New Normal Sulit bagi Masyarakat Menengah ke Bawah, Mudah bagi Kelas Atas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Zita Anjani berharap agar New Normal tidak menjadi New Problem. Kelompok masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah dinilai bisa terhambat saat New Normal.
Menurut Zita, dampak perkeonomian dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) itu pastinya akan memburuk. Namun itu merupakan tugas bersama dari daerah sampai ke level nasional. Tidak bisa diserahkan semuanya ke daerah. Artinya, butuh kolaborasi semua stakeholder. (Baca juga: Belum Siap Jalani New Normal, Tangerang Raya Perpanjang PSBB)
Tahapan selanjutnya dari PSBB adalah New Normal. Dia menilai, pada saat New Normal terdapat orang-orang yang makin turun ekonominya dan ada juga yang makin naik produktivitasnya. Misalnya para pekerja content creative yang kini produksi videonya menggunakan aplikasi meeting, dimana biayanya lebih kecil. (Baca juga: Jelang New Normal, Empat Warga Bekasi Ditemukan Positif Corona)
Bagi masyarakat kelas menengah atas, dia menilai New Normal lebih mudah, karena punya penghasilan tetap dan bisa tetap di rumah. Tapi kelompok kelas bawah bisa saja terhambat menuju New Normal.
"Itu targetnya, gimana orang kelompok kelas bawah sampai ke New Normal tadi, apa makin produktif atau di bawah normal tetap berproduksi. Dari insentif, ke pendampingan produksi untuk usaha menengah bawah, ini yang harus jadi target. Kita tunggu terobosannya Pak Gubernur Anies agar new normal tidak jadi new problem," pungkasnya.
Menurut Zita, dampak perkeonomian dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) itu pastinya akan memburuk. Namun itu merupakan tugas bersama dari daerah sampai ke level nasional. Tidak bisa diserahkan semuanya ke daerah. Artinya, butuh kolaborasi semua stakeholder. (Baca juga: Belum Siap Jalani New Normal, Tangerang Raya Perpanjang PSBB)
Tahapan selanjutnya dari PSBB adalah New Normal. Dia menilai, pada saat New Normal terdapat orang-orang yang makin turun ekonominya dan ada juga yang makin naik produktivitasnya. Misalnya para pekerja content creative yang kini produksi videonya menggunakan aplikasi meeting, dimana biayanya lebih kecil. (Baca juga: Jelang New Normal, Empat Warga Bekasi Ditemukan Positif Corona)
Bagi masyarakat kelas menengah atas, dia menilai New Normal lebih mudah, karena punya penghasilan tetap dan bisa tetap di rumah. Tapi kelompok kelas bawah bisa saja terhambat menuju New Normal.
"Itu targetnya, gimana orang kelompok kelas bawah sampai ke New Normal tadi, apa makin produktif atau di bawah normal tetap berproduksi. Dari insentif, ke pendampingan produksi untuk usaha menengah bawah, ini yang harus jadi target. Kita tunggu terobosannya Pak Gubernur Anies agar new normal tidak jadi new problem," pungkasnya.
(thm)