TPA Cipeucang Kritis, Konsultan Korea Ambil Sampel Sampah
A
A
A
TANGERANG - Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) memasuki masa kritis. Kemungkinan 2-3 tahun ke depan TPA ini tidak bisa lagi menampung sampah di Tangsel.
Berbagai upaya mempertahankan TPA terus dilakukan seperti mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA dengan membaginya ke TPA Nambo, Bogor kemudian juga dibakar untuk sumber energi PLTSa.
Kepala Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tangsel Wismansyah mengatakan, sambil menunggu PLTSa bakal membangun landfill. "Kami mau membuat penambahan landfill lagi luasnya 8.000 meter persegi dan bisa menampung 16.000 ton sampah. Bisa tahan sampai 3 tahun," ujarnya, Minggu (12/1/2020).
Saat ini TPA Cipeucang sampai titik yang sangat mengkhawatirkan. Tanpa PLTSa dan landfill, TPA cepat penuh dalam 2-3 tahun dan akan ditutup. "Jadi, paralel, PLTSa jalan, landfill dibangun. Kalau kondisi kemarin pas musim panas benar-benar dimanfaatkan untuk merapikan tumpukan sampah," katanya. (Baca:TPA Cipeucang Penuh, Pemkot Tangsel Bersiap "Ekspor" Sampah ke Bogor)
Landfill akan dibangun tahun ini. Selain menyiapkan pembangunan landfill, Pemkot Tangsel juga merapikan sampah di sekitar 4-5 hektare lahan TPA yang bakal dibangun PLTSa. "Kemarin ada konsultan Korea ambil sampel sampah di TPA. Dia ingin menguji kalori bakar sampahnya sebagai bahan untuk menyusun final feasibility study (FS). Jadi, untuk mengetahui daya bakar PLTSa-nya," ujar Wismansyah.
Menurut dia, upaya membangun PLTSa masih panjang karena menunggu kajian sampah dan FS-nya disetujui kemudian sampai lelang. "Kalau perusahaan yang memperkenalkan diri ke pemerintah sudah sekitar 70 perusahaan. Mereka yang investasi untuk pembangunan PLTSa. Investasinya Rp1,5 triliun," ucapnya.
Kasi Pengelolaan Sampah DLH Tangsel Rastra Yudhatama menuturkan, persoalan sampah di Tangsel membutuhkan penanganan khusus karena luas TPA hanya 13,6 hektare. "Tapi, sampah masuk terus. Yang jelas untuk PLTSa masih cukup lahannya. Untuk kurangi volume sampah yang masuk TPA kita juga sangat terbantu bank sampah," katanya.
Saat banjir besar pada 1-2 Januari 2020 misalnya banjir membuat volume sampah yang dibuang ke TPA Cipeucang melonjak. Hingga hari ini saja dinasnya mengangkut 400 ton sampah. Sampai masa tanggap darurat selesai pada 14 Januari 2020 sampah banjir kemungkinan bertambah. Ini menjadi persoalan baru DLH Tangsel.
"Secara volume memang tidak terlalu besar jika dibandingkan Kota Tangerang. Jadi, sampahnya banyak yang bisa didaur ulang, juga banyak pemulung yang menunggu di depan TPA," kata Rastra.
Berbagai upaya mempertahankan TPA terus dilakukan seperti mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA dengan membaginya ke TPA Nambo, Bogor kemudian juga dibakar untuk sumber energi PLTSa.
Kepala Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tangsel Wismansyah mengatakan, sambil menunggu PLTSa bakal membangun landfill. "Kami mau membuat penambahan landfill lagi luasnya 8.000 meter persegi dan bisa menampung 16.000 ton sampah. Bisa tahan sampai 3 tahun," ujarnya, Minggu (12/1/2020).
Saat ini TPA Cipeucang sampai titik yang sangat mengkhawatirkan. Tanpa PLTSa dan landfill, TPA cepat penuh dalam 2-3 tahun dan akan ditutup. "Jadi, paralel, PLTSa jalan, landfill dibangun. Kalau kondisi kemarin pas musim panas benar-benar dimanfaatkan untuk merapikan tumpukan sampah," katanya. (Baca:TPA Cipeucang Penuh, Pemkot Tangsel Bersiap "Ekspor" Sampah ke Bogor)
Landfill akan dibangun tahun ini. Selain menyiapkan pembangunan landfill, Pemkot Tangsel juga merapikan sampah di sekitar 4-5 hektare lahan TPA yang bakal dibangun PLTSa. "Kemarin ada konsultan Korea ambil sampel sampah di TPA. Dia ingin menguji kalori bakar sampahnya sebagai bahan untuk menyusun final feasibility study (FS). Jadi, untuk mengetahui daya bakar PLTSa-nya," ujar Wismansyah.
Menurut dia, upaya membangun PLTSa masih panjang karena menunggu kajian sampah dan FS-nya disetujui kemudian sampai lelang. "Kalau perusahaan yang memperkenalkan diri ke pemerintah sudah sekitar 70 perusahaan. Mereka yang investasi untuk pembangunan PLTSa. Investasinya Rp1,5 triliun," ucapnya.
Kasi Pengelolaan Sampah DLH Tangsel Rastra Yudhatama menuturkan, persoalan sampah di Tangsel membutuhkan penanganan khusus karena luas TPA hanya 13,6 hektare. "Tapi, sampah masuk terus. Yang jelas untuk PLTSa masih cukup lahannya. Untuk kurangi volume sampah yang masuk TPA kita juga sangat terbantu bank sampah," katanya.
Saat banjir besar pada 1-2 Januari 2020 misalnya banjir membuat volume sampah yang dibuang ke TPA Cipeucang melonjak. Hingga hari ini saja dinasnya mengangkut 400 ton sampah. Sampai masa tanggap darurat selesai pada 14 Januari 2020 sampah banjir kemungkinan bertambah. Ini menjadi persoalan baru DLH Tangsel.
"Secara volume memang tidak terlalu besar jika dibandingkan Kota Tangerang. Jadi, sampahnya banyak yang bisa didaur ulang, juga banyak pemulung yang menunggu di depan TPA," kata Rastra.
(jon)