Sterilisasi Jalur Bus TransJakarta Belum Teratasi

Rabu, 11 Oktober 2017 - 06:45 WIB
Sterilisasi Jalur Bus TransJakarta Belum Teratasi
Sterilisasi Jalur Bus TransJakarta Belum Teratasi
A A A
JAKARTA - Operasional bus TransJakarta yang diandalkan untuk mengatasi kemacetan di Jakarta ternyata belum maksimal. Salah satu permasalahan bus TransJakarta sejak awal diluncurkan adalah sterilisasi jalur bus.

Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta, Andri Yansyah mengatakan, untuk memaksimalkan operasional bus TransJakarta, salah satu caranya memang mensterilisasikan jalur bus. Sebab, kepastian waktu kedatangan bus terganggu dengan banyaknya kendaraan pribadi yang masuk jalur bus.

"Kami terus berupaya mensterilisasikan jalur bus. Namun karena banyaknya pembangunan saat ini, sterilisasi jalur bus TransJakarta belum maksimal. Banyak jalur yang dimix untuk mengurai kemacetan akibat pebangunan," kata Andri Yasnyah, Selasa (10/10/2017).

Andri menjelaskan, berbagai upaya yan dilakukan untuk mensterilisasikan jalur. Menurutnya, sejak 2015 lalu, pihaknya telah meminta Dinas Bina Marga untk memasang barikade beton setinggi 60 cm sebagai pembatas jalur bus dan jalur reguler. Kemudian, polisi sebagai penegak hukum bertugas menindak pengendara pribadi yang masuk dalam jalur bus. Termasuk menempatkan petugas Dinas Perhubungan di pintu masuk jalur berikut dengan palang pintunya.

Saat ini pun, lanjut Andri, pihaknya telah menempatkan kamera closed Circuid Television (CCTV) di belakang armada bus TransJakarta. Fungsinya, selain untuk bukti kecelakaan yang selama ini selalu menyudutkan pramudi apabila terjadi kecelakaan, CCTV itu juga untuk memantau kendaraan pribadi yang mengokupasi jalur bus. Dia berharap polisi dapat menerapkan tilang elektronik agar pengendara pribadi yang terdeteksi CCTV melakukan pelanggaran dapat ditindak saat pembayaran pajak.

"Untuk mensterilisasikan jalur diperlukan pemaksaan agar masyarakat meninggalkan kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi massal," unkapnya.

Pengamat Transportasi Universitas Tarumanegara, Leksmono Suryo Putranto menjelaskan, sterilisasi merupakan langkah pendukung untuk mencapai Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan mengurangi kecelakaan kendaraan pribadi yang tertabrak di jalur bus dan mengurangi tugas polisi.

Namun,‎ pemasangan MCB yang dilakukan sebagai separator Bus Way itu bukanlah solusi untuk sterilisasi. Menurutnya, sterilisasi jalur akan efektif apabila frekuensi bus sesuai dengan SPM yakni sekitar 2-3 menit.

Untuk itu Leksmono berharap agar Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Transportasi Jakarta segera mengoptimalkan operator-oepratornya sesuai dengan SPM, mengingat saat ini frekuensi bus mencapai 7 sampai 30 menit.

"PT Transportasi Jakarta harus segera mendatangkan bus. Untuk koridor yang belum terpasang, saya harap dipenuhi juga oleh bus. Saya yakin tidak akan ada yang berani melintas kalau bus setiap 2-3 menit melintas dan pengendara pribadi juga pastinya berpindah ke Bus," ujarnya.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4856 seconds (0.1#10.140)