Isak Tangis Selamatkan 3 Bocah Korban Penyiksaan dari Kolong Flyover Pasar Pagi Asemka
loading...
A
A
A
JAKARTA - Suara isak tangis tiga anak sayup terdengar di kawasan kolong flyover Pasar Pagi, Asemka, Roa Malaka, Tambora, Jakarta Barat. Suasana jalan yang sepi, toko grosir yang tutup membuat suasana kian mencekam.
Bak tangisan mistis, Hamim, petugas PPSU Roa Malaka, memutuskan memberanikan diri mendekati sumber suara. “Mereka saling berpelukan, menangis, dan ketakutan,” kata Hamim saat ditemui di Kelurahan Roa Malaka, Tambora, Kamis (12/11/2020).
Diketahui, tiga bocah yang ditemukan pada Selasa (10/11/2020) malam itu mengaku berasal dari daaerah Kemayoran, Jakarta Pusat. Mereka menjadi korban eksploitasi dan kekerasan oleh seorang pria dewasa.
Saat bertemu, Hamim menyebut kondisi ketiganya sangat mengenaskan. Pakaian yang kucel dan menghitam, serupa dengan kulit mereka yang dipenuhi daki lantaran beberapa hari tidak mandi. Ada juga gunting sisa rambut yang terpotong.
“Rambut anak perempuan kecilnya juga sudah tidak beraturan, seperti dicukur sembarang,” sebut Hamim. (Baca juga: Sungguh Kejam, Sudah Dipaksa Nyabu Bocah Ini Disiksa jika Tidak Mencuri)
Hamim kemudian menghubungi rekannya untuk menjemput ketiga bocah malang itu. Sembari menunggu jembutan, Hamim mencoba menenangkan ketiganya yang kala itu tampak gelisah.
Tak lama, seorang remaja putri terlihat. Sempat menawarkan menaikkan ketiganya menggunakan taksi online. Namun Hamim menolak. Remaja putri itu lantas pergi tapi kembali lagi sembari membawa makanan. “Ada roti, susu, air mineral, dan nasi. Lalu kemudian dia pergi lagi,” kata Hamim.
Sekitar setengah jam kemudian, Budi, rekan Hamim, datang menjemput ketiga bocah, lalu mengantarkannya ke kantor kelurahan. Di sana ketiganya dijaga dua anggota Pamdal dan sejumlah PPSU yang tengah beristirahat. (Baca juga: Buru Pelaku Penyiksaan Anak di Jakarta Barat, Kemensos Akan Lapor Polisi)
Sempat dibawa ke aula kelurahan untuk sedikit membersihkan diri, tapi ketiganya masih tampak ketakutan. Bahkan seorang anak, Rido, sempat mencoba kabur dengan memanjat tembok belakang kelurahan, namun ketahuan petugas.
“Anak itu hyperaktif, mereka lari-lari, bermain, dan seperti tidak mengantuk. Padahal sudah cukup malam,” kata Mustakim, seorang anggota Pamdal.
Sembari menunggu jemputan Dinas Sosial datang, Mustakim dan beberapa PPSU mencoba mengorek informasi ketiganya. Cerita tentang dipaksa ngelem hingga mencuri diungkapkan ketiganya.
Mereka juga mengaku sudah sebulan tinggal bersama dan bertemu pertama kali di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat, lalu dibawa sejumlah remaja ke kota tua. “Yang kakak adik itu ngakunya kabur dari rumah. Sementara yang paling besar yatim piatu,” ucap Mustakim.
Saat mengobrol dengan mereka, Mustakim dan sejumlah anggota PPSU melihat bahwa badan mereka dipenuhi luka dan koreng. “Katanya karena sundutan rokok”.
Barulah menjelang tengah malam, pihak Sudinsos datang. Mereka langsung membawa ketiganya ke penampungan gelandangan di GOR Cengkareng, Jakarta Barat.
Sehari setelahnya atau Rabu (11/11/2020), kedua orang tua Riki dan Nabila datang. Mereka kemudian bertemu dengan petugas pamdal dan langsung diarahkan ke GOR Cengkareng. “Katanya orang tuanya sudah mencari sebulan terakhir,” tutup Mustakim.
Bak tangisan mistis, Hamim, petugas PPSU Roa Malaka, memutuskan memberanikan diri mendekati sumber suara. “Mereka saling berpelukan, menangis, dan ketakutan,” kata Hamim saat ditemui di Kelurahan Roa Malaka, Tambora, Kamis (12/11/2020).
Diketahui, tiga bocah yang ditemukan pada Selasa (10/11/2020) malam itu mengaku berasal dari daaerah Kemayoran, Jakarta Pusat. Mereka menjadi korban eksploitasi dan kekerasan oleh seorang pria dewasa.
Saat bertemu, Hamim menyebut kondisi ketiganya sangat mengenaskan. Pakaian yang kucel dan menghitam, serupa dengan kulit mereka yang dipenuhi daki lantaran beberapa hari tidak mandi. Ada juga gunting sisa rambut yang terpotong.
“Rambut anak perempuan kecilnya juga sudah tidak beraturan, seperti dicukur sembarang,” sebut Hamim. (Baca juga: Sungguh Kejam, Sudah Dipaksa Nyabu Bocah Ini Disiksa jika Tidak Mencuri)
Hamim kemudian menghubungi rekannya untuk menjemput ketiga bocah malang itu. Sembari menunggu jembutan, Hamim mencoba menenangkan ketiganya yang kala itu tampak gelisah.
Tak lama, seorang remaja putri terlihat. Sempat menawarkan menaikkan ketiganya menggunakan taksi online. Namun Hamim menolak. Remaja putri itu lantas pergi tapi kembali lagi sembari membawa makanan. “Ada roti, susu, air mineral, dan nasi. Lalu kemudian dia pergi lagi,” kata Hamim.
Sekitar setengah jam kemudian, Budi, rekan Hamim, datang menjemput ketiga bocah, lalu mengantarkannya ke kantor kelurahan. Di sana ketiganya dijaga dua anggota Pamdal dan sejumlah PPSU yang tengah beristirahat. (Baca juga: Buru Pelaku Penyiksaan Anak di Jakarta Barat, Kemensos Akan Lapor Polisi)
Sempat dibawa ke aula kelurahan untuk sedikit membersihkan diri, tapi ketiganya masih tampak ketakutan. Bahkan seorang anak, Rido, sempat mencoba kabur dengan memanjat tembok belakang kelurahan, namun ketahuan petugas.
“Anak itu hyperaktif, mereka lari-lari, bermain, dan seperti tidak mengantuk. Padahal sudah cukup malam,” kata Mustakim, seorang anggota Pamdal.
Sembari menunggu jemputan Dinas Sosial datang, Mustakim dan beberapa PPSU mencoba mengorek informasi ketiganya. Cerita tentang dipaksa ngelem hingga mencuri diungkapkan ketiganya.
Mereka juga mengaku sudah sebulan tinggal bersama dan bertemu pertama kali di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat, lalu dibawa sejumlah remaja ke kota tua. “Yang kakak adik itu ngakunya kabur dari rumah. Sementara yang paling besar yatim piatu,” ucap Mustakim.
Saat mengobrol dengan mereka, Mustakim dan sejumlah anggota PPSU melihat bahwa badan mereka dipenuhi luka dan koreng. “Katanya karena sundutan rokok”.
Barulah menjelang tengah malam, pihak Sudinsos datang. Mereka langsung membawa ketiganya ke penampungan gelandangan di GOR Cengkareng, Jakarta Barat.
Sehari setelahnya atau Rabu (11/11/2020), kedua orang tua Riki dan Nabila datang. Mereka kemudian bertemu dengan petugas pamdal dan langsung diarahkan ke GOR Cengkareng. “Katanya orang tuanya sudah mencari sebulan terakhir,” tutup Mustakim.
(thm)