Arista Ikhlas Menunggu Satu Tahun demi Masuk SMA Negeri
Kamis, 02 Juli 2020 - 21:25 WIB
JAKARTA - Aristawidya Maheswari, Juara III Lomba Melukis Cipta Seni Pelajar Nasional (Piala Presiden) ikhlas jika harus menunggu satu tahun lagi demi masuk SMA Negeri.
"Kalau memang harus menunggu, saya ikhlas," tutur Arista di Rumah Susun Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur, Kamis (2/7/2020). (Baca juga: Gara-gara Umur di PPDB, Yatim Piatu Berprestasi Ini Terancam Gagal Masuk Sekolah Negeri)
Peluang masuk sekolah negeri terancam gagal lantaran Arista kalah bersaing dengan siswa/siswi yang memiliki usia tua. Dia tetap bersikukuh memilih sekolah negeri. Sebab, untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah swasta, dia terbentur faktor ekonomi.
Bagi Arista, sekolah negeri adalah tempat terbaik karena selama ini dia selalu mendapatkan bantuan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya. "Namanya juga masih anak-anak, malu kan dari SD sampai SMP selalu negeri tiba-tiba SMA-nya swasta takutnya nanti omongan orang pasti mandang negatif saja," kata pemilik 700 penghargaan dari bidang seni lukis itu.
Arista memiliki aktivitas lain di luar sekolah. Yatim piatu itu juga dikenal sebagai pengajar di bidang seni lukis di beberapa Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang ada di Jakarta. (Baca juga: Intip Belahan Payudara Pengunjung via CCTV, Karyawan Starbucks Ditindak Tegas)
Lukisan Arista pernah dipajang di Galeri Nasional pada Juli 2019. Kemudian sederet prestasi nonakademik lainnya yakni menyabet juara I Lomba Desain Poster FLS2N tingkat Jakarta Timur, juara I Lomba melukis desain batik pada 2017, juara II Lomba Melukis Museum Kebangkitan Nasional, juara II Lomba Poster Bekraf Kementerian BUMN tingkat Nasional, juara I Lomba Melukis Hari Air Sedunia Kementerian PUPR, serta Lomba Melukis Perpustakaan Universitas Indonesia.
"Kalau memang harus menunggu, saya ikhlas," tutur Arista di Rumah Susun Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur, Kamis (2/7/2020). (Baca juga: Gara-gara Umur di PPDB, Yatim Piatu Berprestasi Ini Terancam Gagal Masuk Sekolah Negeri)
Peluang masuk sekolah negeri terancam gagal lantaran Arista kalah bersaing dengan siswa/siswi yang memiliki usia tua. Dia tetap bersikukuh memilih sekolah negeri. Sebab, untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah swasta, dia terbentur faktor ekonomi.
Bagi Arista, sekolah negeri adalah tempat terbaik karena selama ini dia selalu mendapatkan bantuan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya. "Namanya juga masih anak-anak, malu kan dari SD sampai SMP selalu negeri tiba-tiba SMA-nya swasta takutnya nanti omongan orang pasti mandang negatif saja," kata pemilik 700 penghargaan dari bidang seni lukis itu.
Arista memiliki aktivitas lain di luar sekolah. Yatim piatu itu juga dikenal sebagai pengajar di bidang seni lukis di beberapa Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang ada di Jakarta. (Baca juga: Intip Belahan Payudara Pengunjung via CCTV, Karyawan Starbucks Ditindak Tegas)
Lukisan Arista pernah dipajang di Galeri Nasional pada Juli 2019. Kemudian sederet prestasi nonakademik lainnya yakni menyabet juara I Lomba Desain Poster FLS2N tingkat Jakarta Timur, juara I Lomba melukis desain batik pada 2017, juara II Lomba Melukis Museum Kebangkitan Nasional, juara II Lomba Poster Bekraf Kementerian BUMN tingkat Nasional, juara I Lomba Melukis Hari Air Sedunia Kementerian PUPR, serta Lomba Melukis Perpustakaan Universitas Indonesia.
(jon)
tulis komentar anda