Tak Layak Angkut Orang, 1.800 Angkot di Depok Setop Operasi

Kamis, 28 Maret 2019 - 17:33 WIB
Tak Layak Angkut Orang, 1.800 Angkot di Depok Setop Operasi
Tak Layak Angkut Orang, 1.800 Angkot di Depok Setop Operasi
A A A
DEPOK - Separuh dari jumlah angkutan kota ( angkot) yang ada di Kota Depok tidak lagi beroperasi karena tak layak untuk mengangkut manusia. Dari total 3.600 angkot yang terdata, sekitar 1.800 armada sudah dikandangkan.

Kepala Dinas Perhubungan Kota Depok, Dadang Wihana, mengatakan, jumlah angkot yang terdata saat ini sebanyak 3.600 armada. Namun yang beroperasi hanya separuhnya atau sebanyak 1.800 armada.

"Berkurang 50 persen. Seharusnya ini menjadi perhatian bagi pengelola angkutan untuk melakukan peremajaan. Misalnya menambah sarana dan prasarana," ujarnya, Kamis (28/3/2019).

Dia berharap ada terobosan dari pengelola angkutan agar armadanya menjadi diminati penumpang. Misalnya, dengan melengkapi pendingin sehingga penumpang merasa nyaman ketika naik angkot," tukasnya. (Baca juga: 2017, Angkot Berusia Uzur Dilarang Operasi di Depok)

Dia sadar, perlu sinergi antara pemerintah dengan pengelola angkutan. Misalnya, pengelola memperbaiki diri dengan peningkatan sarana dan prasarana. Dari sisi pemerintah sebagai regulator bisa menjembatani. "Dengan demikian fungsi angkot menjadi transportasi massal bisa diminati kembali," paparnya.

Hal lain yang memengaruhi turunnya penggunaan angkot adalah transportasi dalam jaringan (daring). Saat ini penggunaan transportasi daring ini sangat masif dan berdampak pada penurunan jumlah penunggang angkot.

Alasannya, pengguna merasa lebih nyaman dan sampai di tempat tujuan hanya dengan sekali naik saja. "Data yang kami miliki hanya 30 persen saja masyarakat yang menggunakan angkot. Mereka lebih banyak menggunakan transportasi online," ungkapnya. (Baca juga: Angkot di Depok Harus Berbadan Hukum, Deadline Sampai 30 Juni)

Ia melanjutkan, dulu satu angkot bisa diisi sembilan penumpang sekali jalan. Namun saat ini satu armada hanya diisi sekitar tiga penumpang sekali jalan. "Kami berharap ada upaya dari pengelola angkutan agar melakukan peremajaan. Tujuannya supaya masyarakat mau naik angkot lagi," imbaunya.

Satgas Organda Kota Depok, Syafrial Koto, menambahkan, pihaknya telah mengusulkan agar angkot dijadikan angkutan kawasan. Sehingga angkot bisa masuk ke perumahan seperti halnya transportasi daring.

"Jadi bisa mengantarkan penumpang sampai depan rumah. Mekanisme pembayaran dengan non tunai sehingga memudahkan penumpang," katanya. (Baca juga: Kurang Dukungan, Pengoperasian Angkot Modern Belum Efektif Atasi Macet)

Tak hanya itu, pihaknya juga berencana menyiapkan pendingin udara di angkot. Nantinya direncanakan tersedia di angkutan medium 3/4, angkutan kecil, angkutan kawasan, dan bus wisata. "Kami menunggu regulasi dari rencana tersebut," pintanya.

Septian, salah satu sopir angkot mengaku pendapatannya sejak adanya angkutan online berkurang drastis. Sopir D110 itu dulu biasa mendapatkan Rp150.000, namun kini hanya bisa rata-rata Rp50.000. "Ya sejak banyak ojek dan taksi online jadi sepi," tandasnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3915 seconds (0.1#10.140)