Profile Malahayati, Keturunan Sultan yang Diabadikan sebagai Nama Jalan di Jakarta

Selasa, 23 November 2021 - 19:08 WIB
loading...
Profile Malahayati, Keturunan Sultan yang Diabadikan sebagai Nama Jalan di Jakarta
Laksamana Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Foto: SINDOnews/Ist
A A A
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan resmi mengabadikan Laksamana Malahayati sebagai nama jalan pengganti Jalan Inspeksi Kalimalang sisi Utara, Jakarta Timur, Selasa (23/11/2021). Anies mengatakan, peresmian nama Jalan Laksamana Malahayati sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan Pemprov DKI Jakarta kepada Pahlawan Nasional itu, dan juga masyarakat Aceh pada umumnya.



Lantas siapa Laksamana Malahayati? Malahayati merupakan pejuang dari Kesultanan Aceh. Ia lahir di Aceh Besar pada tahun 1550. Pada masa kanak-kanak dan remaja ia mendapat pendidikan istana.

Ayahnya bernama Laksamana Mahmud Syah dan kakeknya adalah Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530-1539 M. Sultan Salahuddin Syah sendiri adalah putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513–1530 M), pendiri Kerajaan Aceh Darussalam.



Pada tahun 1585-1604, Malayati memegang jabatan sebagai Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV. Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) untuk berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda pada 11 September 1599.

Dalam penyerangan itu, terjadi duel satu lawan satu antara Malahayati dengan pemimpin Belanda Cornelis de Houtman. Malahayati yang bersenjatakan rencong dengan gagah berani melawan Cornelis de Houtman yang bersenjatakan pedang.

Keberanian dan kepiawaian Malahayati menggunakan senjata rencong membuat Cornelis kelabakan hingga akhirnya tewas di tangan Malahayati. Dia pun mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati. Laksamana Malahayati dikenal juga dengan nama Keumalahayati.

Perjuangan Malahayati melawan penjajah dimulai setelah terjadinya pertempuran di Teluk Haru. Armada laut Kesultanan Aceh melawan armada Portugis. Pada pertempuran itu, Laksamana Zainal Abidin, suami Malahayati, gugur. Setelah ditinggal wafat oleh suaminya, Malahayati mengusulkan kepada Sultan Aceh untuk membentuk pasukan yang terdiri dari janda prajurit Aceh yang gugur dalam peperangan.

Permintaan itu dikabulkan. Ia diangkat sebagai pemimpin pasukan Inong Balee dengan pangkat laksamana. Malahayati adalah perempuan Aceh pertama yang menyandang pangkat ini.

Laksamana Malahayati tidak hanya cakap di medan perang. Ia juga melakukan perundingan damai mewakili Sultan Aceh dengan pihak Belanda. Perundingan itu adalah upaya Belanda untuk melepaskan Frederick de Houtman yang ditangkap oleh Laksamana Malahayati. Perdamaian itu pun terwujud.

Frederick de Houtman yanh juga saudara Cornelis de Haoutman yang tewas dalam duel dengan Malayahati dilepaskan, namun Belanda harus membayar ganti rugi kepada Kesultanan Aceh. Laksamana Malahayati juga menjadi orang yang menerima John Lancaster, duta utusan Ratu Elizabeth I dari Inggris.

Laksamana Malahayati meninggal dunia pada tahun 1615. Makamnya terletak di Desa Lamreh, Kecamatan Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar. Laksamana Malahayati mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 9 November 2017 bersama dengan 3 orang lainnya.

Sumber: wikipedia/diolah dari berbagai sumber
(thm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1920 seconds (0.1#10.140)