Budidaya Ikan Bioflok, Warga Depok Bentuk Ketahanan Pangan di Perkotaan

Sabtu, 03 Agustus 2024 - 23:00 WIB
loading...
Budidaya Ikan Bioflok,...
Budidaya kolam lele bioflok menjadi andalan warga perkotaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Foto/Dok SINDOnews
A A A
DEPOK - Pagi menjelang ketika Murji (45) menuju kolam lele bioflok yang berjarak sekira 200 meter dari rumahnya. Sehari dalam seminggu ia bertugas memberi pakan buat ribuan ikan lele dan nila.

Kolam yang dirintis bersama 19 orang warga RT 10 RW 03, Kelurahan Tirtajaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat itu berisi 4.000 bibit ikan. Bermodalkan bantuan program prakerja Covid-19 pada 2020, kelompoknya dinamakan 'Lele Kita'.

"Modalnya Rp40 juta dari program kita wujudkan berupa bibit, bahan kolam beserta alat pompa udara, pakan dan alat lainnya," ujar Murji.

Budidaya Ikan Bioflok, Warga Depok Bentuk Ketahanan Pangan di Perkotaan


Pria asal Tulungagung, Jawa Timur ini turut menjadi anggota kelompok. Bersama anggota lainnya, ia termasuk kategori masyarakat berpenghasilan tidak tetap yang diberdayakan melalui kegiatan budidaya perikanan.

Ia pun mulai belajar dari anggota lain yang berpengalaman membudidayakan ikan lele dan nila. Takaran pakan ikan, mengetahui cara pembuatan kolam hingga mengenal obat-obatan serta pakan probiotik penunjang pertumbuhan ikan menjadi hal baru bagi pengemudi ojek online ini.



"Kami pilih pakai sistem bioflok dengan mengandalkan pertumbuham mikroorganisme di kolam karena hasilnya lebih banyak dan limbahnya bisa diolah lagi menjadi pakan ikannya," kata Murji.

Lahan kosong seluas 200 meter persegi milik salah satu anggota menjadi tempat budidaya ikan kelompok ini. Sistem bioflok dianggap cocok karena hemat lahan serta hemat biaya. Per 1.000 ekor bibit ikan dapat ditebar tiap 10 meter kubiknya. Total kelompok ini membuat empat kolam dari terpal.

"Dalam setahun kami bisa panen lele atau nila 3-4 kali. Hasilnya sebagian kami konsumsi, sisanya kami jual ke pasar," terang Murji.

Budidaya Ikan Bioflok, Warga Depok Bentuk Ketahanan Pangan di Perkotaan


Dalam sekali panen per tiga sampai empat bulan, kelompoknya bisa menghasilkan 20 kilogram ikan. Jika dibagikan ke anggota, masing-masing mendapat satu kilogram ikan. Pada sesi panen tertentu mereka menjual ke penadah ikan dengan harga rata-rata Rp 19 ribu/kilogram. Uang hasil penjualan disetorkan ke kas untuk membeli ikan lagi.

Medio empat tahun budidaya ikan mereka terus berkembang. Jumlah bibit yang ditebar bertambah sekira 6.000 ekor. Kelompok ini berharap hasilnya bisa memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.



"Alhamdulillah, ikannya dikonsumsi untuk anggota kelompok dan tidak perlu keluar biaya lagi untuk perawatan serta pakannya terbentuk alami dari bakteri patogen di kolamnya," tutur Murji.

Usaha peternakan lele kelompok 'Lele Kita' juga disinergikan dengan pertanian di lahan terbatas. Ada beragam tanaman sayur serta buah yang juga dikembangkan di lahan sekitar kolam. Meski masih dalam tahap awal konsep pertanian terpadu mulai diterapkan.

Murji menyebut air buangan dari kolam lele bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman. Apalagi di musim kemarau ada masa di mana sumber air agak susah di Depok. Sejumlah tanaman seperti daun pepaya juga bisa dipakai sebagai pakan alami dan obat untuk lele.

Budidaya Ikan Bioflok, Warga Depok Bentuk Ketahanan Pangan di Perkotaan


Kesuksesan kolam lele bioflok kelompok 'Lele Kita' ini menginspirasi warga lain untuk melakukan budidaya serupa. Indah Wulandari, anggota Dasa Wisma RT 08 RW 03 Kampung Serab, membuat kolam ubin berukuran 1 x 10 meter di pekarangan samping rumahnya. Kolam tersebut diisi bibit lele sebanyak 500 ekor.



Per tiga bulan sekali ASN Komnas HAM itu bisa panen hingga 70 Kg ikan lele. "Ikannya dikonsumsi sendiri dan dibagi-bagikan ke tetangga," tuturnya.

Ikan lele (Clarias gariepinus) sendiri terbukti memiliki kandungan gizi tinggi, di antaranya protein, fosfor, kalium, lemak, omega-3, omega-6, dan vitamin B12. Budidaya kolam ikan lele bioflok ini mencerminkan kesadaran warga atas pentingnya ketahanan pangan di wilayah sekitar. Sumber pangan mereka ciptakan sendiri di tengah lingkungan perkotaan yang terbatas sehingga aksesibilitas terhadap sumber bahan protein hewani terpenuhi.

Dalam berbagai kesempatan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) RI, Suwandi, menekankan pentingnya konsep integrated farming. Sistem pertanian terpadu merupakan sistem integrasi pertanian yang menggabungkan beberapa sektor, yakni pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan kehutanan, sebagai solusi untuk meningkatkan produktivitas lahan dan konservasi lingkungan.

“Sektor pertanian Indonesia harus tangguh sehingga dalam menghadapi berbagai macam goncangan, tetap eksis menyediakan makan rakyat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara mikro dan makro. Pola integrated farming salah jawaban dari hal ini,” katanya, beberapa waktu lalu.

Saat ini ada lima fokus kerja Kementan dalam mengupayakan percepatan pemulihan ekonomi dan reformasi sosial paska Covid-19. Program tersebut antara lain, program ketersediaan akses dan konsumsi pangan berkualitas (program spesifik), program nilai tambah untuk daya saing industri (program lintas K/L), riset dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi (program lintas K/L), pendidikan dan pelatihan vokasi, dan program dukungan manajemen.
(msf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0920 seconds (0.1#10.140)