Atasi Polusi Udara Jakarta lewat Modifikasi Cuaca Tanpa Hujan, Ini Penjelasan BRIN

Rabu, 23 Agustus 2023 - 08:00 WIB
loading...
Atasi Polusi Udara Jakarta lewat Modifikasi Cuaca Tanpa Hujan, Ini Penjelasan BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membuka opsi menggunakan metode modifikasi cuaca untuk mengurangi polusi udara Jakarta tanpa hujan. Foto: Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) selama ini seringkali digunakan untuk menurunkan atau mengurangi curah hujan. Modifikasi cuaca untuk mengatasi polusi udara baru pertama kali dilakukan di Indonesia pada 19 hingga 21 Agustus 2023.

Musim kemarau yang panjang ditambah fenomena El Nino membuat operasi modifikasi cuaca untuk mengatasi polusi udara harus menunggu awan-awan yang mengandung uap air.



Karena itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membuka opsi menggunakan metode modifikasi cuaca untuk mengurangi polusi udara Jakarta tanpa hujan. Hal ini dilakukan jika mengguyurkan air hujan melalui modifikasi cuaca tidak berdampak signifikan.

“Memang cara yang lebih efektif untuk mengurangi polutan di daerah tertentu dengan menjatuhkan atau mengguyurnya dengan air hujan. Namun, jika hal tersebut tidak memungkinkan dilakukan, maka TMC dapat dilakukan dengan menargetkan “mengganggu” stabilitas atmosfer,” ujar Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN Budi Harsoyo, Rabu (23/8/2023).

Cara modifikasi cuaca tanpa hujan dengan menaburkan bahan semai dalam bentuk dry ice atau es kering di ketinggian tertentu di udara. Di situ terdapat semacam hamparan awan serupa karpet panjang. Hal itu terjadi karena tidak adanya perbedaan temperatur di titik ketinggian tersebut atau isotherm yang kemudian menimbulkan lapisan inversi.

“Nah, ini yang akan kita ganggu, dibuka ibaratnya sehingga kumpulan-kumpulan polutan yang terkungkung di sekitar wilayah Jakarta bisa terus naik ke atas,” kata Budi.

Menurut dia, metode TMC tanpa hujan memerlukan persiapan matang. “Untuk saat ini, kami belum siap. Masih perlu mendesain dan membuat konsul untuk menempatkan dry ice di dalam kabin pesawat. Dry ice ini yaitu CO2. Jika packaging dan handling di pesawat sembarangan, kru bisa kehabisan oksigen atau hypoksia,” ujarnya.

Ada satu alternatif bahan semai lain yang bisa dicoba dan lebih memungkinkan untuk diimplementasikan yaitu menggunakan kapur tohor. Bedanya, kalau dry ice mengkondisikan udara agar menjadi lebih dingin, sementara dengan kapur tohor sebaliknya, mengkondisikan udara menjadi lebih panas.

“Tapi, prinsipnya sama, mengkondisikan suhu di lapisan isotherm pada ketinggian tertentu untuk mengganggu kestabilan atmosfer,” ucapnya.

Dari sisi pembiayaan, metode modifikasi penyemaian garam dengan metode TMC dry ice atau kapur tohor di atmosfer tidak ada perbedaan signifikan. Sebab, komponen yang paling besar memakan biaya adalah pesawat, yaitu mencapai 60 persen porsi anggaran dalam melakukan TMC.

“Komponen yang paling besar itu pesawat. Jadi penggunaan pesawat, terutama untuk pemakaian avtur, ini memakan anggaran porsinya kurang lebih sekitar 60 persen,” kata Budi.
(jon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2579 seconds (0.1#10.140)