Tak Punya Smartphone, Bocah SMP Ini Terancam Putus Sekolah

Senin, 26 Oktober 2020 - 17:05 WIB
loading...
Tak Punya Smartphone, Bocah SMP Ini Terancam Putus Sekolah
Aditya Akbar (13), warga RT10/RW 07 Nomor 41, Jalan Cempaka Bawah, Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat. Foto: SINDOnews/Yan Yusuf
A A A
JAKARTA - Sistem belajar daring masih menyisahkan persoalan serius bagi anak didik. Bahkan di Kota Metropolitan DKI Jakarta, masih ada anak didik yang tidak bisa mengikuti sekolah daring karena tidak punya ponsel.

Sudah ditinggal ibunya entah kemana, Aditya Akbar (13), kini harus was-was dengan nasib pendidikannya. Nasibnya melanjutkan pendidikan kini di ujung tanduk, lantaran hampir setengah tahun tidak mampu mengikuti sistem belajar online karena tak punya smartphone.

Bahkan, pelajar kelas VII SMP Negeri 286 itu tidak bisa mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) karena tidak mendapatkan soal lantaran tak memiliki smartphone.

Saat ditemui di rumahnya, warga RT10/RW 07 Nomor 41, Jalan Cempaka Bawah, Kota Bambu Utara, Palmerah ini, kondisinya jelas sangat pas pasan. Ia hanya mengandalkan ayahnya yang kini bekerja serabutan. Sebab sejak pandemi melanda, si ayah terpaksa di rumahkan.

“Kalau rumah ini memang warisan dari nenek,” kata Adit saat ditemui di rumah petakannya, Senin (26/10/2020). (Baca juga: Peringatan Keras buat Kemendikbud, Ibu Sampai Tega Bunuh Anak saat PJJ)

Untuk menutupi kebutuhan makan sehari-hari, sang ayah hanya mengandalkan panggilan reparasi motor atau barang elektronik yang rusak. Tapi penghasilan itu tidak menentu. Keduanya pun kadang harus menahan lapar seharian.

Dengan kondisi itu, Adit jelas tak mampu membeli smartphone. Sistem belajar daring terpaksa harus dilepas. "Mulai terkena imbas belajar daring sudah sejak kelas VI SD. Dulu ada handphone tapi sekarang tidak ada karena rusak," katanya.



Sejak saat itulah, Adit yang masuk SMP tak bisa lagi menerima pelajaran secara online. Namun ia tak mau merengek dan memelas meminta smartphone kepada sang ayah, lantaran kondisi orang tuanya juga serba kekurangan.

Alhasil, sejak semester awal sekolah, Adit tidak pernah ikuti pelajaran secara daring. Bahkan untuk memberi tahu sekolah saja ia tidak bisa, lantaran keluarga tidak memiliki satupun alat komunikasi. (Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka Belum Bisa Dilakukan, DKI Akan Tingkatkan Layanan Internet)

Termasuk saat UTS, Adit memutuskan untuk tidak ikut ujian. Kondisi ini membuat pihak sekolah mendatangi rumahnya untuk mengkonfirmasi ketidakhadirannya. "Jumat (23/10/2020) lalu dari pihak sekolah datang ke sini karena saya tidak ikut sekolah daring dan ulangan," kata Adit.

Menurut Adit, ayahnya sudah menjelaskan kepada pihak sekolah bahwa kondisi ekonomi keluarganya terhimpit lantaran pandemi Covid-19. Meski begitu, pihak sekolah tidak dapat berbuat banyak. Mereka malah mengharapkan orang tua mengupayakan untuk membelikan Adit smartphone.

"Katanya kalau bisa harus beli smartphone biar bisa terus belajar," ungkap Aditya. (Baca juga: Pelajar Terlibat Aksi, Disdik DKI: Yang Penting Tetap Ikuti Sekolah Daring)

Aditya bukan tidak ingin belajar. Penyuka mata pelajaran IPA itu hanya tidak memiliki pilihan lain setiap kali melihat kondisi keuangan keluarganya. "Enggak tahu harus bagaimana. Pasrah saja," kata Adit.

Sementara san kakak, Rival Diansyah, berharap adiknya bisa segera memiliki smartphone. Ia tidak ingin adiknya bernasib sama dengannya putus sekolah.

Rival yang hanya lulusan SD dan masih berusia 16 tahun itu tidak dapat berbuat banyak untuk adiknya. Keduanya hanya bergantung kepada sang ayah yang sudah di PHK sejak awal pandemi Covid-19 terjadi Mei lalu.

"Mereka (pihak sekolah) katanya hanya bisa membantu untuk memberi kesempatan ulangan susulan kepada adik saya. Tapi mereka juga harap orang tua dapat memenuhi kebutuhan Adit," ujar Rival yang mendampingi Adit.

Dia berharap ada solusi dari pemerintah setempat agar adiknya bisa melanjutkan sekolah. Rival tidak mau adiknya putus sekolah seperti dirinya yang berhenti sekolah sejak duduk di bangku SMP.

Terlebih menurut Rival, prestasi adiknya di sekolah cukup baik. Ketika duduk di bangku SD, Aditya disebut kerap mendapatkan nilai 95. Nilai rata-rata Aditya saat Ujian Akhir Sekolah (UAS) SD saja mencapai 80. "Saya harap adik saya bisa lanjutkan sekolah. Jangan seperti saya yang sudah putus sekolah," tutup Rival.
(thm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1115 seconds (0.1#10.140)