Kisah Anggota Jatanras Polda Metro Jaya Bisa Selamat dari Berondongan 11 Peluru Perampok

Minggu, 04 Juli 2021 - 21:06 WIB
loading...
Kisah Anggota Jatanras Polda Metro Jaya Bisa Selamat dari Berondongan 11 Peluru Perampok
Anggota Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya Aiptu Jakaria atau Jacklyn Choppers saat terkena berondongan 11 peluru dari perampok. Foto: Youtube/Bamsoet Channel
A A A
JAKARTA - Masih ingat kasus perampokan disertai pemerkosaan terhadap remaja perempuan yang sedang asyik bermain TikTok di Bekasi? Kasus tersebut berhasil terbongkar ternyata tidak lepas dari sosok anggota Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya ini.

Nama aslinya Jakaria. Namun orang-orang memanggilnya dengan Bang Jack, kependekan dari Jacklyn Choppers. Sosoknya kerap mencuri perhatian publik ketika terjadi kasus-kasus kejahatan di wilayah Polda Metro Jaya.



Aiptu Jakaria alias Jackyln Choppers merupakan anggota Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Dia terlibat dalam berbagai pengungkapan kasus-kasus besar. Salah satunya belum lama ini meringkus Rangga, pelaku pemerkosaan remaja perempuan yang sedang asyik bermain TikTok di Bekasi.

Sebagai seorang reserse, bertaruh nyawa bukan hal baru bagi Jacklyn. Dalam setiap menjalankan tugas, risiko selalu mengintai. Bahkan dalam sebuah peristiwa, dia sampai pada titik antara hidup dan mati.

Pengalaman bertaruh nyawa itu diungkapkan Jackyln ketika berbincang dengan Ketua MPR Bambang Soesatyo. Polisi kelahiran Tasikmalaya itu menceritakan peristiwa perampokan mobil pengisi ATM.

“Pada waktu itu kejadian tahun 2006 di Cawang. Waktu itu mobil mengisi ATM sebesar Rp2,8 miliar. Ada kejadian perampokan itu, lalu kita bentuk tim. Pada waktu itu dengan (dipimpin) Pak AKBP Fadil Imran, Metro 1 (Kapolda Metro Jaya) sekarang,” kata Jacklyn, dalam video yang diunggah di akun Youtube Bamsoet Channel, dikutip Minggu (4/7/2021).

Jacklyn menuturkan, dalam pengungkapkan kasus itu, sejumlah pelaku ditangkap. Namun ada satu yang lolos. Di kalangan reserse, sosok buron itu diistilahkan sebagai kapten, alias otak kejahatan.

Dalang perampok itu dikabarkan kabur ke Lampung. Tim Jatanras Polda Metro Jaya pun mengejar. Di tempat itu, mereka dapat informasi pelaku ternyata berada di Bandung. Jacklyn dan tim Jatanras Polda Metro pun bergerak memburu.

“Sampailah di Bandung, waktu itu jam 11 siang tanggal 7 November 2007, terjadilah baku tembak, di Rancaekek,” ujarnya.

Pria yang identik dengan rambut gondrong dan udeng (ikat kepala) itu menceritakan, di dekat pasar, tim Jatanras mencurigai mobil pelaku. Disusunlah skenario penyergapan. Polisi mengetahui pelaku di dalam mobil bersenjata api dan granat. Oleh para komandan, Jacklyn diingatkan untuk berhati-hati. Namun dalam pikirannya saat itu hanya satu, bagaimana caranya agar pelaku tertangkap.

Jacklyn menceritakan, dalam mobil terdapat empat orang pelaku. Tim Jatanras pun menyerbu. Jacklyn kebagian membuka pintu mobil dan merangsek ke dalem. Dia lantas mencekik sopir mobil. Namun di situ lah momen menegangkan terjadi. Saat dia masuk, tubuhnya disambut dengan berondongan tembakan. Di sisi lain dia juga melontarkan tembakan yang menewaskan pelaku. Jacklyn berlumuran darah. Sebelas peluru bersarang di tubuhnya.

“Yang di jantung 2 (dekat jantung), sini 1 (perut kiri), sini 2 (perut tengah),” kata Jacklyn sambil menunjukkan bagian perut. Total di area itu terdapat tujuh peluru. Satu peluru lagi di lengan kanan, dan tiga di lengan kiri, sehingga semuanya 11.

Saat ditanya Bamsoet apakah ketika itu dirinya sadar, Jacklyn mengiyakan. “Cuman kita istighfar aja. Cuman di situ ada suatu hal yang di luar nalar kita. Saat itu komandan juga nangis (dan bilang) ‘Jack jangan sampai (meninggal), harus kuat Jack’,” ucapnya.

“Nah, di situ ada yang bisikin (mendengar bisikan) sebuah Asmaul Husna yang Jack sama sekali belum pernah baca seumur hidup. Terus baca itu terus,” ucapnya.

Dia mengingat komandannya terus menguatkan. Namun dia membalas agar tidak perlu risau. Jacklyn meminta komandannya tidak khawatir karena optimistis dapat bertahan hidup. Keyakinannya ini juga didasari dalam situasi antara hidup dan mati itu dirinya masih dapat bicara lancar.

“Ngobrol lancar, baca syahadat lancar,” ucapnya.

Dalam video tersebut Bamsoet juga mengunggah momen ketika Jacklyn tergeletak di rumah sakit. Tubuhnya penuh perban. Jacklyn menyebut pada masa perawatan di rumah sakit itu lengan kirinya yang tertembus tiga peluru hendak diamputasi.

Namun dia menolak. Jacklyn terus berusaha kuat dan yakin tangan itu akan pulih. Kenyataannya lengannya memang dapat kembali difungsikan. Untuk mengingat momen bersejarah dalam hidupnya itu, tiga peluru yang bersarang di lengan kiri dibiarkan hingga saat ini alias tidak diambil.
(thm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1195 seconds (0.1#10.140)