Kisah Warga Kepulauan Seribu yang Terbawa Hanyut dari Sulawesi dan Kalimantan

Minggu, 24 Januari 2021 - 08:35 WIB
loading...
Kisah Warga Kepulauan Seribu yang Terbawa Hanyut dari Sulawesi dan Kalimantan
Bangunan tua di Kepulauan Seribu. Foto: pulauseribu.co.id
A A A
JAKARTA - Jauh sebelum Pemerintah Indonesia mengeluarkan Perppu Nomor 55 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu , sejumlah pelaut asal Sulawesi dan Kalimantan telah lebih dahulu menghuni di Pulau Panggang pada abad 19.

Kebanyakan mereka yang bermukim di sana awalnya tersasar atau terseret ombak saat melaut. Lantaran sering tersasar dan hanyut di pulau itu, para pelaut mulai membangun rumah sementara bertembok anyaman bambu dan beratap jerami. Baca juga: Camat Kepulauan Seribu Tegaskan Tidak Ada Sinyal SOS di Pulau Laki

“Kakek saya berasal dari Kalimantan. Saat saya masih kecil beliau sering bercerita awal menyasar ke sini menikah dengan nenek saya, melahirkan ayah saya dan menetap di sini,” kata Mustafa (73), warga Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, beberapa waktu lalu.

Saat kecil, Mustafa ingat betul penduduk Pulau Panggang tak sebanyak sekarang. Rumah-rumah warga tak berhimpitan juga masih ditemukan sejumlah lahan pertanian. Barulah menjelang tahun 60-an, banyak warga Pulau Panggang menikah dengan penduduk di pulau lainnya. Mereka kemudian menetap di Pulau Panggang dan beranak pinak.
Kisah Warga Kepulauan Seribu yang Terbawa Hanyut dari Sulawesi dan Kalimantan

Pantai di Kepulauan Seribu. Foto: Dok SINDOnews

Tumbuh permukiman membuat warga kemudian berpindah. Mereka kemudian membangun kawasan permukiman di kawasan Pulau Elang (kini Pulau Pramuka). Di sana permukiman warga mulai tumbuh subur. Hingga akhirnya menjelang tahun 90-an kawasan Pulau Pramuka mulai penuh sesak.

Tak hanya Pulau Elang yang menjadi sasaran pembukaan penduduk. Dalam buku 158 hari yang terbitkan Arsip Metro 2018, Pulau Payung yang lokasinya berdekatan dengan Pulau Tidung juga menjadi sasaran pembukaan permukiman.

Tokoh masyarakat bernama Jamal mengungkapkan saat tahun 1960-an sedikitnya 12 kepala keluarga yang bertempat tinggal di sini (Pulau Payung). Mereka merupakan sebagian besar warga Pulau Panggang dan pelaut dari Makassar dan Kalimantan. Baca juga: Pulau Laki, Eksotisme Pulau Tanpa Penghuni di Kepulauan Seribu

“Kami termasuk dari 12 kepala keluarga yang bermukim di Pulau Payung,” ucapnya.

Tak ada listrik, penerangan hingga saluran informasi membuat warga di sana bertahan hidup. Mereka kemudian membabat hutan membuka lahan pertanian yang baru.

Menjelang tahun 75-an, warga menyadari pentingnya pendidikan lalu membangun sebuah ruang kelas ukuran 6x3 meter sementara dengan bilik anyaman bambu beratapkan daun kelapa. Tiga guru dari Pulau Pramuka sengaja didatangkan untuk membantu pendidikan warga.
(jon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0974 seconds (0.1#10.140)