Ini Kata Psikolog Soal Faktor Terjadinya Dugaan Mesum Oknum Nakes dan Pasien di Wisma Atlet

Minggu, 27 Desember 2020 - 22:03 WIB
loading...
Ini Kata Psikolog Soal...
Foto: Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kasus dugaan mesum antara oknum tenaga kesehatan (nakes) dengan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet , Kemayoran, Jakarta Pusat menjadi sorotan. Kini oknum nakes sudah dibebastugaskan dan pasien yang mengunggah di media sosial mengenai kisahnya sudah ditetapkan tersangka.

Menanggapi itu, psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta mengatakan, semua itu kembali pada pribadi oknum tersebut. Memang nakes itu sangat berhubungan dengan pasiennya secara personal. Dengan kondisi isolasi seperti itu peran nakes jauh lebih besar daripada pasien normal yang mungkin masih bisa dijaga/didampingi keluarga.

“Untuk pasien Covid-19 biasanya memang sendiri dan nakes yang bertugas menghubungi keluarga pasien melalui teknologi,” ujarnya, Minggu (27/12/2020). (Baca juga: Pasien Covid-19 yang Mesum dengan Oknum Nakes di Wisma Atlet Jadi Tersangka)

Untuk pasien isolasi, intensitas bertemu nakes lebih besar dibanding keluarga/kerabat. Untuk pasien biasa, biasanya ada keluarga/kerabat yang membantu pasien. Namun, pada pasien Covid-19 semua dilakukan oleh nakes. “Kamar pasien sendiri beda-beda, ada yang bersama dan ada yang sendiri tentunya yang sangat memungkinkan terjadinya kontak personal,” kata Shinta.

Dia menilai kondisi isolasi memang menimbulkan stres, kebosanan, kejenuhan, frustrasi karena ketidakpastian dan lainnya. Nakes yang bertugas tentunya juga mengalami hal sama. Hubungan yang personal antara nakes dan pasien sudah bukan hal baru. Mungkin juga adanya dorongan karena kebosanan pada saat isolasi (bagi pasien) maupun kejenuhan kerja (pada nakes).

“Saat keduanya memahami kebutuhan ini ya sangat mungkin terjadinya hubungan itu. Tentunya keduanya akan mengesampingkan norma kesusilaan dan pasti risiko kesehatan dari keduanya,” ungkapnya. (Baca juga: Mesum Oknum Nakes dan Pasien di Wisma Atlet, Netizen: Mau Pidana UU ITE, Pornografi atau Karantina?)

Menurut dia, tidak semua area di rumah sakit diawasi. Pengawasan sebenarnya terletak pada pribadi nakes sendiri yang seharusnya memegang teguh kode etik profesinya sebagai nakes.

Selain karena jenuh dengan kondisi isolasi, terjadinya hubungan sesama jenis juga karena keduanya memanfaatkan situasi. Bisa jadi keduanya menganggap bahwa RSD Wisma Atlet yang tidak dapat diakses sembarangan orang menjadi kesempatan yang bisa mereka manfaatkan. “Betul karena dorongan seksual yang sama dan kesempatan. Tentunya mengesampingkan norma kesusilaan, agama dan risiko kesehatan masing-masing,” ujar Shinta.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2097 seconds (0.1#10.140)