Pesepeda Diimbau Tetap Patuhi Prokes, ISSI DKI: Sebaiknya Solo Riding Saja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Pengprov Ikatan Sepeda Sports Indonesia (ISSI) DKI Jakarta, Novian Herbowo, mengimbau pesepeda tetap menjalani protokol kesehatan selama pandemi Covid-19.
"Sebaiknya lebih memilih untuk solo riding saja di masa pandemi Covid-19 ini. Tapi jika memang harus berkumpul, ya diperhatikan betul protokol kesehatannya. Mulai dari menjaga jarak, pakai masker, dan selalu sedia handsanitizer," ujar Novian, Senin (28/12/2020).
Selain itu, Novian menyarankan para pesepeda yang habis berkumpul membentengi diri dengan swab tes atau rapid tes antigen. "Ini untuk mencegah saja dan meyakinkan bahwa kelompok bersepedanya tetap dalam kondisi baik," kata Novian.
Lebih lanjut, Novian mengatakan bahwa beberapa orang yang kerap melakukan mix transport sepeda dengan kereta menyebut cukup nyaman mix transport di saat pandemi Covid-19. (Baca juga: Hadiah Tahun Baru 2021, Warga Jakarta Bakal Punya Jalur Sepeda Permanen di Kawasan Sudirman)
"Terutama mereka yang mix transport sepeda lipat dengan KRL. Jadi lebih nyaman lantaran KRL cenderung sepi. Sehingga seli selalu memungkinkan dibawa masuk jam berapapun, bahkan pada jam sibuk," tandasnya.
Namun, Novian menyarankan agar para pemakai seli yang naik KRL agar tetap mematuhi protokol kesehatan di dalam KRL. "Ya harus tetap pakai lengan panjang, masker, dan aturan yang ditetapkan," ucap Novian.
Meski demikian, Novian mengaku bahagia dengan semakin banyaknya pengguna sepeda di Jakarta. (Baca juga: Sediakan Jalur Sepeda, Komunitas Bike to Work Apresiasi Pemprov DKI)
Sebab, berdasarkan survei The Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi naik sebesar 1.000 persen atau 10 kali lipat dari sebelumnya.
Angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan tim ITDP pada Juni 2020 dibandingkan dengan penghitungan yang dilakukan pada Oktober 2019 pada saat uji coba jalur sepeda 63 km. Peningkatan jumlah pesepeda tertinggi berdasarkan penghitungan ITDP ada di segmen Dukuh Atas.
Dari survei Oktober 2019 dibandingkan dengan Juni 2020 pada masa PSBB transisi pada jam sibuk pagi hari saat jam kerja, peningkatannya lebih dari 1.000 persen, dari 21 pesepeda menjadi 235 pesepeda. "Ini kabar membahagiakan. Tetapi para pesepeda ini sebaiknya tetap mematuhi protokol kesehatan," kata Novian.
Novian berharap para pesepeda ini terus menggunakan sepedanya sebagai alat transportasi sehari-hari walau pandemi berakhir. Novian yakin Pemprov DKI Jakarta akan semakin perhatian dengan para pesepeda apabila pengguna sepeda harian semakin banyak. "Kalau pengguna sepedanya makin banyak, saya yakin Pemprov DKI pasti memperlebar jalur sepeda," kata Novian.
Koordinator Medis Pengprov ISSI DKI Jakarta, Dokter Surya Santoso, menjelaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan masker saat bersepeda.
Berdasarkan penelitian, masker medis maupun surgical termasuk aman untuk dipakai bersepeda. "Untuk masker medis dan surgical yang tiga lapis itu masih aman digunakan untuk bersepeda kalau dari penelitiannya," ujar Surya.
Sedangkan untuk masker kain, kata Surya, pesepeda harus memilih masker yang tidak terlalu tebal agar masih nyaman bernafas dalam masker. Selain itu, kata Surya, trik lainnya bersepeda sambil menggunakan masker adalah menjaga intensitas gowes. Menjaga intensitas akan membantu mengurangi rasa kurang nyaman saat bersepeda dengan mengenakan masker.
Surya menyarankan agar para pesepeda yang mengenakan masker cukup bersepeda dengan intensitas ringan sampai sedang. "Ya kalau kita tidak ada mengejar target apa-apa atau hanya mengejar untuk bugar saja, kita mainnya intensitas yang ringan atau sedang saja sudah cukup," kata Surya.
Selain itu, penting pula menjaga masker agar tetap kering. Sebab masker yang basah akan membuat pesepeda suliy bernafas dalam masker. "Jadi sebaiknya bawa beberapa masker saat bersepeda. Sehingga bisa diganti saat sudah basah," tutup Surya.
"Sebaiknya lebih memilih untuk solo riding saja di masa pandemi Covid-19 ini. Tapi jika memang harus berkumpul, ya diperhatikan betul protokol kesehatannya. Mulai dari menjaga jarak, pakai masker, dan selalu sedia handsanitizer," ujar Novian, Senin (28/12/2020).
Selain itu, Novian menyarankan para pesepeda yang habis berkumpul membentengi diri dengan swab tes atau rapid tes antigen. "Ini untuk mencegah saja dan meyakinkan bahwa kelompok bersepedanya tetap dalam kondisi baik," kata Novian.
Lebih lanjut, Novian mengatakan bahwa beberapa orang yang kerap melakukan mix transport sepeda dengan kereta menyebut cukup nyaman mix transport di saat pandemi Covid-19. (Baca juga: Hadiah Tahun Baru 2021, Warga Jakarta Bakal Punya Jalur Sepeda Permanen di Kawasan Sudirman)
"Terutama mereka yang mix transport sepeda lipat dengan KRL. Jadi lebih nyaman lantaran KRL cenderung sepi. Sehingga seli selalu memungkinkan dibawa masuk jam berapapun, bahkan pada jam sibuk," tandasnya.
Namun, Novian menyarankan agar para pemakai seli yang naik KRL agar tetap mematuhi protokol kesehatan di dalam KRL. "Ya harus tetap pakai lengan panjang, masker, dan aturan yang ditetapkan," ucap Novian.
Meski demikian, Novian mengaku bahagia dengan semakin banyaknya pengguna sepeda di Jakarta. (Baca juga: Sediakan Jalur Sepeda, Komunitas Bike to Work Apresiasi Pemprov DKI)
Sebab, berdasarkan survei The Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi naik sebesar 1.000 persen atau 10 kali lipat dari sebelumnya.
Angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan tim ITDP pada Juni 2020 dibandingkan dengan penghitungan yang dilakukan pada Oktober 2019 pada saat uji coba jalur sepeda 63 km. Peningkatan jumlah pesepeda tertinggi berdasarkan penghitungan ITDP ada di segmen Dukuh Atas.
Dari survei Oktober 2019 dibandingkan dengan Juni 2020 pada masa PSBB transisi pada jam sibuk pagi hari saat jam kerja, peningkatannya lebih dari 1.000 persen, dari 21 pesepeda menjadi 235 pesepeda. "Ini kabar membahagiakan. Tetapi para pesepeda ini sebaiknya tetap mematuhi protokol kesehatan," kata Novian.
Novian berharap para pesepeda ini terus menggunakan sepedanya sebagai alat transportasi sehari-hari walau pandemi berakhir. Novian yakin Pemprov DKI Jakarta akan semakin perhatian dengan para pesepeda apabila pengguna sepeda harian semakin banyak. "Kalau pengguna sepedanya makin banyak, saya yakin Pemprov DKI pasti memperlebar jalur sepeda," kata Novian.
Koordinator Medis Pengprov ISSI DKI Jakarta, Dokter Surya Santoso, menjelaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan masker saat bersepeda.
Berdasarkan penelitian, masker medis maupun surgical termasuk aman untuk dipakai bersepeda. "Untuk masker medis dan surgical yang tiga lapis itu masih aman digunakan untuk bersepeda kalau dari penelitiannya," ujar Surya.
Sedangkan untuk masker kain, kata Surya, pesepeda harus memilih masker yang tidak terlalu tebal agar masih nyaman bernafas dalam masker. Selain itu, kata Surya, trik lainnya bersepeda sambil menggunakan masker adalah menjaga intensitas gowes. Menjaga intensitas akan membantu mengurangi rasa kurang nyaman saat bersepeda dengan mengenakan masker.
Surya menyarankan agar para pesepeda yang mengenakan masker cukup bersepeda dengan intensitas ringan sampai sedang. "Ya kalau kita tidak ada mengejar target apa-apa atau hanya mengejar untuk bugar saja, kita mainnya intensitas yang ringan atau sedang saja sudah cukup," kata Surya.
Selain itu, penting pula menjaga masker agar tetap kering. Sebab masker yang basah akan membuat pesepeda suliy bernafas dalam masker. "Jadi sebaiknya bawa beberapa masker saat bersepeda. Sehingga bisa diganti saat sudah basah," tutup Surya.
(thm)