Budidaya Ikan Bioflok, Warga Depok Bentuk Ketahanan Pangan di Perkotaan
loading...
A
A
A
DEPOK - Pagi menjelang ketika Murji (45) menuju kolam lele bioflok yang berjarak sekira 200 meter dari rumahnya. Sehari dalam seminggu ia bertugas memberi pakan buat ribuan ikan lele dan nila.
Kolam yang dirintis bersama 19 orang warga RT 10 RW 03, Kelurahan Tirtajaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat itu berisi 4.000 bibit ikan. Bermodalkan bantuan program prakerja Covid-19 pada 2020, kelompoknya dinamakan 'Lele Kita'.
"Modalnya Rp40 juta dari program kita wujudkan berupa bibit, bahan kolam beserta alat pompa udara, pakan dan alat lainnya," ujar Murji.
Pria asal Tulungagung, Jawa Timur ini turut menjadi anggota kelompok. Bersama anggota lainnya, ia termasuk kategori masyarakat berpenghasilan tidak tetap yang diberdayakan melalui kegiatan budidaya perikanan.
Ia pun mulai belajar dari anggota lain yang berpengalaman membudidayakan ikan lele dan nila. Takaran pakan ikan, mengetahui cara pembuatan kolam hingga mengenal obat-obatan serta pakan probiotik penunjang pertumbuhan ikan menjadi hal baru bagi pengemudi ojek online ini.
"Kami pilih pakai sistem bioflok dengan mengandalkan pertumbuham mikroorganisme di kolam karena hasilnya lebih banyak dan limbahnya bisa diolah lagi menjadi pakan ikannya," kata Murji.
Lahan kosong seluas 200 meter persegi milik salah satu anggota menjadi tempat budidaya ikan kelompok ini. Sistem bioflok dianggap cocok karena hemat lahan serta hemat biaya. Per 1.000 ekor bibit ikan dapat ditebar tiap 10 meter kubiknya. Total kelompok ini membuat empat kolam dari terpal.
"Dalam setahun kami bisa panen lele atau nila 3-4 kali. Hasilnya sebagian kami konsumsi, sisanya kami jual ke pasar," terang Murji.
Kolam yang dirintis bersama 19 orang warga RT 10 RW 03, Kelurahan Tirtajaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat itu berisi 4.000 bibit ikan. Bermodalkan bantuan program prakerja Covid-19 pada 2020, kelompoknya dinamakan 'Lele Kita'.
"Modalnya Rp40 juta dari program kita wujudkan berupa bibit, bahan kolam beserta alat pompa udara, pakan dan alat lainnya," ujar Murji.
Pria asal Tulungagung, Jawa Timur ini turut menjadi anggota kelompok. Bersama anggota lainnya, ia termasuk kategori masyarakat berpenghasilan tidak tetap yang diberdayakan melalui kegiatan budidaya perikanan.
Ia pun mulai belajar dari anggota lain yang berpengalaman membudidayakan ikan lele dan nila. Takaran pakan ikan, mengetahui cara pembuatan kolam hingga mengenal obat-obatan serta pakan probiotik penunjang pertumbuhan ikan menjadi hal baru bagi pengemudi ojek online ini.
"Kami pilih pakai sistem bioflok dengan mengandalkan pertumbuham mikroorganisme di kolam karena hasilnya lebih banyak dan limbahnya bisa diolah lagi menjadi pakan ikannya," kata Murji.
Lahan kosong seluas 200 meter persegi milik salah satu anggota menjadi tempat budidaya ikan kelompok ini. Sistem bioflok dianggap cocok karena hemat lahan serta hemat biaya. Per 1.000 ekor bibit ikan dapat ditebar tiap 10 meter kubiknya. Total kelompok ini membuat empat kolam dari terpal.
"Dalam setahun kami bisa panen lele atau nila 3-4 kali. Hasilnya sebagian kami konsumsi, sisanya kami jual ke pasar," terang Murji.