Kisah Noni Belanda, Penunggu Gedung Tua Polsek Palmerah Jakarta Barat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Suasana menjelang tengah malam pada pertengahan Desember 2020 di kantor Polsek Palmerah , Jakarta Barat senyap. Tak ada satu pun orang yang berkumpul.
Sejumlah polisi bertugas patroli mengawasi PSBB yang kala itu diberlakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. Dalam suasana lembab dan dingin, pedagang sekoteng melewati Mapolsek Palmerah sekitar pukul 22.00 WIB. Membawa gerobak dan mengetukkan mangkuk kecil dengan sendoknya, pedagang melintas dari kompleks rumah Polri sisi utara gedung utama Polsek.
Saat melintas tepat di sisi gedung tua , jendela kayu besar setinggi dua meter terbuka. Seorang perempuan cantik berwajah blasteran memakai pakaian mirip kebaya berwarna putih memanggil. “Bang pesen satu,” ucap perempuan itu seraya menongolkan wajahnya.
Jendela tua itu kembali ditutup. Pedagang sekoteng langsung meminggirkan gerobaknya dan bersigap menyiapkan semangkuk sekoteng hangat. Lima menit setelahnya, dia mengantarkan semangkuk sekoteng ke perempuan itu melalui pintu lobi gedung Polsek.
Baca Juga: Pakistan Bebaskan Tersangka Pemenggalan Jurnalis AS, Gedung Putih Marah
Terdiam. Pedagang itu terheran-heran karena kondisi lobi Polsek sepi. Tidak ada satu pun orang maupun polisi di sekitar gedung tua itu. “Bu..bu..mbaa..mbaa..,” teriak pedagang membawa nampan dengan semangkuk sekoteng.
Beberapa menit berselang, tak ada satu pun orang yang menjawab. Hanya hembusan angin dingin yang terasa. Suasana malam itu kian aneh. Duduk di kursi, si pedagang yang penasaran itu setia menunggu perempuan blasteran, namun hingga lima menit tak kunjung datang.
Keberadaan orang di lobi membuat Kepala SPK Polsek Palmerah Ipda Tugiyanto yang berada di ruang SPKT seberang gedung utama langsung mendatangi lobi Polsek.
Tugi langsung menanyakan maksud pedagang yang kala itu duduk di kursi lobi. “Kenapa bang?” katanya. “Ini tadi ada wanita yang pesan,” jawab pedagang sekoteng.
Baca Juga: Siap-siap Lur! Mulai 30 Januari Tarif Tol BORR Naik Jadi Rp14.000
Bulu kuduk pun merinding. Tugi bertanya heran tak ada satu pun perempuan maupun orang di gedung itu. Dia menjelaskan bahwa saat ini polisi sedang berpatroli dan akan kembali lewat tengah malam.
Makin penasaran, Tugi lantas mengajak pedagang itu masuk gedung utama mengecek satu per satu ruangan di sana. “Ayo kalo engga percaya saya antar juga ke atas,” kata Tugi.
Baru melangkah, wajah pedagang itu mendadak pucat. Tangan dan kakinya sedikit gemetar. Nampan yang dipegangnya kemudian bergoyang. Membuat air sekoteng tumpah.
Tak banyak bicara, pedagang itu bergegas kembali ke gerobaknya membawa sekoteng yang mulai dingin. Setelah menaruh mangkuk di atas gerobak, pedagang langsung berjalan cepat tanpa mengucapkan salam.
Kini hingga sebulan lamanya, pedagang sekoteng itu tak pernah melintas di Polsek Palmerah.
Sejumlah polisi bertugas patroli mengawasi PSBB yang kala itu diberlakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. Dalam suasana lembab dan dingin, pedagang sekoteng melewati Mapolsek Palmerah sekitar pukul 22.00 WIB. Membawa gerobak dan mengetukkan mangkuk kecil dengan sendoknya, pedagang melintas dari kompleks rumah Polri sisi utara gedung utama Polsek.
Saat melintas tepat di sisi gedung tua , jendela kayu besar setinggi dua meter terbuka. Seorang perempuan cantik berwajah blasteran memakai pakaian mirip kebaya berwarna putih memanggil. “Bang pesen satu,” ucap perempuan itu seraya menongolkan wajahnya.
Jendela tua itu kembali ditutup. Pedagang sekoteng langsung meminggirkan gerobaknya dan bersigap menyiapkan semangkuk sekoteng hangat. Lima menit setelahnya, dia mengantarkan semangkuk sekoteng ke perempuan itu melalui pintu lobi gedung Polsek.
Baca Juga: Pakistan Bebaskan Tersangka Pemenggalan Jurnalis AS, Gedung Putih Marah
Terdiam. Pedagang itu terheran-heran karena kondisi lobi Polsek sepi. Tidak ada satu pun orang maupun polisi di sekitar gedung tua itu. “Bu..bu..mbaa..mbaa..,” teriak pedagang membawa nampan dengan semangkuk sekoteng.
Beberapa menit berselang, tak ada satu pun orang yang menjawab. Hanya hembusan angin dingin yang terasa. Suasana malam itu kian aneh. Duduk di kursi, si pedagang yang penasaran itu setia menunggu perempuan blasteran, namun hingga lima menit tak kunjung datang.
Keberadaan orang di lobi membuat Kepala SPK Polsek Palmerah Ipda Tugiyanto yang berada di ruang SPKT seberang gedung utama langsung mendatangi lobi Polsek.
Tugi langsung menanyakan maksud pedagang yang kala itu duduk di kursi lobi. “Kenapa bang?” katanya. “Ini tadi ada wanita yang pesan,” jawab pedagang sekoteng.
Baca Juga: Siap-siap Lur! Mulai 30 Januari Tarif Tol BORR Naik Jadi Rp14.000
Bulu kuduk pun merinding. Tugi bertanya heran tak ada satu pun perempuan maupun orang di gedung itu. Dia menjelaskan bahwa saat ini polisi sedang berpatroli dan akan kembali lewat tengah malam.
Makin penasaran, Tugi lantas mengajak pedagang itu masuk gedung utama mengecek satu per satu ruangan di sana. “Ayo kalo engga percaya saya antar juga ke atas,” kata Tugi.
Baca Juga
Baru melangkah, wajah pedagang itu mendadak pucat. Tangan dan kakinya sedikit gemetar. Nampan yang dipegangnya kemudian bergoyang. Membuat air sekoteng tumpah.
Tak banyak bicara, pedagang itu bergegas kembali ke gerobaknya membawa sekoteng yang mulai dingin. Setelah menaruh mangkuk di atas gerobak, pedagang langsung berjalan cepat tanpa mengucapkan salam.
Kini hingga sebulan lamanya, pedagang sekoteng itu tak pernah melintas di Polsek Palmerah.
(jon)