Sejarah Bogor, Kota Tanpa Rasa Risau Tempat Istirahat Gubernur Jenderal Belanda hingga Soekarno

Minggu, 02 Mei 2021 - 06:04 WIB
Tahun 1856-1861, bangunan Istana Bogor selesai pada masa kekuasaan Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud de Montager. Kemudian, tahun 1870 Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para gubernur jenderal Belanda. Penghuni terakhir Istana Buitenzorg adalah Gubernur Jenderal Tjarda van Starckenborg Stachouwer, yang secara terpaksa harus menyerahkan istana kepada Jenderal Imamura, pemerintah pendudukan Jepang. Sebanyak 44 gubernur jenderal Belanda pernah menjadi penghuni Istana Kepresidenan Bogor.

Seperti juga gubernur jenderal Belanda, Presiden Soekarno menghabiskan akhir pekannya di Istana Bogor. Istana ini kemudian dirapikan Gubernur Jenderal Daendels. Dia juga membangun “Jalan Pos” di tengah-tengah medan tanjakan dengan menggunakan gerobak sapi untuk mengangkut bebatuan dan menghancurkan bukit-bukit.



Presiden Soekarno berbincang dengan istri keempatnya Ibu Hartini di Istana Bogor pada Februari 1965. Foto: AFP/@perfectlifeid

Gubernur jenderal pergi ke Bogor dengan kereta kuda yang ditarik 2-4 kuda. Belanda juga membangun Istana Cipanas di tempat yang lebih tinggi dan letaknya di Kabupaten Cianjur. Menjelang 17 Agustus, Soekarno selama beberapa hari tinggal di Istana Cipanas menyusun naskah pidato yang akan dia sampaikan di hadapan rakyat pada peringatan kemerdekaan.

Baca juga: Jembatan Merah Bogor, Tempat Kongkow Gubernur Jenderal Hindia Belanda Sambil Makan Doclang

Pada tahun 1912 diceritakan orang Belanda memiliki kebiasaan tamasya ke Bogor dari Batavia. Biasanya rekreasi dilakukan akhir pekan dan saat musim panas. Maklum hawa di Buitenzorg masih dingin dan sejuk.

Untuk mendukung liburan akhir pekan para petingginya, Belanda pun membangun Hotel Bellevue (sekarang Bogor Trade Mall/BTM), kemudian Hotel Salak yang berdekatan dengan Kebun Raya Bogor.
(jon)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More