Deteksi Disleksia, Sekolah Dasar Negeri di Tangerang Adakan Skrining kepada Para Siswa

Senin, 25 April 2022 - 23:51 WIB
“Biasanya kita menganggap siswa yang tidak pintar (bodoh) karena tidak bisa membaca, tidak bisa menulis. Biasanya mulai terlihat di kelas antara 1-3 karena mungkin sesungguhnya mereka mengalami gangguan disleksia tersebut, dan seharusnya dilakukan suatu penanganan yang sesuai. Mungkin karena memang selama ini kita tidak mengetahui adanya kelainan disleksia yang dialami siswa tersebut, sehingga penanganan kita kurang tepat dan akurat. Harapannya dengan tes awal ini anak-anak disleksia dapat cepat terbantu, bisa jadi murid tersebut malah memiliki potensi yang luar biasa karena secara IQ mereka di atas rata-rata,” urai Sri.

Dalam proses pelaksanaannya, Sri mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Dyslexia Genius Malaysia khususnya Pakar Disleksia Malaysia yaitu Encik Jaldeen Ali dengan memperkenalkan program SPTBiD yang telah di terapkan selama lebih dari 23 tahun di negara Malaysia. “Untuk bagaimana metode atau model pembelajaran program tersebut saya belum tahu, saya hanya membantu mendata siswa untuk melakukan screening test disleksia saja,” tandasnya.

Direktur Program Dyslexia Genius Malaysia, Puan Bulan Ayu mengungkapkan tujuan dari kedatangannya ke Indonesia, khususnya Kota Tangerang adalah untuk memperkenalkan program SPTBiD yaitu program pengajaran kepada murid dengan disleksia, yang telah sukses diterapkan pada sekolah-sekolah umum di Malaysia.

"Kedatangan kami ke sini adalah untuk mengenalkan program SPTBiD pembelajaran bagi murid disleksia. Khususnya agar digunakan di kelas-kelas inklusif. Sehingga, anak-anak dengan disleksia dapat belajar di sekolah-sekolah biasa," ungkapnya.
(cip)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More