7 Tahun Jadi Wali Kota, Bima Arya Ingin Bogor Lepas dari Julukan Kota Sejuta Angkot

Kamis, 29 April 2021 - 06:05 WIB
loading...
7 Tahun Jadi Wali Kota, Bima Arya Ingin Bogor Lepas dari Julukan Kota Sejuta Angkot
Foto: Ilustrasi/SINDOnews/Dok
A A A
BOGOR - Wali Kota Bogor Bima Arya menyebut jika wilayahnya menjadi salah satu kota unik dengan rasio angkot paling tinggi dibandingkan daerah lain di Jabodetabek.

"Sehingga wajar mendapat julukan atau sebutan Kota Sejuta Angkot, walaupun enggak sejuta-sejuta amat, hanya sekitar 3.400. Tapi bagi kami itu adalah satu pangkal persoalan di Kota Bogor," ujar Bima Arya, Rabu 28 April 2021.

Menurut Bima, hal ini menjadi persoalan serius yang perlu segera diselesaikan. Maka dari itu, program prioritasnya saat ini adalah bidang transportasi.

"Selama 7 tahun jadi wali kota, saya harus jujur mengakui bahwa yang paling tidak memuaskan, tidak ada progres, adalah di bidang transportasi," tandasnya.

Bima Arya mengaku memiliki visi clear yang dibuat oleh para pakar yang dibuat Bogor Transportasi Programm. Konsepnya kuat yang arahnya pada green transportation.

"Hirarki paling atas adalah pedesterian, sepeda, public transport, comercial vehicle, taksi, dan lain sebagainya. Ini sudah harus disikapi sebetulnya, baik dari APBD Kota ditambah bantuan kementerian, dan BPTJ untuk pedestrians," katanya.



Kata Bima, hal tersebut sudah on the track dan sedang menggiring Kota Bogor ke arah itu. Selanjutnya adalah secara bertahap mengurangi beban pusat kota.

"Jadi yang sering kita sebut dengan redistribusi fungsi, karena beban berat di pusat kota, tidak mungkin berkurang kalau apa yang kita lakukan tidak sistematis. RTRW sudah dievaluasi, zonasi sudah ditetapkan," bebernya.

Khusus soal angkot, kata Bima Arya, pihaknya telah melakukan langkah-langkah signifikan dalam beberapa tahun terakhir, seperti pembatasan izin baru, konsep rerouting, jaringan trayek, pembatasan izin, hingga cikal bakal untuk penataan manajemen operator.

"Jadi sudah berjalan angkot dengan konsep konversi 3 berbanding 1 dan 3 berbanding 2, angkot modern yang secara bertahap mengurangi beban pusat kota," jelasnya.

Baca Juga: Pemkot Bogor Batasi Usia Operasional Angkot Tak Lebih dari 10 Tahun

Bima mengklaim di pusat kota saat ini angkot-angkot sudah mulai berkurang. Targetnya pada 2024 jumlah angkot di pusat kota benar-benar jauh berkurang.

"Kalau bisa berkurang total bagus, menjadi feeder semua, paling tidak sudah sangat bisa kurangi. Karena itu, yang perlu dilakukan adalah bagaimana konsep tadi bisa dibantu oleh semua kementerian, BPTJ, oleh swasta masuk dimana ini penting," jelasnya.

Bima menilai program buy the service (BTS) yang didorong Kementerian Perhubungan merupakan konsep yang dahsyat dampaknya di Kota Bogor.

"Sehingga skema konversi 3 berbanding 1 dan 3 berbanding 2 itu bisa berjalan dengan lebih cepat lagi, karena keterbatasan APBD kita," ungkapnya.

Dalam mewujudkan BTS, lanjut Bima, ada strategi, yakni push strategi dan pull strategi. Push strategi, yakni mendorong masyarakat pindah moda, tidak lagi menggunakan angkutan pribadi.

"Adapun kalau pull strategi adalah bagaimana menyediakan bus yang nyaman, murah, terjangkau dan lain-lain. Dua hal inilah yang saya kira sudah berjalan tinggal kita menjalankan program buy the service ini," tegasnya.
(thm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1344 seconds (0.1#10.140)