Bikin Bulu Kuduk Berdiri, Bos Sawit Ini Tersasar di Hotel Bintang 5 yang Sudah Lama Tutup di Jakarta
Selasa, 29 Desember 2020 - 11:04 WIB
“Hotel itu sendiri sudah tutup. Saya bergegas ke lift, turun ke basement, ke mobil dan menuju ke lokasi acara yang dimaksud. Sekitar 10 menit saja saya berada di hotel tersebut,” ujarnya. Hingga acara webinar selesai, Tofan tidak memikirkan apapun, namun dia heran kenapa bisa tersasar ke hotel yang sepertinya sudah tutup beberapa bulan.
Saat di jalan sepulang acara, Tofan menengok ke lobi hotel tadi dari dalam mobil. “Sepi, tanpa aktivitas. Sampai di rumah, saya runut lagi kisah 10 menit tersebut,” tulis dia. Ada berbagai hal aneh yang menjadi pertanyaan dibenak Tofan saat tersasar di hotel tersebut. Pertama, dia melihat sendiri ada taksi yang menurunkan penumpang, lalu pintu lobi hotel terkunci dan hotelnya juga sudah tutup.
Di mata Tofan, peristiwa itu nyata adanya namun penuh kejanggalan. Kedua, dia merasa ada yang aneh dengan tiga orang sewaktu di lift bersamanya. “Dalam rangka apa mereka datang ke hotel tersebut pagi-pagi? Apakah mereka juga tidak ngeh seperti saya, bahwa hotel tersebut sudah tutup karena Covid? Naik apa mereka ke hotel tersebut? Membawa mobil? Seingat saya tidak ada mobil lain yang parkir setelah saya parkir. Hanya ada dua mobil yang teronggok di basement tersebut,” batinnya.
Tofan mencoba mengingat, saat di lantai lobi hotel dia melihat sang bapak berjalan ke arah kanan dan menuju toilet. Padahal, saat Tofan putar balik ke basement, dia sempat mengamati sepertinya tidak ada toilet di sisi kanan lift. Seketika bapak itu dan OB di sana tidak tampak lagi. “Tapi apapun, di mata saya saat itu, mereka nyata meski saya sama sekali tidak bertegur sapa,” ujar Tofan memastikan.
Keesokan harinya, dia menceritakan pengalaman aneh itu kepada tim kerja yang juga ikut dalam webinar tersebut. Rekan kerjanya tertawa, “Saya sudah tahu tentang hotel itu dari sekuriti di hotel tempat kita acara. Itu bapak kena ‘prank’ alias penampakan,” ujarnya.
Tofan tetap ragu dan tidak yakin itu penampakan. Tofan mengatakan dia termasuk orang yang sangat rasional. Sebagai seorang muslim, kata dia, Tofan mempercayai hal-hal yang ghaib (metafisik). Namun, dia tidak terlalu memperdulikan hal-hal yang irasional, termasuk cerita-cerita tentang ‘dunia lain’.
Sewaktu di rumah, kisah aneh itu dia ceritakan kepada istrinya. Lantas istrinya pun tertawa, karena sebelumnya Tofan juga pernah melihat ‘penampakan’ saat Jember. “Ayah sering melamun, jadi ada penampakan,” kata istrinya. Namun istri Tofan tetap berusaha logis.
Menurutnya, orang-orang yang ditemui Tofan di hotel itu bisa saja orang yang juga tersesat atau bekerja di sana, atau ada kegiatan di hotel tersebut. Padahal, kata Tofan, jika benar-benar kosong maka lift-nya tidak berfungsi semua, namun masih ada satu yang berfungsi meski karatan dan kacanya buram.
“Tapi kalau memang nyasar atau ada kegiatan di sana, mengapa datang pagi sekali dan membawa anak lagi. Hmmmm. Keyakinan saya mulai goyah,” ujar Tofan. Setelah panjang lebar bercerita, sang istri bertanya. “Apakah seingat ayah, mereka yang ketemu di lift dan OB-nya pakai masker?,” ujarnya. Tofan mengigat kembali.
“Saya ingat persis ma, mereka semua tidak ada yang memakai masker,” kata dia. Istrinya langsung menimpali. “Kalau tidak pakai masker, berarti mereka memang ‘orang-orang lama’ (penampakan) yah,” ujarnya. Pengalaman tersebut menyisakan tanda-tanya bagi Tofan. Bagaimana mungkin sebuah hotel yang sudah dipastikan tutup, namun ada aktivitas ‘orang-orang’ yang ta mpak aneh dan penuh kejanggalan.
Saat di jalan sepulang acara, Tofan menengok ke lobi hotel tadi dari dalam mobil. “Sepi, tanpa aktivitas. Sampai di rumah, saya runut lagi kisah 10 menit tersebut,” tulis dia. Ada berbagai hal aneh yang menjadi pertanyaan dibenak Tofan saat tersasar di hotel tersebut. Pertama, dia melihat sendiri ada taksi yang menurunkan penumpang, lalu pintu lobi hotel terkunci dan hotelnya juga sudah tutup.
Di mata Tofan, peristiwa itu nyata adanya namun penuh kejanggalan. Kedua, dia merasa ada yang aneh dengan tiga orang sewaktu di lift bersamanya. “Dalam rangka apa mereka datang ke hotel tersebut pagi-pagi? Apakah mereka juga tidak ngeh seperti saya, bahwa hotel tersebut sudah tutup karena Covid? Naik apa mereka ke hotel tersebut? Membawa mobil? Seingat saya tidak ada mobil lain yang parkir setelah saya parkir. Hanya ada dua mobil yang teronggok di basement tersebut,” batinnya.
Tofan mencoba mengingat, saat di lantai lobi hotel dia melihat sang bapak berjalan ke arah kanan dan menuju toilet. Padahal, saat Tofan putar balik ke basement, dia sempat mengamati sepertinya tidak ada toilet di sisi kanan lift. Seketika bapak itu dan OB di sana tidak tampak lagi. “Tapi apapun, di mata saya saat itu, mereka nyata meski saya sama sekali tidak bertegur sapa,” ujar Tofan memastikan.
Keesokan harinya, dia menceritakan pengalaman aneh itu kepada tim kerja yang juga ikut dalam webinar tersebut. Rekan kerjanya tertawa, “Saya sudah tahu tentang hotel itu dari sekuriti di hotel tempat kita acara. Itu bapak kena ‘prank’ alias penampakan,” ujarnya.
Tofan tetap ragu dan tidak yakin itu penampakan. Tofan mengatakan dia termasuk orang yang sangat rasional. Sebagai seorang muslim, kata dia, Tofan mempercayai hal-hal yang ghaib (metafisik). Namun, dia tidak terlalu memperdulikan hal-hal yang irasional, termasuk cerita-cerita tentang ‘dunia lain’.
Sewaktu di rumah, kisah aneh itu dia ceritakan kepada istrinya. Lantas istrinya pun tertawa, karena sebelumnya Tofan juga pernah melihat ‘penampakan’ saat Jember. “Ayah sering melamun, jadi ada penampakan,” kata istrinya. Namun istri Tofan tetap berusaha logis.
Menurutnya, orang-orang yang ditemui Tofan di hotel itu bisa saja orang yang juga tersesat atau bekerja di sana, atau ada kegiatan di hotel tersebut. Padahal, kata Tofan, jika benar-benar kosong maka lift-nya tidak berfungsi semua, namun masih ada satu yang berfungsi meski karatan dan kacanya buram.
“Tapi kalau memang nyasar atau ada kegiatan di sana, mengapa datang pagi sekali dan membawa anak lagi. Hmmmm. Keyakinan saya mulai goyah,” ujar Tofan. Setelah panjang lebar bercerita, sang istri bertanya. “Apakah seingat ayah, mereka yang ketemu di lift dan OB-nya pakai masker?,” ujarnya. Tofan mengigat kembali.
“Saya ingat persis ma, mereka semua tidak ada yang memakai masker,” kata dia. Istrinya langsung menimpali. “Kalau tidak pakai masker, berarti mereka memang ‘orang-orang lama’ (penampakan) yah,” ujarnya. Pengalaman tersebut menyisakan tanda-tanya bagi Tofan. Bagaimana mungkin sebuah hotel yang sudah dipastikan tutup, namun ada aktivitas ‘orang-orang’ yang ta mpak aneh dan penuh kejanggalan.
tulis komentar anda