Cerita Bima Arya 10 Tahun Memimpin Kota Bogor, Banyak Tokoh Jadi Inspirasi
loading...
A
A
A
BOGOR - Wali Kota Bogor Bima Arya genap 10 tahun memimpin Kota Bogor. Masa jabatan Bima akan berakhir hingga 20 April mendatang. Bima dinilai berhasil mengubah dan menata wajah Kota Bogor dengan berbagai kebijakan. Perubahan itu terangkum di dalam film dokumenter berdurasi 22 menit 26 detik di kanal Youtube Bima Arya.
Dalam video tersebut, Bima memaparkan perjalanan kepemimpinannya yang tidak mudah dalam menyelesaikan berbagai persoalan, seperti kemacetan , persampahan dan penataan kota. Dia menjelaskan cara pandangnya terhadap kota kelahirannya, tentang keasriannya dan karakter orang Bogor yang someah, guyup, dan saling menyayangi.
Dalam perjalanannya, Bima memiliki tokoh yang menjadi referensi dalam kepemimpinan. Di level nasional ada Soekarno. Sosok pemberani, visi yang melampaui dan kecerdasannya. Bung Hatta, keberpihakan kepada rakyat secara ekonomi dan kesederhanaannya.
Selain itu ada sosokPresiden ketiga Indonesia BJ Habibie yang menempatkan kepentingan nasional di atas segala dan membawa negaranya memiliki kompetensi yang berbeda secara manusia. Sementara di lingkup ASEAN adalah Lee Kuan Yew.
Lee Kuan Yew merupakan perdana menteri Singapura tahun 1959-1990. Bima Arya menilai Lee Kuan Yew memiliki totalitas dan keteladanan yang mampu membangun sistem di Singapura yang begitu bersih dan profesional
Namun yang paling terdekat adalah sosok ayahnya, Toni Sugiarto. Toni merupakan sosok idolanya, seorang polisi, abdi negara dan bersih. Bima Arya mengaku selalu mengingat kata-kata ayahnya yang terngiang-ngiang hingga saat ini. "Sebaik-baiknya orang adalah yang memberikan manfaat bagi orang lain dan lingkungannya," kata Bima Arya mengulangi kata mendiang ayahnya.
Dia merasa sudah keliling dunia tapi tidak melakukan apa-apa untuk Kota Bogor. Kemudian di tahun 2013 ia mencalonkan diri sebagai wali kota.
“Tantangan terbesar adalah bukan hanya sekedar mencari pekerjaan, tapi betul-betul memperbaiki Kota Bogor yang saya sangat cintai. Perjuangan nggak mudah karena kita menang tipis. Apalagi saya non birokrat pertama yang menjadi wali kota,” jelasnya.
Pada saat itu dia berkomitmen dan memprioritaskan soal kemacetan. Dalam perjalanannya, ia berhasil menerapkan program konversi angkot 3 : 1 atau 3 angkot menjadi 1 bus. Tercatat, sudah ada 347 unit angkot dikonversi menjadi 49 unit Biskita.
Kemudian berhasil menerapkan Sistem Satu Arah (SSA) seputaran Kebun Raya Bogor di tahun 2016 untuk mengurai kemacetan di pusat kota. “Saya ingin banget memberikan kenyamanan untuk warga Kota Bogor dan kok ada kaitannya dengan index of happiness. Orang yang senang jalan, aktif di ruang publik ya itu lebih happy-lah kesehariannya,” ujarnya.
Dalam video tersebut, Bima memaparkan perjalanan kepemimpinannya yang tidak mudah dalam menyelesaikan berbagai persoalan, seperti kemacetan , persampahan dan penataan kota. Dia menjelaskan cara pandangnya terhadap kota kelahirannya, tentang keasriannya dan karakter orang Bogor yang someah, guyup, dan saling menyayangi.
Dalam perjalanannya, Bima memiliki tokoh yang menjadi referensi dalam kepemimpinan. Di level nasional ada Soekarno. Sosok pemberani, visi yang melampaui dan kecerdasannya. Bung Hatta, keberpihakan kepada rakyat secara ekonomi dan kesederhanaannya.
Selain itu ada sosokPresiden ketiga Indonesia BJ Habibie yang menempatkan kepentingan nasional di atas segala dan membawa negaranya memiliki kompetensi yang berbeda secara manusia. Sementara di lingkup ASEAN adalah Lee Kuan Yew.
Lee Kuan Yew merupakan perdana menteri Singapura tahun 1959-1990. Bima Arya menilai Lee Kuan Yew memiliki totalitas dan keteladanan yang mampu membangun sistem di Singapura yang begitu bersih dan profesional
Namun yang paling terdekat adalah sosok ayahnya, Toni Sugiarto. Toni merupakan sosok idolanya, seorang polisi, abdi negara dan bersih. Bima Arya mengaku selalu mengingat kata-kata ayahnya yang terngiang-ngiang hingga saat ini. "Sebaik-baiknya orang adalah yang memberikan manfaat bagi orang lain dan lingkungannya," kata Bima Arya mengulangi kata mendiang ayahnya.
Dia merasa sudah keliling dunia tapi tidak melakukan apa-apa untuk Kota Bogor. Kemudian di tahun 2013 ia mencalonkan diri sebagai wali kota.
“Tantangan terbesar adalah bukan hanya sekedar mencari pekerjaan, tapi betul-betul memperbaiki Kota Bogor yang saya sangat cintai. Perjuangan nggak mudah karena kita menang tipis. Apalagi saya non birokrat pertama yang menjadi wali kota,” jelasnya.
Pada saat itu dia berkomitmen dan memprioritaskan soal kemacetan. Dalam perjalanannya, ia berhasil menerapkan program konversi angkot 3 : 1 atau 3 angkot menjadi 1 bus. Tercatat, sudah ada 347 unit angkot dikonversi menjadi 49 unit Biskita.
Kemudian berhasil menerapkan Sistem Satu Arah (SSA) seputaran Kebun Raya Bogor di tahun 2016 untuk mengurai kemacetan di pusat kota. “Saya ingin banget memberikan kenyamanan untuk warga Kota Bogor dan kok ada kaitannya dengan index of happiness. Orang yang senang jalan, aktif di ruang publik ya itu lebih happy-lah kesehariannya,” ujarnya.