Makam Keramat Tajug dan Kisah Putra Sultan Ageng Tirtayasa Mengislamkan Tangerang

Jum'at, 23 April 2021 - 06:02 WIB
Baca juga: Dikenalkan 1962 Atas Perintah Presiden Soekarno, Metromini Kini Tinggal Kenangan

Juru Kunci Makam Keramat Tajug, M Haris (61) mengatakan, makam ini berdiri di atas tanah sekitar 2 hektare persegi. Jika dilihat dari kejauhan dan atas, makam yang berada di atas bukit ini bentuknya tampak menyerupai burung puyuh.

"Kalau Ramadhan malah hampir gak ada, ramainya itu pas Syawal atau 1 Minggu sebelum puasa," ujar Haris di Makam Keramat Tajug, Cilenggang, Serpong, Tangsel, Jumat (23/4/2021).

Haris yang telah menjadi penunggu makam keramat sejak 1994 ini ternyata masih keturunan TB Atif. Setiap hari, dia berangkat dari rumahnya di wilayah Pamulang. "Para peziarah banyak yang dari seberang Cisadane, Suradita, Cikoleang, Rumpin, ada dari Bali, Bogor, Sarua, Puncak, Jakarta, Rempoa, Cirebon, Bekasi, Banten, Kalimantan, Brunei, hingga Mesir," jelasnya.

Yang membuat Makam Keramat Tajug menarik para peziarah adalah jejak sejarah TB Atif sebagai Panglima Perang Kesultanan Banten, putra Sultan Ageng Tirtayasa, dan penyebar ajaran agama Islam di wilayah Cilenggang, Serpong, Tangerang, Banten.

"TB Atif yang membawa agama Islam dari Banten ke Cilenggang. Jadi menurut cerita-cerita orang tua dulu, Cilenggang itu basisnya orang Hindu. Jadi setelah beliau datang ke sini, alhamdulillah jadi banyak yang memeluk agama Islam," ujar Haris.

Dalam menyebarkan Islam, TB Atif menggunakan cara kasih sayang dengan mendatangi warga dari pintu ke pintu dan merangkulnya sambil tetap berperang melawan penjajah kolonial Belanda.

Baca juga: Asal Usul Nama Depok Berasal dari Padepokan yang Didirikan Embah Raden Wujud

Sejarawan sekaligus Budayawan asli Tangsel TB Sos Rendra mengatakan, jejak sejarah TB Atif di Cilenggang bisa dirunut sejak terjadinya perubahan nama Benteng menjadi Tangerang pada 15 Oktober 1954 kemudian membangun benteng selatan.

"Ketika Benteng diganti dengan sebutan Tangerang, Belanda kompeni lari ke benteng bagian selatan (sekarang Tangsel). Mereka membuat benteng di sepanjang Cisadane pada 1654 dan kembali menjajah masyarakat," katanya.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More