PBNU Ajak Masyarakat Tak Saling Menyalahkan dalam Tragedi Kanjuruhan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Katib Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PBNU ) KH M Syarbani Haira menilai insiden di Stadion Kanjuruhan Malang adalah tragedi kemanusiaan, bukan lagi keributan suporter sepak bola atau tindakan kriminal biasa.
Kendati demikian, Kiai Syarbani mengajak masyarakat menahan diri dan tak saling menyalahkan dalam tragedi yang menelan ratusan korban jiwa. Menurutnya, kejadian di markas Arema FC itu menjadi momentum untuk memperbaiki dunia sepak bola nasional.
”Misalnya katakan pergantian pengurus PSSI, mungkin itu tidak relevan. Jadi yang paling mungkin hari ini kesepakatan bersama untuk menjadikan ini titik awal menata ulang dunia sepak bola,” kata Kiai Syarbani di Jakarta, Kamis (13/10/2022).
Katib Syuriah PWNU Kalimantan Selatan ini mengatakan, sejauh ini rekomendasi pembenahan sepak bola sudah ada. Misalnya rekomendasi FIFA salah satunya adalah perbaikan infrastruktur hingga menata ulang prosedur pertandingan dan standar keamanan.
”Atau misalnya ada yang menyebut ada mafia atau gimana, ya dibuktikan saja,” tegasnya.
Kiai Syarbani pun mencetuskan ide bahwasanya mental suporter sepakbola seharusnya bisa juga di benahi. Seperti halnya reformasi yang dilakukan PT KAI saat menertibkan para penumpang KRL yang berjejalan di atap kereta, sehingga kini bisa tertib.
Ia juga mencontohkan saat dirinya ikut berperan dalam memperjuangkan kedamaian antara suku Dayak dengan suku Madura usai kerusuhan di Sampit era tahun 2000-an lalu.
Dalam kasus itu, para pihak yang bertikai dilakukan pendampingan oleh tokoh-tokoh yang memang dihormati dan disegani oleh para pihak yang bertikai. Hasilnya, kini kehidupan sudah kembali normal dan para pihak yang bertikai sudah hidup berdampingan kembali.
Hal itulah yang menurutnya bisa diadopsi dalam hal mereformasi mental para suporter Indonesia. ”Semua harus diatur, bagaimana bisa melibatkan orang yang berpengaruh. Ini pasti akan berhasil,” pungkasnya.
Kendati demikian, Kiai Syarbani mengajak masyarakat menahan diri dan tak saling menyalahkan dalam tragedi yang menelan ratusan korban jiwa. Menurutnya, kejadian di markas Arema FC itu menjadi momentum untuk memperbaiki dunia sepak bola nasional.
”Misalnya katakan pergantian pengurus PSSI, mungkin itu tidak relevan. Jadi yang paling mungkin hari ini kesepakatan bersama untuk menjadikan ini titik awal menata ulang dunia sepak bola,” kata Kiai Syarbani di Jakarta, Kamis (13/10/2022).
Katib Syuriah PWNU Kalimantan Selatan ini mengatakan, sejauh ini rekomendasi pembenahan sepak bola sudah ada. Misalnya rekomendasi FIFA salah satunya adalah perbaikan infrastruktur hingga menata ulang prosedur pertandingan dan standar keamanan.
”Atau misalnya ada yang menyebut ada mafia atau gimana, ya dibuktikan saja,” tegasnya.
Kiai Syarbani pun mencetuskan ide bahwasanya mental suporter sepakbola seharusnya bisa juga di benahi. Seperti halnya reformasi yang dilakukan PT KAI saat menertibkan para penumpang KRL yang berjejalan di atap kereta, sehingga kini bisa tertib.
Ia juga mencontohkan saat dirinya ikut berperan dalam memperjuangkan kedamaian antara suku Dayak dengan suku Madura usai kerusuhan di Sampit era tahun 2000-an lalu.
Dalam kasus itu, para pihak yang bertikai dilakukan pendampingan oleh tokoh-tokoh yang memang dihormati dan disegani oleh para pihak yang bertikai. Hasilnya, kini kehidupan sudah kembali normal dan para pihak yang bertikai sudah hidup berdampingan kembali.
Hal itulah yang menurutnya bisa diadopsi dalam hal mereformasi mental para suporter Indonesia. ”Semua harus diatur, bagaimana bisa melibatkan orang yang berpengaruh. Ini pasti akan berhasil,” pungkasnya.
(ams)