tunggu hasilnya kebijakan yang diambil pemerintah pusat,” kata Ariza, Jum’at (10/12/2021).
Menurut dia, Pemprov DKI Jakarta akan menyesuaikan dengan kebijakan lebih lanjut dari pemerintah pusat. Pihaknya juga akan melaksanakan rapat internal terkait kebijakan pembatasan di libur Nataru tersebut.
Terkait Kepgub ataupun Pergub yang sudah dikeluarkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ariza memastikan kebijakan itu dapat menyesuaikan dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah pusat.
”Ya nanti itu akan kita sesuaikan lagi, kan setiap ada kebijakan ada revisi ada perubahan disesuaikan ya. Kan pak Anies mengeluarkan kebijakan sesuai dengan kebijakan yang disampaikan, nanti kalau ada perubahan kita sesuaikan kembali,” ungkapnya.
Terkait kebijakan Surat Izin Keluar Masuk (SIKM) yang diterapkan pada libur Idul Fitri pada pertengahan 2021 lalu apakah akan kembali diberlakukan pada Libur Nataru di Jakarta, Ahmad Riza masih menunggu hasil rapat tim teknis terkait.
Dia menyebutkan berdasarkan pengalaman dua tahun terakhir di masa Pandemi Covid-19 setiap libur panjang terjadi peningkatan atau lonjakan kasus positif Covid-19. Untuk itu, dia meminta masyarakat tetap waspada meskipun sudah mendapatkan dosis vaksinasi Covid-19.
”Sekalipun kita sudah vaksinnya luar biasa, sudah lebih dari 11,2 juta, dan juga masyarakat sudah biasa melakukan protokol kesehatan, kita tidak boleh euforia, tidak boleh kendor harus tetap waspada,” jelasnya.
Untuk itu, warga Jakarta harus lebih meningkatkan disiplin untuk mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Pasalnya jumlah orang yang berlibur keluar rumah saat libur panjang diprediksi meningkat.
”Sehingga interaksi meningkat, potensi kerumunan meningkat, pada akhirnya penularan dapat meningkat. Apalagi, ada varian baru virus Omicron sekalipun belum masuk ke Jakarta tapi kita harus tetap berhati-hati,” tutupnya.
(ams)