Sosok KH Ma’mun Nawawi, Murid KH Hasyim Asy’ari Penggembleng Laskar Hizbullah di Cibarusah Bekasi

Sabtu, 19 Februari 2022 - 05:00 WIB
loading...
Sosok KH Ma’mun Nawawi, Murid KH Hasyim Asy’ari Penggembleng Laskar Hizbullah di Cibarusah Bekasi
KH Ma’mun Nawawi (Mama Cibogo). Foto/Istimewa
A A A
BEKASI - Laskar Hizbullah begitu heroik mengusir penjajah dari Indonesia, tahukah siapa di balik laskar gagah pemberani itu? Sosok tersebut adalah KH Ma’mun Nawawi, murid KH Hasyim Asy’ari.

KH Ma’mun Nawawi (Mama Cibogo) merupakan pendiri dan penggembleng Laskar Hizbullah. Tokoh NU ini juga mendirikan pondok pesantren Al Baqiyatus Sholihat di Cibarusah, Kabupaten Bekasi pada tahun 1938.

KH Ma’mun Nawawi dikenal sebagai ulama produktif. Hingga akhir hayatnya, ulama yang lahir pada tahun 1912 ini berhasil melahirkan 63 kitab. Selain ulama, Ma’mun Nawawi dikenal sebagai cendekiawan.

Kitab yang dia lahirkan bahkan menjadi referensi umum untuk mempelajari ilmu falaq dan astronomi. Tidak hanya di Indonesia, kitab dia digunakan juga oleh para mahasiswa Asia Tenggara dan Timur Tengah.

Selain memiliki ilmu pengetahuan yang luas, Ma’mun Nawawi pun turut serta dalam perjuangan bangsa. Dia berperan aktif dalam pembentukan Laskar Hizbullah. Hal itu dibuktikan dengan dilaksanakannya pelatihan semi militer bagi para santri di Pondok Pesantren Al Baqiyatus Sholihat yang dipimpinnya.

Pasca pelatihan, Laskar Hizbullah diterjunkan ke berbagai medan pertempuran seperti di Jombang, Jawa Timur di bawah pimpinan KH Wahid Hasyim, di Surabaya di bawah pimpinan Bung Tomo dan di Bekasi dibawah komando pahlawan nasional KH Noer Alie.

Sosok KH Ma’mun Nawawi, Murid KH Hasyim Asy’ari Penggembleng Laskar Hizbullah di Cibarusah Bekasi

Foto: NU.or.id

Selain sibuk dengan menebar ilmu-ilmu agama, Kiai Ma’mun Nawawi juga mempunyai peranan penting dalam catatan sejarah kemerdekaan Indonesia. Berbekal kedekatan dengan sang guru, Mbah Hasyim Asy’ari, dan anak gurunya itu, KH Abdul Wahid Hasyim, ia pun turut serta dalam perjuangan kaum santri demi mengusir penjajah dari Indonesia.

Mbah Hasyim melihat, daerah Cibarusah di Kabupaten Bekasi khususnya pondok pesantren yang diasuh Kiai Nawawi, sangat strategis. Karena itu, Cibarusah pun didaulat menjadi tuan rumah pusat pelatihan Laskar Hizbullah.

Dalam catatan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bekasi menyebutkan bahwa Mbah Hasyim menugaskan Mama Cibogo untuk melakukan pembinaan mental terhadap para santri, yang lantas menjadi anggota Laskar Hizbullah.

Di Cibarusah, mental mereka ditempa agar teguh berjuang, begitu pula dengan kemampuan membela diri dan menggunakan pelbagai persenjataan. Khususnya pada periode 1945-1949, dia berperan signifikan sebagai penasihat rohani dan kebatinan para pemuda pejuang kemerdekaan.

Tercatat, pelatihan itu diikuti sekitar 500 pemuda dan santri. Setiap pesantren se-Jawa dan Madura mengirim lima orang utusan untuk mengikuti sesi tersebut. Para santri asuhan Mama Cibogo berjumlah ratusan orang.

Mereka pun mendapat pelatihan militer sebagai bekal menghadapi tentara musuh. Kelak setelah Proklamasi 1945, musuh mereka adalah pasukan Belanda yang hendak menjajah lagi Tanah Air. Pelatihan perdana Laskar Hizbullah tersebut dilaksanakan pada 28 Februari 1945.

Momen ini dipimpin langsung Kiai Abdul Wahid Hasyim. Ada pula beberapa tokoh lain yang hadir di sana, seperti KH Zainul Arifin dan KH Noer Alie. Pembukaan pelatihan ini disaksikan Gunseikan, para perwira Jepang, pimpinan pusat Partai Masyumi, dan para Pangreh Praja.

Mama Cibogo wafat dalam usia 63 tahun. Ia kembali ke rahmatullah pada 26 Muharram 1395 atau 7 Februari 1975. Hingga akhir hayatnya, Mama Cibogo meninggalkan 40 anak dan empat orang istri. Seorang ulama besar asal Bekasi yang juga pahlawan nasional, KH Noer Ali, menjadi imam shalat jenazahnya.

Pemakaman almarhum diiringi lautan manusia yang sangat berduka atas kepergiannya. Pondok Pesantren Al-Baqiyatus Sholihat merupakan salah satu dari beberapa peninggalan KH Ma’mun Nawawi. Pesantren tertua di Bekasi ini diasuh oleh keturunan Mama Cibogo dengan umur pesantren sudah 84 tahun. Pesantren yang berdiri di atas tanah seluas 2995 m2.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1758 seconds (0.1#10.140)