Menggelorakan Gerakan Jakarta Sadar Sampah

Senin, 25 Oktober 2021 - 05:42 WIB
Kelompok Stacia Hijau (KSH), sebuah organisasi penggiat lingkungan yang berbasis di Jakarta mengapresiasi dan mendorong upaya Pemerintah Provinsi DKI dalam menggelorakan gerakan Jakarta Sadar Sampah. KSH menilai, gerakan moral yang bersifat kolaborasi ini mampu menyelamatkan Ibu Kota dari pencemaran sampah, dan ada unsur edukasinya juga. “Tinggal bagaimana menyadarkan masyarakat agar mampu memilah dan mengolah sampahnya sendiri, yang proses penyadarannya itu mesti dimulai dari tiap individu rumah tangga,” kata Ketua KSH Bela Kirali dalam sebuah diskusi di Cafe Wajah Pribumi (Japri), Ciputat, Tangsel, Sabtu (23/10).

baca juga: Wagub DKI Yakin FPSA Mampu Atasi Permasalahan Sampah di Jakarta

Sejauh ini, kata Bela, upaya Pemprov DKI dalam menangani sampah sudah cukup baik, kendati memang masih banyak hal krusial yang harus dibenahi, terutama di sisi partisipasi masyarakat. “Isu sampah ini kan sangat luas. Tak hanya terkait dengan persoalan lingkungan, tapi juga sosial masyarakat, budaya, ekonomi, bahkan ada unsur politisnya juga. Makanya tak bisa Pemprov DKI bekerja sendirian. Penanganan sampah ini kerja lintas sektoral. Pemprov tentu butuh dukungan semua pihak, terutama masyarakat,” tutur Bela.

Bela melihat, salah satu bentuk keseriusan Pemprov DKI dalam menangani persoalan sampah, yakni dengan membangun Fasilitas Pengolahan Sampah Antara (FPSA) di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, pada November 2021. Diyakini, FPSA yang dibangun nantinya memberikan dampak besar pada pengelolaan sampah Ibu Kota, yang sejauh ini masih mengandalkan TPST Bantargebang. Terlebih, sistem yang dibuat ramah lingkungan dan menggunakan teknologi modern.

“Yang membanggakan lagi, ternyata teknologi yang digunakan asli karya anak bangsa, dan ini patut didukung. Ke depan tentu dibutuhkan lebih banyak lagi FPSA. Karena volume sampah di Jakarta ini akan terus bertambah seiring meningkatnya mobilitas dan jumlah masyarakat Ibu Kota. Belum lagi tumpukan sampah di Bantargebang yang tingginya sudah mencapai 50 meter, itu juga mesti diberesi. Karena tumpukan sampah bukan hanya mencemari lingkungan, tapi juga membahayakan masyarakat sekitar dan menimbulkan beragam penyakit,” tutur pria kelahiran Pagaralam, Sumatera Selatan ini.

baca juga: Bangun FPSA Tebet, Sarana Jaya Siapkan Pemantau Emisi

Bela mengungkapkan, sebenarnya banyak lahan di Jakarta yang notabene aset Pemprov DKI, bisa dijadikan tempat untuk pengolahan sampah. Salah satunya di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan. “Arealnya kan luas itu, ada sekitar 60 hektare. Sangat mungkin jika mau dijadikan kawasan terpadu pengelolaan sampah. Masyarakat sekitar juga bisa diberdayakan dalam hal pengelolaan sampah yang baik. Karena kebetulan juga KSH mempunyai kelompok-kelompok masyarakat binaan di Ciganjur, yang selama ini aktif di program pembibitan buah dan konservasi,” kata Bela.

Khusus mengenai program pemberdayaan dan konservasi, Bela mengaku, tak hanya dilakukan di kawasan Ciganjur. Pihaknya bahkan telah lama merajut program konnservasi kawasan muara sungai Cisadane, dari kerusakan lingkungan. Lokasi persisnya di Desa Tanjung Burung dan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang. “Kita berdayakan masyarakat di sana menanam mangrove, membangun ekonominya, dan menggali potensi serta kearifan lokal masyarakat setempat, termasuk menangani sampah di muara sungai Cisadane. Akan percuma rajin menanam mangrove tetapi abai terhadap sampah. Kan sampah-sampah di muara sungai mengalirnya ke laut Jakarta juga,” tandasnya.



Teknologi Ramah Lingkungan
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More