Sejarah Stasiun Manggarai, Pernah Disinggahi Jenderal Besar Soedirman
loading...
A
A
A
JAKARTA - Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, merupakan salah satu stasiun tersibuk di Indonesia. Kemenhub menyatakan Stasiun Manggarai direncanakan akan menjadi stasiun sentral yang terintegrasi dengan pengembangan Kawasan Transit Oriented Development (TOD).
Pembangunan Stasiun Manggarai menjadi stasiun sentral pertama dan terbesar di Indonesia masih terus dikerjakan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub.
Dikenal sebagai stasiun tersibuk di Indonesia yang melayani lebih dari 20.000 penumpang dan 616 perjalanan KRL setiap hari sebelum pandemi, Stasiun Manggarai sudah memegang peranan penting sejak zaman Hindia Belanda.
Keberadaannya menjadi saksi bisu bagi perjalanan bangsa Indonesia dari waktu ke waktu. Pembangunan Stasiun Manggarai dimulai pada tahun 1914 oleh arsitek Belanda bernama Ir. J. Van Gendt.
Stasiun ini dibangun di wilayah Manggarai yang kini masuk ke dalam kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Wilayah Manggarai sudah dikenal sejak abad-17 sebagai pasar budak asal Manggarai, Flores.
Kemudian, tempat ini berkembang menjadi sebuah perkampungan. Pada awalnya, jalur perkeretaapian di wilayah Manggarai dibangun oleh perusahaan swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) dengan lintas Jakarta-Bogor.
Setelah itu, perusahaan kereta api negara Staatssporwegen (SS) mengambil alih jaringan kereta api di Jakarta pada tahun 1913. Di bawah pengoperasiannya, SS menata ulang jalur kereta api di Jakarta.
Salah satu upayanya adalah dengan membangun Stasiun Manggarai yang secara resmi beroperasi pada 1918. Selain stasiun, SS juga membangun perumahan dinas untuk pegawai SS dan sebah bengkel kereta api.
Bengkel yang beroperasi sejak 1920 itu merupakan bengkel kereta api terbesar dan termodern pada masanya. Baca: Manggarai Jadi Stasiun Sentral, Progres Pembangunan Capai 60,125 Persen
Terdapat hal yang menarik dari pembangunan Stasiun Manggarai. Pada saat diresmikan, Stasiun Manggarai belum sepenuhnya selesai. Pembangunan tiang peron yang sejatinya didesain dengan baja harus mengalami kendala karena gejolak Perang Dunia I.
Hal ini mengakibatkan kekosongan stok baja dari Eropa sehingga bahan peron diganti dengan kayu jati. Pada tahun 1925, bertepatan dengan ulang tahun ke-50 SS, Staatssporwegen mengoperasikan kereta listrik untuk yang pertama kalinya dengan lintas Jakarta-Tanjung Priok.
Pembangunan Stasiun Manggarai menjadi stasiun sentral pertama dan terbesar di Indonesia masih terus dikerjakan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub.
Dikenal sebagai stasiun tersibuk di Indonesia yang melayani lebih dari 20.000 penumpang dan 616 perjalanan KRL setiap hari sebelum pandemi, Stasiun Manggarai sudah memegang peranan penting sejak zaman Hindia Belanda.
Keberadaannya menjadi saksi bisu bagi perjalanan bangsa Indonesia dari waktu ke waktu. Pembangunan Stasiun Manggarai dimulai pada tahun 1914 oleh arsitek Belanda bernama Ir. J. Van Gendt.
Stasiun ini dibangun di wilayah Manggarai yang kini masuk ke dalam kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Wilayah Manggarai sudah dikenal sejak abad-17 sebagai pasar budak asal Manggarai, Flores.
Kemudian, tempat ini berkembang menjadi sebuah perkampungan. Pada awalnya, jalur perkeretaapian di wilayah Manggarai dibangun oleh perusahaan swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) dengan lintas Jakarta-Bogor.
Setelah itu, perusahaan kereta api negara Staatssporwegen (SS) mengambil alih jaringan kereta api di Jakarta pada tahun 1913. Di bawah pengoperasiannya, SS menata ulang jalur kereta api di Jakarta.
Salah satu upayanya adalah dengan membangun Stasiun Manggarai yang secara resmi beroperasi pada 1918. Selain stasiun, SS juga membangun perumahan dinas untuk pegawai SS dan sebah bengkel kereta api.
Bengkel yang beroperasi sejak 1920 itu merupakan bengkel kereta api terbesar dan termodern pada masanya. Baca: Manggarai Jadi Stasiun Sentral, Progres Pembangunan Capai 60,125 Persen
Terdapat hal yang menarik dari pembangunan Stasiun Manggarai. Pada saat diresmikan, Stasiun Manggarai belum sepenuhnya selesai. Pembangunan tiang peron yang sejatinya didesain dengan baja harus mengalami kendala karena gejolak Perang Dunia I.
Hal ini mengakibatkan kekosongan stok baja dari Eropa sehingga bahan peron diganti dengan kayu jati. Pada tahun 1925, bertepatan dengan ulang tahun ke-50 SS, Staatssporwegen mengoperasikan kereta listrik untuk yang pertama kalinya dengan lintas Jakarta-Tanjung Priok.