Penambahan Kasus COVID-19 Jakarta, Epidemiolog: Perkantoran Tak Jadikan WFH Sebagai Opsi Utama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penambahan kasus pasien konfirmasi positif virus Corona atau COVID-19 di Provinsi DKI Jakarta kembali mencatatkan rekor terbanyak. Ada penambahan sebanyak 665 kasus pada Jumat 7 Agustus 2020 dan jumlah tersebut tertinggi dibanding hari-hari sebelumnya.
Epidemiolog asal Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menilai, penyebab angka penularan di Jakarta masih tinggi salah satunya justru karena kebijakan yang diambil oleh perkantoran. Menurut Dicky, masih banyak perkantoran di Jakarta yang tak mengambil kebijakan Work From Home (WFH) sebagai opsi utama dalam bekerja.
"Ini terlihat dari banyaknya perkantoran masih melakukan aktivitas yang mengabaikan pencegahan COVID-19. Belum dijadikannya WFH sebagai opsi utama selama masa rawan pandemi," kata Dicky kepada Okezone, Sabtu (8/8/2020). (Baca juga; Jadi Zona Merah, Gugus Tugas Covid-19 Depok Sebut 60% Warganya Commuter )
Tak hanya itu, Dicky juga melihat masih banyak lingkungan di Jakarta yang belum sepenuhnya paham cara mengendalikan virus Corona. Oleh karena itu, beberapa cara atau opsi dalam mengendalikan virus corona dinilai belum optimal.
"Ini menunjukkan bahwa masih banyak yang belum faham peran aplikasi ilmu ini dalam menentukan keberhasilan program pengendalian pandemi baik pada tingkat wilayah maupun di lingkup institusi," sambungnya. (Baca juga; Pandemi Covid-19, 1.714 Wanita di Bekasi Gugat Cerai Suami )
Lebih lanjut, Dicky menjelaskan, pendekatan pengendalian pandemi yang salah dapat mengakibatkan semakin banyak korban. Satu di antara pengendalian pandemi yang salah, kata Dicky, yakni sinergi koordinasi antar daerah.
"Sebagai ahli pandemi yang sudah terlibat sejak SARS HIV dan Avian Flu Indonesia. Saya melihat pola pengendalian pandemi COVID-19 ini masih belum sinergi antar daerah dan para pakar yangg terlibat belum optimal bersinergi," pungkasnya.
Epidemiolog asal Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menilai, penyebab angka penularan di Jakarta masih tinggi salah satunya justru karena kebijakan yang diambil oleh perkantoran. Menurut Dicky, masih banyak perkantoran di Jakarta yang tak mengambil kebijakan Work From Home (WFH) sebagai opsi utama dalam bekerja.
"Ini terlihat dari banyaknya perkantoran masih melakukan aktivitas yang mengabaikan pencegahan COVID-19. Belum dijadikannya WFH sebagai opsi utama selama masa rawan pandemi," kata Dicky kepada Okezone, Sabtu (8/8/2020). (Baca juga; Jadi Zona Merah, Gugus Tugas Covid-19 Depok Sebut 60% Warganya Commuter )
Tak hanya itu, Dicky juga melihat masih banyak lingkungan di Jakarta yang belum sepenuhnya paham cara mengendalikan virus Corona. Oleh karena itu, beberapa cara atau opsi dalam mengendalikan virus corona dinilai belum optimal.
"Ini menunjukkan bahwa masih banyak yang belum faham peran aplikasi ilmu ini dalam menentukan keberhasilan program pengendalian pandemi baik pada tingkat wilayah maupun di lingkup institusi," sambungnya. (Baca juga; Pandemi Covid-19, 1.714 Wanita di Bekasi Gugat Cerai Suami )
Lebih lanjut, Dicky menjelaskan, pendekatan pengendalian pandemi yang salah dapat mengakibatkan semakin banyak korban. Satu di antara pengendalian pandemi yang salah, kata Dicky, yakni sinergi koordinasi antar daerah.
"Sebagai ahli pandemi yang sudah terlibat sejak SARS HIV dan Avian Flu Indonesia. Saya melihat pola pengendalian pandemi COVID-19 ini masih belum sinergi antar daerah dan para pakar yangg terlibat belum optimal bersinergi," pungkasnya.
(wib)