Riwayat 5 Pahlawan Asal Jakarta yang Diabadikan Jadi Nama Jalan
Minggu, 30 Januari 2022 - 05:00 WIB
2. Ismail Marzuki
Ismail Marzuki adalah komponis masyhur kebanggaan Indonesia. Karya-karyanya hingga kini masih terus terdengar, salah satunya adalah lagu Rayuan Pulau Kelapa.
Lahir dan besar di Kwitang, Jakarta pada 11 Mei 1914, Ismail Marzuki tumbuh menjadi sosok yang mencintai musik. Ketika bersekolah di MULO, Ismail membuat grup musik bersama kawan-kawannya. "O Sarinah", yang menggambarkan kehidupan masyarakat di masa penjajahan Belanda, adalah lagu pertama yang ia ciptakan ketika usianya 17 tahun. Pada 1936, Ismail tergabung dalam Liev Java sebagai gitaris dan pemain saksofon.
Di masa pendudukan Jepang, Ismail Marzuki aktif dalam orkes radio di radio militer milik Jepang. Setelah itu, siaran musiknya ia lanjutkan di RRI yang akhirnya berakhir ketika Belanda menduduki stasiun radio tersebut.
Pada 25 Mei 1958, saat usianya 44 tahun, Ismail Marzuki meninggal dunia karena sakit. Untuk menghormati jasa Ismail, pemerintah membangun pusat seni dan kebudayaan Taman Ismail Marzuki di Cikini, Jakarta Pusat. Ismail Marzuki dianugerahi gelar pahlawan nasional pada tahun 2004.
3. Pierre Tendean
Lelaki bernama lengkap Pierre Andries Tendean lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939. Putra pasangan AL Tenderan dan ME Cornet ini menempuh pendidikan di Akademi Zeni Angkatan Darat pada 1958. Setelah itu, karier militernya pun dimulai di bidang intelijen.
Saat Operasi Dwikora, ia sukses melakukan penyusupan ke Malaysia dengan menyamar sebagai turis. Wajah Pierre yang menyerupai turis asing dengan penguasaan beberapa bahasa, membuat penyamarannya berhasil.
Pierre ditunjuk sebagai ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution pada 15 April 1965. Namun, Pierre tak berusia panjang. Ia menjadi tameng Nasution, yang kala itu menjadi sasaran tangkap Pasukan Cakrabirawa.
Nasution berhasil menyelamatkan diri, sementara Pierre ditangkap lalu dibawa ke Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965 pagi. Bersama enam jenderal, Pierre gugur akibat siksaan anggota PKI. Pierre dimakamkan di TMPN Utama Kalibata dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 5 Oktober 1965.
Ismail Marzuki adalah komponis masyhur kebanggaan Indonesia. Karya-karyanya hingga kini masih terus terdengar, salah satunya adalah lagu Rayuan Pulau Kelapa.
Lahir dan besar di Kwitang, Jakarta pada 11 Mei 1914, Ismail Marzuki tumbuh menjadi sosok yang mencintai musik. Ketika bersekolah di MULO, Ismail membuat grup musik bersama kawan-kawannya. "O Sarinah", yang menggambarkan kehidupan masyarakat di masa penjajahan Belanda, adalah lagu pertama yang ia ciptakan ketika usianya 17 tahun. Pada 1936, Ismail tergabung dalam Liev Java sebagai gitaris dan pemain saksofon.
Di masa pendudukan Jepang, Ismail Marzuki aktif dalam orkes radio di radio militer milik Jepang. Setelah itu, siaran musiknya ia lanjutkan di RRI yang akhirnya berakhir ketika Belanda menduduki stasiun radio tersebut.
Pada 25 Mei 1958, saat usianya 44 tahun, Ismail Marzuki meninggal dunia karena sakit. Untuk menghormati jasa Ismail, pemerintah membangun pusat seni dan kebudayaan Taman Ismail Marzuki di Cikini, Jakarta Pusat. Ismail Marzuki dianugerahi gelar pahlawan nasional pada tahun 2004.
3. Pierre Tendean
Lelaki bernama lengkap Pierre Andries Tendean lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939. Putra pasangan AL Tenderan dan ME Cornet ini menempuh pendidikan di Akademi Zeni Angkatan Darat pada 1958. Setelah itu, karier militernya pun dimulai di bidang intelijen.
Saat Operasi Dwikora, ia sukses melakukan penyusupan ke Malaysia dengan menyamar sebagai turis. Wajah Pierre yang menyerupai turis asing dengan penguasaan beberapa bahasa, membuat penyamarannya berhasil.
Pierre ditunjuk sebagai ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution pada 15 April 1965. Namun, Pierre tak berusia panjang. Ia menjadi tameng Nasution, yang kala itu menjadi sasaran tangkap Pasukan Cakrabirawa.
Nasution berhasil menyelamatkan diri, sementara Pierre ditangkap lalu dibawa ke Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965 pagi. Bersama enam jenderal, Pierre gugur akibat siksaan anggota PKI. Pierre dimakamkan di TMPN Utama Kalibata dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 5 Oktober 1965.
tulis komentar anda