Tukang Mi dan Bakso Sepakat Permudah Pembayaran lewat Qris
loading...
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Pedagang Mi dan Bakso Nusantara (Apmiso ) dan perusahaan penyedia teknologi digital PT Trans Digital Cemerlang (PT TDC) sepakat maksimalnya digitalisasi pembayaran mempermudah penataan keuangan usaha lebih baik.
Dewan Pakar APMISO Guntur Subagja Mahardika mengaku sedang memaksimalkan sistem digitalisasi salah satunya dalam hal payment system terhadap penjual bakso dan mie ayam di seluruh daerah Indonesia.
"Apmiso sudah bekerja sama dengan bank untuk penggunaan Qris agar pedagang bakso dan mi ayam di bawah asosiasi kami bisa melakukan pembayaran dengan mudah dan bisa menata keuangan dengan baik," kata Guntur saat dihubungi, Kamis (22/8/2024).
Menurut Guntur, yang juga Ketua Yayasan Mitra Mikro itu, saat ini untuk penjual bakso dan mie ayam yang segmen pasarnya menengah ke atas sudah 100 persen menggunakan Qris dalam bertransaksi. Namun untuk penjual bakso dan mie ayam segmen menengah ke bawah, Guntur mengakui masih kurang dari 50 persen yang sudah menggunakan Qris.
"Penjual bakso dan mie ayam yang masuk ke kampung-kampung, dipikul atau pakai gerobak masih perlu sosialisasi dan edukasi untuk penggunaan Qris. Sementara kalau yang sudah punya outlet di kota-kota sudah pakai Qris. Mereka akui lebih mudah dan simpel. Karena bisa lebih gampang hitung modal, omset, untung dan uang untuk belanja bahan lagi," kata Guntur.
Guntur menyarankan agar Bank dan penyedia jasa teknologi Qris atau Payment aggretator lebih proaktif ke pedagang bakso dan mie ayam kelas menengah bawah untuk memberikan edukasi soal penggunaan QRIS. Kerjasama antara bank dan komunitas pedagang bakso dan mie ayam justru bisa jadi sarana promosi QRIS hingga ke pelosok daerah Indonesia.
Menurut data Apmiso, saat ini ada sekitar 12 juta pedagang bakso dan mie ayam yang tersebar di Indonesia. Bahkan menurut data terkini, dari 64 juta jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Tanah Air, 20 persen di antaranya adalah pedagang bakso dan mie ayam.
"Jadi Bank jangan tunggu pedagang datang. Mereka mikir kalau ke Bank buat urus Qris bisa habis waktu satu jam dan cuan hilang. Kalau Qris tersebar di 12 juta pedagang bakso dan mi ayam ini bisa jadi lahan promosi. Transaksi aman karena pedagang tak perlu bawa uang cash yang lebih berisiko uang hilang dan menjadi korban kriminal," kata Guntur.
Guntur mengatakan, dengan digitalisasi pembayaran, pebisnis UMKM khususnya bakso dan mie ayam membuat pembayaran lebih mudah karena cashless dan supply chain, lebih murah dan gampang. Ia juga menyakini Potensi putaran uang pedagang mie ayam dan bakso sangat besar.
"Contohnya, dari 2 juta pedagang bakso/mie ayam sehari bisa laku 50 mangkok. Satu mangkok harga 10 ribu. Artinya satu pedagang 500 ribu per hari, kalau dikali 2 juta pedagang saja sudah Rp1 triliun per hari. Sangat besar dan bisa menghidupkan ekonomi RI kalau dikelola dengan baik," demikian Guntur.
Dewan Pakar APMISO Guntur Subagja Mahardika mengaku sedang memaksimalkan sistem digitalisasi salah satunya dalam hal payment system terhadap penjual bakso dan mie ayam di seluruh daerah Indonesia.
"Apmiso sudah bekerja sama dengan bank untuk penggunaan Qris agar pedagang bakso dan mi ayam di bawah asosiasi kami bisa melakukan pembayaran dengan mudah dan bisa menata keuangan dengan baik," kata Guntur saat dihubungi, Kamis (22/8/2024).
Menurut Guntur, yang juga Ketua Yayasan Mitra Mikro itu, saat ini untuk penjual bakso dan mie ayam yang segmen pasarnya menengah ke atas sudah 100 persen menggunakan Qris dalam bertransaksi. Namun untuk penjual bakso dan mie ayam segmen menengah ke bawah, Guntur mengakui masih kurang dari 50 persen yang sudah menggunakan Qris.
"Penjual bakso dan mie ayam yang masuk ke kampung-kampung, dipikul atau pakai gerobak masih perlu sosialisasi dan edukasi untuk penggunaan Qris. Sementara kalau yang sudah punya outlet di kota-kota sudah pakai Qris. Mereka akui lebih mudah dan simpel. Karena bisa lebih gampang hitung modal, omset, untung dan uang untuk belanja bahan lagi," kata Guntur.
Guntur menyarankan agar Bank dan penyedia jasa teknologi Qris atau Payment aggretator lebih proaktif ke pedagang bakso dan mie ayam kelas menengah bawah untuk memberikan edukasi soal penggunaan QRIS. Kerjasama antara bank dan komunitas pedagang bakso dan mie ayam justru bisa jadi sarana promosi QRIS hingga ke pelosok daerah Indonesia.
Menurut data Apmiso, saat ini ada sekitar 12 juta pedagang bakso dan mie ayam yang tersebar di Indonesia. Bahkan menurut data terkini, dari 64 juta jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Tanah Air, 20 persen di antaranya adalah pedagang bakso dan mie ayam.
"Jadi Bank jangan tunggu pedagang datang. Mereka mikir kalau ke Bank buat urus Qris bisa habis waktu satu jam dan cuan hilang. Kalau Qris tersebar di 12 juta pedagang bakso dan mi ayam ini bisa jadi lahan promosi. Transaksi aman karena pedagang tak perlu bawa uang cash yang lebih berisiko uang hilang dan menjadi korban kriminal," kata Guntur.
Guntur mengatakan, dengan digitalisasi pembayaran, pebisnis UMKM khususnya bakso dan mie ayam membuat pembayaran lebih mudah karena cashless dan supply chain, lebih murah dan gampang. Ia juga menyakini Potensi putaran uang pedagang mie ayam dan bakso sangat besar.
"Contohnya, dari 2 juta pedagang bakso/mie ayam sehari bisa laku 50 mangkok. Satu mangkok harga 10 ribu. Artinya satu pedagang 500 ribu per hari, kalau dikali 2 juta pedagang saja sudah Rp1 triliun per hari. Sangat besar dan bisa menghidupkan ekonomi RI kalau dikelola dengan baik," demikian Guntur.