Diabadikan Nama Jalan di Bogor, Berikut 5 Fakta tentang Tirto Adhi Soerjo
loading...
A
A
A
BOGOR - Nama Raden Mas (RM) Djokomono Tirto Adhi Soerjo resmi diabadikan sebagai nama jalan di Kota Bogor,bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 2021 hari ini. Sang tokoh pers menggantikan nama Jalan Kesehatan di Tanah Sareal.
Tirto Adhi Soerjo merupakan pionir pers nasional dengan menerbitkan Medan Prijaji yang didistribusikan secara nasional. Melalui surat kabar harian milik pribumi inilah perjuangan Indonesia dalam meraih kemerdekaan diberitakan secara luas.
Baca juga: Anies: Semua Pihak yang Terlibat Penanganan Covid-19 adalah Pahlawan
Tirto Adhi Soerjo lahir tahun 1880 dan meninggal pada 7 Desember 1918. Semasa hidup, kisah dan sosok Tirto dikenal cukup fenomenal, hingga menginspirasi Pramoedya Ananta Toer membuat buku berjudul ‘Bumi Manusia’. Tirto ditangkap dan disingkirkan dari Pulau Jawa dan dibuang ke Pulau Bacan, dekat Halmahera, Maluku Utara.
Berikut 5 fakta tentang Tirto Adhi Soerjo:
1. Bangkitkan pergerakan kaum terdidik di Indonesia.
Tirto dianggap sebagai orang yang paling berjasa atas bangkitnya pergerakan kaum terdidik di Indonesia. Meskipun lahir di Blora, Jawa Tangah, namun Tirto lebih lama tinggal di wilayah Bandung, Jawa Barat. sejak usia muda ia rajin mengirimkan tulisan-tulisannya ke sejumlah surat kabar, baik dalam bahasa Belanda maupun Jawa.
Di Bandung Tirto mendirikan 3 surat kabar, yakni Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) dan Poetri Hindia (1908). Medan Prijaji dianggap sebagai surat kabar nasional pertama yang terbit. Medan Prijaji saat itu digemari masyarakat karena menyediakan penyuluhan hukum gratis.
2. Mendirikan Sarikat Priyayi dan Sarikat Dagang Islam.
Pada tahun 1906 atau dua tahun sebelum perkumpulan Budi Utomo lahir, Tirto sudah mendirikan organisasi pribumi bercorak modern pertama dengan nama Sarikat Priyayi. Organisasi ini yang kemudian cikal bakal melahirkan surat kabar Medan Prijaji pada tahun 1907. Tirto kemudian mendirikan Sarikat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1911 di Bogor. Sarekat Dagang Islam selanjutnya berubah nama menjadi Sarekat Islam setelah H.O.S Tjokroaminoto masuk dalam organisasi atas ajakan H Samanhudi.
3. Perintis perjuangan nasional modern.
Dalam buku Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, karya Takashi Shiraishi, disebutkan Tirto merupakan putra pribumi pertama yang menggerakkan bangsa melalui tulisan. Tirto dikenal memiliki kepiawaian dan ketajaman pikiran dalam setiap tulisannya. Takeshi menyebut Titro sebagai perintis model perjuangan nasional modern, yakni lewat tulisan di koran dan organisasi.
Tirto Adhi Soerjo merupakan pionir pers nasional dengan menerbitkan Medan Prijaji yang didistribusikan secara nasional. Melalui surat kabar harian milik pribumi inilah perjuangan Indonesia dalam meraih kemerdekaan diberitakan secara luas.
Baca juga: Anies: Semua Pihak yang Terlibat Penanganan Covid-19 adalah Pahlawan
Tirto Adhi Soerjo lahir tahun 1880 dan meninggal pada 7 Desember 1918. Semasa hidup, kisah dan sosok Tirto dikenal cukup fenomenal, hingga menginspirasi Pramoedya Ananta Toer membuat buku berjudul ‘Bumi Manusia’. Tirto ditangkap dan disingkirkan dari Pulau Jawa dan dibuang ke Pulau Bacan, dekat Halmahera, Maluku Utara.
Berikut 5 fakta tentang Tirto Adhi Soerjo:
1. Bangkitkan pergerakan kaum terdidik di Indonesia.
Tirto dianggap sebagai orang yang paling berjasa atas bangkitnya pergerakan kaum terdidik di Indonesia. Meskipun lahir di Blora, Jawa Tangah, namun Tirto lebih lama tinggal di wilayah Bandung, Jawa Barat. sejak usia muda ia rajin mengirimkan tulisan-tulisannya ke sejumlah surat kabar, baik dalam bahasa Belanda maupun Jawa.
Di Bandung Tirto mendirikan 3 surat kabar, yakni Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) dan Poetri Hindia (1908). Medan Prijaji dianggap sebagai surat kabar nasional pertama yang terbit. Medan Prijaji saat itu digemari masyarakat karena menyediakan penyuluhan hukum gratis.
2. Mendirikan Sarikat Priyayi dan Sarikat Dagang Islam.
Pada tahun 1906 atau dua tahun sebelum perkumpulan Budi Utomo lahir, Tirto sudah mendirikan organisasi pribumi bercorak modern pertama dengan nama Sarikat Priyayi. Organisasi ini yang kemudian cikal bakal melahirkan surat kabar Medan Prijaji pada tahun 1907. Tirto kemudian mendirikan Sarikat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1911 di Bogor. Sarekat Dagang Islam selanjutnya berubah nama menjadi Sarekat Islam setelah H.O.S Tjokroaminoto masuk dalam organisasi atas ajakan H Samanhudi.
3. Perintis perjuangan nasional modern.
Dalam buku Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, karya Takashi Shiraishi, disebutkan Tirto merupakan putra pribumi pertama yang menggerakkan bangsa melalui tulisan. Tirto dikenal memiliki kepiawaian dan ketajaman pikiran dalam setiap tulisannya. Takeshi menyebut Titro sebagai perintis model perjuangan nasional modern, yakni lewat tulisan di koran dan organisasi.