Asal Usul Grogol Jakbar, Dulunya Tempat Bermukim Binatang Buas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bagi sebagian besar warga Jakarta, nama Grogol di Jakarta Barat tak asing lagi bahkan bisa jadi sangat familiar. Di tempat ini, dulu pernah ada terminal bus yang cukup besar di wilayah Ibu Kota.
Namun, asal usul nama Grogol sudah dikenal masa kolonial Belanda atau Jakarta masih bernama Batavia, Grogol berhubungan dengan binatang buas. Berdasarkan informasi dan data sejarah disebutkan dulunya sebuah kawasan hutan lebat.
Bahkan, banyak terdapat binatang buas yang tidak terhitung jumlahnya. Binatang-binatang di hutan itu sering diburu warga. Mereka pun memasang sejumlah perangkap agar bisa mendapatkan hewan buruan.
Alat untuk menjebak binatang itu mereka sebut garogol (Sunda), yang artinya perangkap dari tombak-tombak. Nama Garogol itu lama-lama dalam penyebutannya berubah menjadi Grogol. Kemudian namaGrogol itulah yang kini kita kenal bersama.
Berdasarkan buku ‘Asal Usul Nama Tempat di Jakarta’ karya Sejarawan Betawi Rachmat Ruchiat menyebutkan pada zaman dahulu konon banyak satwa liar seperti macan berkeliaran di wilayah itu, hingga masyarakat memasang perangkap disana.
Setiap kali berburu, warga memasang garogol atau perangkap yang dibuat dari tombak-tombak. Dengan alat garogol binatang buas biasanya ditangkap. Seiring berjalannya waktu kini, Kawasan Grogol menjadi wilayah perkotaan modern.
Pada paruh kedua abad ke-18, hampir seluruh daerah aliran Kali Grogol pernah menjadi milik Reiner de Klerk (1708-1780). Ia adalah seorang pejabat VOC yang kaya raya, pemilik Gedung yang sekarang menjadi Gedung Arsip Nasional di Jalan Gajah Mada.
Sejak tahun 1777 sampai 1780, Reiner de Klerk menjabat sebagai Gubernur Jenderal. Pada usia senjanya, ia membangun rumah peristirahatan di Grogol. Gedung tersebut kini terletak didalam komplek kantor Polsek Pal Merah.
Pada tahun 1780, sebelum Gedung itu rampung dibangun, Reiner de Klerk meninggal dunia. Setelah belasan tahun bangunan itu mangkrak, akhirnya pada tahun 1792 diselesaikan oleh pemilik baru sebagian tanah Grogol, yaitu Andries Hartsinck yang juga pemilik tanah Yapan atau Jepang.
Rupanya bekas tanah milik Reiner de Klerk itu terbagi bagi menjadi sejumlah tanah partikelir, antara lain Kebon Jeruk, Petamburan, Kebayoran, Ulujami, dan lainnya. Menurut Regering Almanak, pada tahun 1981 tanah grogol tercatat sebagai milik Kauw Kang Youw dengan hasil buminya padi dan kelapa.
Saat ini Kawasan Grogol terkenal dengan dua perguruan tinggi yakni Universitas Trisakti dan Universitas Tarumanagara. Keduanya cukup mashur di Jakarta, juga di Indonesia. Selain itu, di kawasan Grogol juga terdapat RS Sumber Waras.
Kemudian pusat perbelanjaan modern Mal Ciputra dan Ctra Land yang berada di dekat perempatan Grogol di kawasan Jakarta Barat. Kawasan tersebut merupakan salah satu tempat yang cukup strategis di Ibu Kota, didukung keberadaan terminal bus yang terintegarasi dengan jaringan busway Transjakarta.
Lihat Juga: Kapan Keppres Pemindahan Ibu Kota Terbit? Menteri Hukum: Tergantung Presiden dan Infrastruktur IKN
Namun, asal usul nama Grogol sudah dikenal masa kolonial Belanda atau Jakarta masih bernama Batavia, Grogol berhubungan dengan binatang buas. Berdasarkan informasi dan data sejarah disebutkan dulunya sebuah kawasan hutan lebat.
Bahkan, banyak terdapat binatang buas yang tidak terhitung jumlahnya. Binatang-binatang di hutan itu sering diburu warga. Mereka pun memasang sejumlah perangkap agar bisa mendapatkan hewan buruan.
Alat untuk menjebak binatang itu mereka sebut garogol (Sunda), yang artinya perangkap dari tombak-tombak. Nama Garogol itu lama-lama dalam penyebutannya berubah menjadi Grogol. Kemudian namaGrogol itulah yang kini kita kenal bersama.
Berdasarkan buku ‘Asal Usul Nama Tempat di Jakarta’ karya Sejarawan Betawi Rachmat Ruchiat menyebutkan pada zaman dahulu konon banyak satwa liar seperti macan berkeliaran di wilayah itu, hingga masyarakat memasang perangkap disana.
Setiap kali berburu, warga memasang garogol atau perangkap yang dibuat dari tombak-tombak. Dengan alat garogol binatang buas biasanya ditangkap. Seiring berjalannya waktu kini, Kawasan Grogol menjadi wilayah perkotaan modern.
Pada paruh kedua abad ke-18, hampir seluruh daerah aliran Kali Grogol pernah menjadi milik Reiner de Klerk (1708-1780). Ia adalah seorang pejabat VOC yang kaya raya, pemilik Gedung yang sekarang menjadi Gedung Arsip Nasional di Jalan Gajah Mada.
Sejak tahun 1777 sampai 1780, Reiner de Klerk menjabat sebagai Gubernur Jenderal. Pada usia senjanya, ia membangun rumah peristirahatan di Grogol. Gedung tersebut kini terletak didalam komplek kantor Polsek Pal Merah.
Pada tahun 1780, sebelum Gedung itu rampung dibangun, Reiner de Klerk meninggal dunia. Setelah belasan tahun bangunan itu mangkrak, akhirnya pada tahun 1792 diselesaikan oleh pemilik baru sebagian tanah Grogol, yaitu Andries Hartsinck yang juga pemilik tanah Yapan atau Jepang.
Rupanya bekas tanah milik Reiner de Klerk itu terbagi bagi menjadi sejumlah tanah partikelir, antara lain Kebon Jeruk, Petamburan, Kebayoran, Ulujami, dan lainnya. Menurut Regering Almanak, pada tahun 1981 tanah grogol tercatat sebagai milik Kauw Kang Youw dengan hasil buminya padi dan kelapa.
Saat ini Kawasan Grogol terkenal dengan dua perguruan tinggi yakni Universitas Trisakti dan Universitas Tarumanagara. Keduanya cukup mashur di Jakarta, juga di Indonesia. Selain itu, di kawasan Grogol juga terdapat RS Sumber Waras.
Kemudian pusat perbelanjaan modern Mal Ciputra dan Ctra Land yang berada di dekat perempatan Grogol di kawasan Jakarta Barat. Kawasan tersebut merupakan salah satu tempat yang cukup strategis di Ibu Kota, didukung keberadaan terminal bus yang terintegarasi dengan jaringan busway Transjakarta.
Lihat Juga: Kapan Keppres Pemindahan Ibu Kota Terbit? Menteri Hukum: Tergantung Presiden dan Infrastruktur IKN
(ams)