Tukang Mi dan Bakso Sepakat Permudah Pembayaran lewat Qris

Kamis, 22 Agustus 2024 - 18:41 WIB
loading...
Tukang Mi dan Bakso...
Direktur Utama PT Trans Digital Cemerlang (keempat dari kiri), Indra, dalam sebuah acara launching platfom digital. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Asosiasi Pedagang Mi dan Bakso Nusantara (Apmiso ) dan perusahaan penyedia teknologi digital PT Trans Digital Cemerlang (PT TDC) sepakat maksimalnya digitalisasi pembayaran mempermudah penataan keuangan usaha lebih baik.

Dewan Pakar APMISO Guntur Subagja Mahardika mengaku sedang memaksimalkan sistem digitalisasi salah satunya dalam hal payment system terhadap penjual bakso dan mie ayam di seluruh daerah Indonesia.

"Apmiso sudah bekerja sama dengan bank untuk penggunaan Qris agar pedagang bakso dan mi ayam di bawah asosiasi kami bisa melakukan pembayaran dengan mudah dan bisa menata keuangan dengan baik," kata Guntur saat dihubungi, Kamis (22/8/2024).

Menurut Guntur, yang juga Ketua Yayasan Mitra Mikro itu, saat ini untuk penjual bakso dan mie ayam yang segmen pasarnya menengah ke atas sudah 100 persen menggunakan Qris dalam bertransaksi. Namun untuk penjual bakso dan mie ayam segmen menengah ke bawah, Guntur mengakui masih kurang dari 50 persen yang sudah menggunakan Qris.

"Penjual bakso dan mie ayam yang masuk ke kampung-kampung, dipikul atau pakai gerobak masih perlu sosialisasi dan edukasi untuk penggunaan Qris. Sementara kalau yang sudah punya outlet di kota-kota sudah pakai Qris. Mereka akui lebih mudah dan simpel. Karena bisa lebih gampang hitung modal, omset, untung dan uang untuk belanja bahan lagi," kata Guntur.

Guntur menyarankan agar Bank dan penyedia jasa teknologi Qris atau Payment aggretator lebih proaktif ke pedagang bakso dan mie ayam kelas menengah bawah untuk memberikan edukasi soal penggunaan QRIS. Kerjasama antara bank dan komunitas pedagang bakso dan mie ayam justru bisa jadi sarana promosi QRIS hingga ke pelosok daerah Indonesia.

Menurut data Apmiso, saat ini ada sekitar 12 juta pedagang bakso dan mie ayam yang tersebar di Indonesia. Bahkan menurut data terkini, dari 64 juta jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Tanah Air, 20 persen di antaranya adalah pedagang bakso dan mie ayam.

"Jadi Bank jangan tunggu pedagang datang. Mereka mikir kalau ke Bank buat urus Qris bisa habis waktu satu jam dan cuan hilang. Kalau Qris tersebar di 12 juta pedagang bakso dan mi ayam ini bisa jadi lahan promosi. Transaksi aman karena pedagang tak perlu bawa uang cash yang lebih berisiko uang hilang dan menjadi korban kriminal," kata Guntur.

Guntur mengatakan, dengan digitalisasi pembayaran, pebisnis UMKM khususnya bakso dan mie ayam membuat pembayaran lebih mudah karena cashless dan supply chain, lebih murah dan gampang. Ia juga menyakini Potensi putaran uang pedagang mie ayam dan bakso sangat besar.

"Contohnya, dari 2 juta pedagang bakso/mie ayam sehari bisa laku 50 mangkok. Satu mangkok harga 10 ribu. Artinya satu pedagang 500 ribu per hari, kalau dikali 2 juta pedagang saja sudah Rp1 triliun per hari. Sangat besar dan bisa menghidupkan ekonomi RI kalau dikelola dengan baik," demikian Guntur.

Indra, praktisi dan juga direktur utama PT Trans Digital Cemerlang (TDC), perusahaan yang bergerak di bidang teknologi keuangan digital mendukung penuh peningkatan literasi digital kepada UMKM termasuk pedagang mie dan bakso.
“Digitalisasi transaksi keuangan itu suatu keniscayaan yang wajib dimiliki UMKM termasuk pendagang mie ayam dan bakso saat ini, dan bentuk dukungan pertumbuhan ekonomi nasional. Tentu sebagai perusahaan fasilitator transaksi keuangan digital dan konsultan keuangan, saya mendukung hal itu,” ujar Indra.

Indra mengatakan perusahaannya juga terus melakukan inovasi salah satunya dalam produk Posku Lite untuk pembayaran melalui QRIS pada komunitas UMKM dengan memberikan insentif pendampingan literasi keuangan, seminar dan workshop digital marketing, dan insentif lainnya selama menjadi mitra.
Beberapa diantaranya adalah bermitra dengan komunitas Tamado Grop di Sumatera untuk menjangkau UMKM di Pematang Siantar, Kabupaten Samosir, Aceh, Bali dan beberapa tempat lainnya.

“Keikutsertakan Poskulite di Jateng dan Bali tentunya untuk mendukung dan memfasilitasi pelaku bisnis dan UMKM di kedua provinsi tersebut dalam memberikan kemudahan dan kecepatan baik untuk pencatatan maupun transaksi usaha yang dijalankan. Kita juga beri edukasi atas minimnya wawasan mengenai penggunaan dan manfaat yang diberikan aplikasi kasir digital," kata Indra.

Menurut Indra, masih minimnya wawasan dan literasi yang ada, membuat masyarakat, khususnya pelaku usaha masih takut menggunakan aplikasi digital tersebut. Padahal, kata dia aplikasi kasir digital memiliki banyak manfaat, salah satunya pencatatan transaksi, arus keluar masuk barang atau uang dalam menjalankan bisnis lebih aman dan terpercaya.

Indra juga sepakat pentingnya pendidikan dan pendampingan konsultasi keuangan kepada UMKM terutama dalam penyusunan laporan keuangan yang berkualitas. Namun, Indra berharap perusahaan yang melakukan pendampingan dan konsultasi keuangan digital sudah memiliki ISO 9001:2015 tentang managemen mutu, ISO 37001:2016 Tentang Sistem Managemen anti Penyuapan, dan ISO 27001:2022 tentang system keamanan Informasi.

"Bentuk sederhana implementasi dari ISO itu adalah quick respon terhadap masukan dari pengguna (merchant) yang datang dari berbagai saluran informasi. ISO ini juga pertahanan diri dari kemungkinan terjadinya kebocoran data," tambahnya.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0925 seconds (0.1#10.140)