Terkendala Lahan, DKI Sulit Sterilisasi Trotoar dari PKL

Sabtu, 22 September 2018 - 09:08 WIB
Terkendala Lahan, DKI...
Terkendala Lahan, DKI Sulit Sterilisasi Trotoar dari PKL
A A A
JAKARTA - Sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) di trotoar dan bahu jalan pusat keramaian tak bisa dihindari. Minimnya lahan di lokasi keramaian menjadi kendala DKI mensterilisasikan trotoar dari PKL.

Berdasarkan pantauan, PKL Kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, masih merajalela. Setelah digadang menjadi Kawasan Unggul Tertib Kota awal tahun ini, PKL masih mengokupasi trotoar. Terpantau sejumlah PKL menduduki trotoar di Jalan Matraman Raya, Bali Mester, Jakarta Timur, Jalan Jatinegara Timur dan Jalan Bekasi Barat.

Di atas trotoar kebanyakan PKL menjual hewan, seperti burung, ayam, reptil dan ikan. Sejak pagi pedagang ikan mulai membersihkan rak-rak ikan cupang dan mengisi air pada plastik yang berisi ikan. Ember-ember besar sudah berisi ikan yang siap jual lengkap dengan selang. Akibatnya, trotoar kusam dan becek lantaran air dari ember meluber.

Posisi lapak dagangan para PKL memang berada di belakang jalur kuning (warning sign) untuk disabilitas. Namun, menjelang sore biasanya PKL lebih banyak lagi hingga memakan bahu jalan. (Baca Juga: Konsep Penataan PKL Jatinegara, Sandiaga: Muliakan Pejalan Kaki
Hal seperti itu juga tampak terlihat di kawasan Jalan Bengkel, Jati Baru Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat atau tepatnya depan pintu Stasiun Tanah Abang. Trotoar yang sudah memiliki lebar sekitar 3-5 meter itu diokupasi para PKL hingga menyisakan satu ruas jalan kaki.

Kepala Dinas Usaha Mikro keci Menengah (UMKM), Irwandi mengakui masih banyaknya PKL di pusat keramaian seperti kawasan Stasiun Tanah Abang dan Jatinegara. Bahkan, kata dia, hampir seluruh wilayah yang terdapat pusat keramaian seperti stasiun itu trotoar diokupasi PKL.

Padahal, lanjut Irwandi, pihaknya sudah mengimbau, membina dan merelokasi para PKL ke lokasi sekitar yang memungkinkan PKL untuk berjualan. Namun, lantaran jauh dari keramaian, para PKL akhirnya kembali ke tempat asalnya. Seperti yang terjadi dalam relokasi PKL tanah Abang ke pasar Blok G.

"Kami terkendala lokasi lahan strategis seperti apa yang diinginkan para PKL. Kami sudah mencoba merelokasi ke lokasi lain, para PKL keluhkan sepinya pembeli," kata Irwandi saat dihubungi, Jumat 21 September 2018.

Irwandi menjelaskan, menghadapi PKL di pusat keramaian bukan suatu hal yang mudah lantaran terkait dengan urusan mata pencarian. Untuk itu, hal yang bisa dilakukan saat ini adalah memaklumi mereka berjualan pada sore dan malam hari asal tidak mengganggu para pejalan kaki. Begitu juga pagi-siang hari agar jangan sampai mengganggu pejalan kaki.

Namun, apabila memang Satpol PP yang memiliki kewenangan untuk menegakan Peraturan Daerah (Perda) ketertiban umum ingin menertibkan para PKL tersebut, pihaknya sangat mendukung. (Baca Juga: Jembatan Layang Dibangun, 372 PKL Tanah Abang Tetap Beroperasi
"Skybridge dibangun di jalan jati baru raya saja akan terlihat percuma kalau pintu stasiun jalan bengkel tidak ditutup PT KAI. Skybridge hanya terhubung di pintu stasiun tengah jalan jati baru raya," pungkasnya.

Kasatpol PP DKI Jakarta, Yani wahyu menegaskan, sebelum melakukan penindakan kepada para PKL yang berada di trotoar dan bahu jalan tersebut tentunya harus dilakukan langkah persuasif, diantaranya yaitu mensosialisasikan Perda, menghimbau dan memberikan arahan.

Apabila memang tidak digubris, lanjut Yani, mau tidak mau pihaknya melakukan tindakan tegas dengan menertibkan dan membawa barang daganganya ke gudang di lokasi Cakung, Jakarta Timur. Sayangnya, dia tidak menyebutkan berapa jumlah PKL yang sudah ditertibkan sejauh ini.

"Saya sudah memberikan surat edaran kepada kasatpol wilayah untuk bergerak ke lokasi PKL yang berada di trotoar. Di Tanah Abang pun saya langsung turun menertibkannya," ujarnya.

Sementara itu, Koalisi Pejalan Kaki, Ahmad Safrudin menyayangkan trotoar yang sudah tertata lebar saat ini diokupasi para PKL. Idealnya, kata Ahmad, trotoar itu harus aman, nyaman bersih dari PKL, parkir kendaraan dan harus ditanami pohon yang ditanam langsung didasar tanah dan tumbuh mekar ke atas, sehingga ketika pejalan melintas, mereka bisa terhindar dari sinar matahari.

Ahmad menyarankan agar trotoar yang sudah dilebarkan saat ini segera disterilisasikan dan ditambah fasilitas pohon. Dia mengakui bila pengerjaannya memang harus terkordinir berbagai pihak, bukan hanya Dinas Bina Marga. Tetapi, masyarakat tidak mau tahu bagaimana mereka bekerja. Menurutnya, masyarakat hanya mengetahui mengapai trotoar yang dilebarkan dengan mengambil bahu jalan tetapi masih diokupasi PKL, parkir dan tidak nyaman untuk berjalan kaki.

"Harusnya pihak terkait lainnya sudah siap ketika trotoar ditata. Misalnya saja PKL, harusnya Dinas UMKM siap untuk penataan PKL. Selama ini mereka hanya bekerja menyalurkan bantuan ke pedagang pembinaan. Tetapi PKL di trotoar tidak bisa ditata," ujarnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1056 seconds (0.1#10.140)