Cerita Pemulung Kampung Sawah Bekasi Berjuang Hidup: Cari Sampah untuk Dapat Berkah
Senin, 27 Februari 2023 - 20:50 WIB
BEKASI - Sampah tak melulu menjadi barang tidak berguna dan dibuang begitu saja. Bagi masyarakat di Kampung Sawah, Bintara Jaya, Bekasi Barat, sampah merupakan berkah.
Melalui sampah, warga pemulung bisa terus hidup meskipun di tengah keterbatasan. Sampah itu dijual ke pengepul, uang hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Botol, bekas nasi, terus besi apa aja yang penting jadi uang gitu. Apa saja dipulung," ujar Entin, warga pemulung saat berbincang di Podcast Aksi Nyata #DariKamuUntukIndonesia yang didukung Partai Perindo , Senin (27/2/2023).
Dalam acara yang dipandu Laras Tahira ini, Entin mengatakan, besi merupakan batang yang paling mahal dari sampah lainnya. "Kalau botol per kilogram paling mahal Rp3.000. Kalau besi sekitar Rp4.000 per kg," katanya.
Baca juga: Podcast Aksi Nyata Perindo: Pentingnya Edukasi Kaum Marginal
Tak pasti, jumlah sampah yang dipungutnya. Namun, yang paling berat dia bawa untuk dijual pernah mencapai 25 kg.
Manurut dia, uang yang dihasilkan dari sampah cukup untuk makan sehari-hari. "Cukup rupiah demi rupiah. Alhamdulillah kita kumpulkan dapat saja cukup buat makan," ucap Entin.
Kendati hidup di tengah keterbatasan tak membuat Entin patah arang. Dia tetap bersyukur menjalani hidup.
Terbukti anaknya bernama Mirna kini menjadi seorang guru pendamping di Yayasan Balerenik. "Alhamdulillah, biar anak kita sukses ke depannya. Saya SD saja nggak tamat sampai kelas 3 SD," ucapnya.
Melalui sampah, warga pemulung bisa terus hidup meskipun di tengah keterbatasan. Sampah itu dijual ke pengepul, uang hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Botol, bekas nasi, terus besi apa aja yang penting jadi uang gitu. Apa saja dipulung," ujar Entin, warga pemulung saat berbincang di Podcast Aksi Nyata #DariKamuUntukIndonesia yang didukung Partai Perindo , Senin (27/2/2023).
Dalam acara yang dipandu Laras Tahira ini, Entin mengatakan, besi merupakan batang yang paling mahal dari sampah lainnya. "Kalau botol per kilogram paling mahal Rp3.000. Kalau besi sekitar Rp4.000 per kg," katanya.
Baca juga: Podcast Aksi Nyata Perindo: Pentingnya Edukasi Kaum Marginal
Tak pasti, jumlah sampah yang dipungutnya. Namun, yang paling berat dia bawa untuk dijual pernah mencapai 25 kg.
Manurut dia, uang yang dihasilkan dari sampah cukup untuk makan sehari-hari. "Cukup rupiah demi rupiah. Alhamdulillah kita kumpulkan dapat saja cukup buat makan," ucap Entin.
Kendati hidup di tengah keterbatasan tak membuat Entin patah arang. Dia tetap bersyukur menjalani hidup.
Terbukti anaknya bernama Mirna kini menjadi seorang guru pendamping di Yayasan Balerenik. "Alhamdulillah, biar anak kita sukses ke depannya. Saya SD saja nggak tamat sampai kelas 3 SD," ucapnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda