Kisah Makam Kebon Jahe Kober, Tempat Peristirahatan Istri Thomas Stamford Raffles hingga Soe Hoek Gie

Selasa, 23 Juli 2024 - 05:47 WIB
Makam Kebon Jahe Kober di tepi Kali Krukut, Tanah Abang, Jakarta Pusat, tempat peristirahatan Soe Hoek Gie (aktivis mahasiswa tahun 1960-an). Foto: encyclopedia.jakarta-tourism.go.id
JAKARTA - Makam Kebon Jahe Kober di tepi Kali Krukut, Tanah Abang, Jakarta Pusat berdiri di lahan seluas 5,9 hektare pada tahun 1795. Di makam ini disemayamkan istri Gubernur Jenderal Inggris Sir Thomas Stamford Raffles, Olivia Marrianne Raffles hingga Soe Hoek Gie (aktivis mahasiswa tahun 1960-an).

Banyak orang terkenal yang dikuburkan di Kebon Jahe Kober antara lain Mayjen J.H.R Kohler (komandan tentara Belanda yang ditembak mati di Aceh), Dr J.L.A. Brandes (ahli sejarah purbakala Hindu Jawa di Indonesia), Dr H.F. Roll (pencetus gagasan dan pendiri STOVIA, Sekolah Tinggi Dokter di Batavia), serta Pieter Eberveld (orang yang dihukum dengan ditarik kuda dari empat arah berbeda).





Selain itu, pernah dimakamkan pula tokoh-tokoh gereja Katolik Batavia/Jakarta seperti Mgr Carel Claessens, pastor N Drijarjara SJ, sejumlah pastor Jesuit, suster-suster Ursulin, dan tokoh terkemuka lainnya.

Dikutip dari encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, tahun 1825 kereta jenazah mengangkut mayat-mayat dari rumah sakit ke Kebon Jahe Kober dua kali sehari. Di dalamnya terdapat makam tokoh-tokoh penting sejarah Indonesia dan mempunyai kesan turun naiknya kehidupan sebagian masyarakat Jakarta dari abad ke-19.

Sumber lain yang dihimpun menyatakan Makam Kebon Jahe Kober lebih tua dari Fort Cannin Park di Singapura (1926), Gore Hill Cemetery di Sidney (1868), La Chaise Cemetery di Paris (1803), Mount Auburn Cemetery di Cambridge (1831), serta Arlington National Cemetery di Washington DC (1864).

Orang Belanda membangun makam tersebut karena angka kematian di Batavia saat itu melonjak drastis. Kondisi Batavia yang padat menyebabkan atmosfer kota tidak sehat. Akibatnya, banyak warga terserang penyakit malaria, diare, dan penyakit lain yang berujung kematian.

Pada tahun 1975 Makam Kebon Jahe Kober ditutup Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin lalu dibongkar. Jenazah-jenazah kemudian direlokasi. Sebagian ada yang dikembalikan ke keluarganya di Belanda, sebagian dipindahkan ke pemakaman Menteng Pulo dan beberapa dimakamkan di tempat pemakaman umum lain seperti Tanah Kusir.

Kompleks pemakaman Kebon Jahe Kober berubah menjadi Museum Taman Prasasti. Peresmian museum itu dilakukan Ali Sadikin pada 9 Juli 1977. Di atas tanah seluas 4,7 hektare dari luas seluruhnya 5,9 hektare didirikan Kantor Wali Kota Jakarta Pusat.

Di Museum Taman Prasasti terdapat sekitar 1.200 prasasti makam yang telah ditata. Di aula gedung ada duplikat kereta jenazah dan dua peti jenazah asli sang proklamator, Soekarno dan M Hatta.
(jon)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More