Stasiun MRT Bundaran HI Terintegrasi Langsung dengan Halte Transjakarta
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) masih berupaya mengintegrasikan armadanya dengan Stasiun Mass Rapid Transit (MRT). Hingga hari ini, dari 13 Stasiun MRT baru satu yang terintegrasi langsung dengan halte Transjakarta, yakni di Bundaran Hotel Indonesia (HI).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, hari ini telah dibuka halte bus Transjakarta di Bundaran HI yang langsung terintegrasi dengan MRT. Implementasi integrasi di halte tersebut merupakan yang pertama namun bukan berhenti di situ. Dia berharap proses integrasi ini nanti akan terjadi di semua tempat.
"Salah satu hal baru yang kami dorong adalah bukan sekadar pengelolaan moda transportasi yang baik, tetapi integrasi atau perpindahan antarmoda yang baik," ujar Anies seusai peninjauan halte Bundaran HI, Senin (25/3/2019).
Anies menjelaskan, konsep integrasi di Bundaran HI memudahkan masyarakat dalam berpindah moda untuk melaniutkan perjalanannya. Masyarakat bisa turun di dalam Stasiun MRT langsung pindah ke Transjakarta. Sebaliknya, pengguna Transjakarta bisa langsung ke MRT.
Mantan Menteri Pendidikan itu pun menekankan harapan diberlakukannya kebijakan Jak Lingko agar mobilitas masyarakat dapat terjangkau melalui integrasi moda transportasi massal. (Baca juga: Badan Integrasi Transportasi DKI Dibentuk Sebelum Juli 2019)
Seperti diketahui, Jak Lingko merupakan kebijakan sistem integrasi moda transportasi dengan kolaborasi antar pemangku kepentingan terkait, antara lain MRT Jakarta, LRT Jakarta, Transjakarta, maupun bus kecil dan angkutan umum yang telah bekerja sama.
"Konsep integrasi hari ini kita rasakan. Ini yang kita gunakan dalam konsep Jak Lingko," ungkapnya. ( Baca: MRT, LRT, KCI, dan Kereta Bandara Akan Dikelola Satu Badan )
Sementara itu, Direktur Utama PT Transjakarta, Agung Wicaksono, mengaku, saat ini baru halte bus Transjakarta Bundaran HI yang terintegrasi langsung dengan Stasiun MRT. Sebab, sedari dulu Jepang memang mendesain MRT terkoneksi dengan moda lain hanya di Bundaran HI.
Namun, karena pemerintah sekarang ingin integrasi, bukan elimininasi, pihaknya tengah mempersiapkan halte lain yang terintegrasi dengan MRT seperti di Bundaran HI. Misalnya, di Tosari yang akan dikerjakan April ini.
Di sana, kata Agung, halte Transjakarta akan terintegrasi dengan Stasiun Dukuh Atas. Namun, karena mediannya terlalu kecil, tidak memungkinkan untuk membuat terowongan seperti halte Bundaran HI. Untuk itu, halte Transjakarta di Tosari diperpanjang lebih dekat ke menara BCA, Grand Indonesia, atau Hotel Mandarin, sehingga penumpang lebih mudah berpindah moda.
"Selanjutnya Lebak Bulus, kami siapkan dibangun kawasan untuk pengendapan atau parkirnya Transjakarta yang mengantar ke sana. Besok saya akan melakukan penjurian sayembara untuk halte Asean/CSW Asean. MRT dulu enggak kepikiran ada koridor 13, nah ini sekarang kami sayembarakan Transjakarta dengan MRT untuk integrasi di CSW," jelasnya.
Terkait dengan integrasi antarmoda di luar halte, PT Transjakarta tengah menyiapkan beberapa layanan baru, seperti BSD menuju Fatmawati, kemudian dari Bintaro menuju Blok M. Lalu rute Jatijajar ke Lebak Bulus.
"Kalau Jatijajar-Lebak Bulus kami perpendek Universitas Indonesia-Lebak Bulus. Itu kendalanya satu, untuk jalur reguler yang kemacetanya luar biasa. Kami kan menggunakan armada sesuai yang ada di e-Katalog," pungkasnya.
Saat ini bus sedang jenis Metromini dan Kopaja yang idealnya beroperasi di jalur regular itu masih dalam proses penayangan di e-Katalog melalui Badan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah (BPBJ). Informasinya, proses tersebut rampung akhir bulan ini karena merupakan kegiatan startegis daerah.
Kepala Bidang Angkutan Jalan Dinas Perhubungan DKI Jakarta Masdes Arouffy menyebutkan, ketika bus sedang ada di e-Katalog pada April mendatang, operator bus sedang bisa bekerja sama dengan bus Transjakarta dengan mengklik e-Katalog tersebut. Dengan begitu, pihaknya bisa mengatur trayek ideal integrasi antarmoda.
"Kalau jalan lokal itukan umumnya menggunakan armada bus sedang. Meski berat jalan tidak melebihi, kemacetan kemungkinan akan terjadi apabila menggunakan bus besar," tandasnya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, hari ini telah dibuka halte bus Transjakarta di Bundaran HI yang langsung terintegrasi dengan MRT. Implementasi integrasi di halte tersebut merupakan yang pertama namun bukan berhenti di situ. Dia berharap proses integrasi ini nanti akan terjadi di semua tempat.
"Salah satu hal baru yang kami dorong adalah bukan sekadar pengelolaan moda transportasi yang baik, tetapi integrasi atau perpindahan antarmoda yang baik," ujar Anies seusai peninjauan halte Bundaran HI, Senin (25/3/2019).
Anies menjelaskan, konsep integrasi di Bundaran HI memudahkan masyarakat dalam berpindah moda untuk melaniutkan perjalanannya. Masyarakat bisa turun di dalam Stasiun MRT langsung pindah ke Transjakarta. Sebaliknya, pengguna Transjakarta bisa langsung ke MRT.
Mantan Menteri Pendidikan itu pun menekankan harapan diberlakukannya kebijakan Jak Lingko agar mobilitas masyarakat dapat terjangkau melalui integrasi moda transportasi massal. (Baca juga: Badan Integrasi Transportasi DKI Dibentuk Sebelum Juli 2019)
Seperti diketahui, Jak Lingko merupakan kebijakan sistem integrasi moda transportasi dengan kolaborasi antar pemangku kepentingan terkait, antara lain MRT Jakarta, LRT Jakarta, Transjakarta, maupun bus kecil dan angkutan umum yang telah bekerja sama.
"Konsep integrasi hari ini kita rasakan. Ini yang kita gunakan dalam konsep Jak Lingko," ungkapnya. ( Baca: MRT, LRT, KCI, dan Kereta Bandara Akan Dikelola Satu Badan )
Sementara itu, Direktur Utama PT Transjakarta, Agung Wicaksono, mengaku, saat ini baru halte bus Transjakarta Bundaran HI yang terintegrasi langsung dengan Stasiun MRT. Sebab, sedari dulu Jepang memang mendesain MRT terkoneksi dengan moda lain hanya di Bundaran HI.
Namun, karena pemerintah sekarang ingin integrasi, bukan elimininasi, pihaknya tengah mempersiapkan halte lain yang terintegrasi dengan MRT seperti di Bundaran HI. Misalnya, di Tosari yang akan dikerjakan April ini.
Di sana, kata Agung, halte Transjakarta akan terintegrasi dengan Stasiun Dukuh Atas. Namun, karena mediannya terlalu kecil, tidak memungkinkan untuk membuat terowongan seperti halte Bundaran HI. Untuk itu, halte Transjakarta di Tosari diperpanjang lebih dekat ke menara BCA, Grand Indonesia, atau Hotel Mandarin, sehingga penumpang lebih mudah berpindah moda.
"Selanjutnya Lebak Bulus, kami siapkan dibangun kawasan untuk pengendapan atau parkirnya Transjakarta yang mengantar ke sana. Besok saya akan melakukan penjurian sayembara untuk halte Asean/CSW Asean. MRT dulu enggak kepikiran ada koridor 13, nah ini sekarang kami sayembarakan Transjakarta dengan MRT untuk integrasi di CSW," jelasnya.
Terkait dengan integrasi antarmoda di luar halte, PT Transjakarta tengah menyiapkan beberapa layanan baru, seperti BSD menuju Fatmawati, kemudian dari Bintaro menuju Blok M. Lalu rute Jatijajar ke Lebak Bulus.
"Kalau Jatijajar-Lebak Bulus kami perpendek Universitas Indonesia-Lebak Bulus. Itu kendalanya satu, untuk jalur reguler yang kemacetanya luar biasa. Kami kan menggunakan armada sesuai yang ada di e-Katalog," pungkasnya.
Saat ini bus sedang jenis Metromini dan Kopaja yang idealnya beroperasi di jalur regular itu masih dalam proses penayangan di e-Katalog melalui Badan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah (BPBJ). Informasinya, proses tersebut rampung akhir bulan ini karena merupakan kegiatan startegis daerah.
Kepala Bidang Angkutan Jalan Dinas Perhubungan DKI Jakarta Masdes Arouffy menyebutkan, ketika bus sedang ada di e-Katalog pada April mendatang, operator bus sedang bisa bekerja sama dengan bus Transjakarta dengan mengklik e-Katalog tersebut. Dengan begitu, pihaknya bisa mengatur trayek ideal integrasi antarmoda.
"Kalau jalan lokal itukan umumnya menggunakan armada bus sedang. Meski berat jalan tidak melebihi, kemacetan kemungkinan akan terjadi apabila menggunakan bus besar," tandasnya.
(thm)