Sejarah KRL, Dibangun Hindia Belanda Tahun 1917 untuk Transportasi Masyarakat Batavia

Selasa, 11 April 2023 - 04:10 WIB
loading...
Sejarah KRL, Dibangun Hindia Belanda Tahun 1917 untuk Transportasi Masyarakat Batavia
Pada 6 April 1925 atau tepat pada Hari Ulang Tahun ke-50 Staats Spoorwegen, diresmikan elektrifikasi jalur kereta api sekaligus peresmian Stasiun Tanjung Priok. Foto/Tropenmuseum
A A A
JAKARTA - Kereta Rel Listrik atau KRL Commuter Line Jabodetabek menjadi salah satu transportasi umum andalan bagi warga Jabodetabek. Khususnya bagi kalangan pekerja.

Sesuai namanya KRL Jabodetabek memang ditujukan untuk melayani para komuter, yang mampu mengangkut banyak penumpang (massal), cepat (hemat waktu), antimacet (menggunakan jalur khusus/rel), murah, dan tentu saja aman dan nyaman.



Ternyata keberadaan KRL sudah ada sejak masa Hindia Belanda dan terus berkembang hingga saat ini. Sejak tahun 1917, wacana pembangunan jalur kereta api direncanakan oleh perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS).

Sejarah KRL, Dibangun Hindia Belanda Tahun 1917 untuk Transportasi Masyarakat Batavia

Foto: Potret lawas KRL Commuter Line transportasi andalan warga Jabodetabek/Istimewa

Pembangunan jalur kereta api pertama kali dilakukan dari Tanjung Priok sampai dengan Meester Cornelis (Jatinegara), dimulai pada tahun 1923. Pembangunan jalur ini selesai pada 24 Desember 1924.

Sementara, pada 1 Mei 1927, kereta api telah melintas mengelilingi Kota Batavia (Jakarta).



Setelah itu, pembangunan tahap selanjutnya pun dilakukan. Jalur kereta api rute Batavia (Jakarta Kota) – Buitenzorg (Bogor) juga dielektrifikasi dan mulai dioperasionalkan pada tahun 1930.

Hal ini menandai titik awal kemajuan kereta rel listrik di Indonesia, khususnya di Jakarta dan sekitarnya.

Pada tahun 1976, Perum Jawatan Kereta Api (PJKA) memberikan pembaruan dengan mendatangkan sejumlah KRL Rheostatik buatan perusahaan Nippon Sharyo, Hitachi dan Kawasaki dari Jepang.



KRL itu kemudian beroperasi dan dijalankan sebagai KRL Ekonomi. Kemudian, pada tahun 1986 – 1987 dibuatlah KRL Rheostatik generasi kedua. Di tahun 2000, sistem pengoperasian commuter terpadu di Jabodetabek diterapkan.

Ketika itu, pemerintah Indonesia menerima hibah KRL sebanyak 72 unit. Dari jumlah tersebut, 50 unit gerbong langsung digunakan dan dioperasikan sebagai rangkaian-rangkaian KRL Pakuan yang melayani rute Jakarta – Bogor dan sebaliknya.



Sejak itu, KRL menjadi salah satu pusat perhatian pemerintah dan terus dilakukan pembaruan. Kemudian pada tahun 2011, KRL Pakuan dan KRL Ekonomi dihapus, dan digantikan dengan KRL Jabodetabek seperti yang beroperasi hingga saat ini.

Tak hanya pembaruan dari segi lokomotif, sistem layanan pun terus ditingkatkan. Sejak Juli 2013 juga diberlakukan e-ticketing untuk layanan KRL. Semua sistem itu masih berlaku sampai hari ini.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1137 seconds (0.1#10.140)