Kisah Noni Belanda, Penunggu Gedung Tua Polsek Palmerah Jakarta Barat
Minggu, 31 Januari 2021 - 08:05 WIB
JAKARTA - Suasana menjelang tengah malam pada pertengahan Desember 2020 di kantor Polsek Palmerah , Jakarta Barat senyap. Tak ada satu pun orang yang berkumpul.
Sejumlah polisi bertugas patroli mengawasi PSBB yang kala itu diberlakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. Dalam suasana lembab dan dingin, pedagang sekoteng melewati Mapolsek Palmerah sekitar pukul 22.00 WIB. Membawa gerobak dan mengetukkan mangkuk kecil dengan sendoknya, pedagang melintas dari kompleks rumah Polri sisi utara gedung utama Polsek.
Saat melintas tepat di sisi gedung tua , jendela kayu besar setinggi dua meter terbuka. Seorang perempuan cantik berwajah blasteran memakai pakaian mirip kebaya berwarna putih memanggil. “Bang pesen satu,” ucap perempuan itu seraya menongolkan wajahnya.
Jendela tua itu kembali ditutup. Pedagang sekoteng langsung meminggirkan gerobaknya dan bersigap menyiapkan semangkuk sekoteng hangat. Lima menit setelahnya, dia mengantarkan semangkuk sekoteng ke perempuan itu melalui pintu lobi gedung Polsek.
Baca Juga: Pakistan Bebaskan Tersangka Pemenggalan Jurnalis AS, Gedung Putih Marah
Terdiam. Pedagang itu terheran-heran karena kondisi lobi Polsek sepi. Tidak ada satu pun orang maupun polisi di sekitar gedung tua itu. “Bu..bu..mbaa..mbaa..,” teriak pedagang membawa nampan dengan semangkuk sekoteng.
Beberapa menit berselang, tak ada satu pun orang yang menjawab. Hanya hembusan angin dingin yang terasa. Suasana malam itu kian aneh. Duduk di kursi, si pedagang yang penasaran itu setia menunggu perempuan blasteran, namun hingga lima menit tak kunjung datang.
Sejumlah polisi bertugas patroli mengawasi PSBB yang kala itu diberlakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. Dalam suasana lembab dan dingin, pedagang sekoteng melewati Mapolsek Palmerah sekitar pukul 22.00 WIB. Membawa gerobak dan mengetukkan mangkuk kecil dengan sendoknya, pedagang melintas dari kompleks rumah Polri sisi utara gedung utama Polsek.
Saat melintas tepat di sisi gedung tua , jendela kayu besar setinggi dua meter terbuka. Seorang perempuan cantik berwajah blasteran memakai pakaian mirip kebaya berwarna putih memanggil. “Bang pesen satu,” ucap perempuan itu seraya menongolkan wajahnya.
Jendela tua itu kembali ditutup. Pedagang sekoteng langsung meminggirkan gerobaknya dan bersigap menyiapkan semangkuk sekoteng hangat. Lima menit setelahnya, dia mengantarkan semangkuk sekoteng ke perempuan itu melalui pintu lobi gedung Polsek.
Baca Juga: Pakistan Bebaskan Tersangka Pemenggalan Jurnalis AS, Gedung Putih Marah
Terdiam. Pedagang itu terheran-heran karena kondisi lobi Polsek sepi. Tidak ada satu pun orang maupun polisi di sekitar gedung tua itu. “Bu..bu..mbaa..mbaa..,” teriak pedagang membawa nampan dengan semangkuk sekoteng.
Beberapa menit berselang, tak ada satu pun orang yang menjawab. Hanya hembusan angin dingin yang terasa. Suasana malam itu kian aneh. Duduk di kursi, si pedagang yang penasaran itu setia menunggu perempuan blasteran, namun hingga lima menit tak kunjung datang.
tulis komentar anda