Sejarawan: Proyek Reklamasi Lanjut, Kota Tua Bakal Punah
A
A
A
JAKARTA - Proyek reklamasi Teluk Jakarta masih terus menuai protes dari kalangan masyarakat Jakarta. Selain dianggap merugikan masyarakat Betawi dan kebudayaannya, proyek reklamsi juga dapat mengancam keberadaan Kota Tua di Jakarta Barat.
Sejarawan JJ Rizal mengatakan, proyek reklamasi bakal berdampak dan bertentangan dengan upaya besar Pemerintah Provinsi Jakarta untuk menyelamatkan Kota Tua. Penulis dan pendiri penerbitan Komunitas Bambu ini menjelaskan, sejak tahun 1930, ketika itu Batavia merayakan ulang tahun ke 300, dimulai pencanangan penyelamatan Kota Tua Jakarta. Namun usaha tersebut masih buntu sehingga kegagalan terus terjadi.
"Gagal terus, baru waktu datang bang Ali Sadikin (Gubernur DKI Jakarta tahun 1966) berhasil, cuma diresmikan jadi museum," ujar JJ Rizal di Gedung Bundar Widya Graha LIPI, Jalan Gatot Soebroto 10, Jakarta Pusat, Kamis (26/10/2017).
Rizal mengutip hasil riset dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yang menyatakan bahwa jika pulau reklamasi diteruskan bakal terjadi perubahan arus. Dengan demikian, pulau-pulau yang merupakan bagian dari wilayah Kota Tua Jakarta dan warisan sejarah, tidak bakal terselamatkan.
Rizal menyebutkan, Batavia tua tidak akan bangkit jika tidak ada Pulau Onrust, yakni salah satu pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Pulau Onrust dan Kota Tua Jakarta merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan dalam warisan sejarah.
"Jadi bagaimana ngomongin Kota Tua Batavia tanpa Pulau Onrust. Itu sama saja pakai baju tapi tidak pakai celana. Itu baru aspek dari warisan kompeni," tegasnya.
Ia menambahkan, reklamasi telah mengancam kehidupan sosial para nelayan yang dinilai sebagai awal peradaban kebudayaan. Bahkan, hingga abad ke-19 akhir masih sempat keluar sebuah novel yang ditulis oleh warga Betawi asli bernama Muhammad Bakir. Ia menulis syair berjudul "Hikayat Nahkoda Asyik".
"Ceritanya, kalau mau jadi orang beres, bertualang ke laut, lautlah sumber peradaban. Pesisir menjadi pusat peradaban betawi," tutupnya.
Sejarawan JJ Rizal mengatakan, proyek reklamasi bakal berdampak dan bertentangan dengan upaya besar Pemerintah Provinsi Jakarta untuk menyelamatkan Kota Tua. Penulis dan pendiri penerbitan Komunitas Bambu ini menjelaskan, sejak tahun 1930, ketika itu Batavia merayakan ulang tahun ke 300, dimulai pencanangan penyelamatan Kota Tua Jakarta. Namun usaha tersebut masih buntu sehingga kegagalan terus terjadi.
"Gagal terus, baru waktu datang bang Ali Sadikin (Gubernur DKI Jakarta tahun 1966) berhasil, cuma diresmikan jadi museum," ujar JJ Rizal di Gedung Bundar Widya Graha LIPI, Jalan Gatot Soebroto 10, Jakarta Pusat, Kamis (26/10/2017).
Rizal mengutip hasil riset dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yang menyatakan bahwa jika pulau reklamasi diteruskan bakal terjadi perubahan arus. Dengan demikian, pulau-pulau yang merupakan bagian dari wilayah Kota Tua Jakarta dan warisan sejarah, tidak bakal terselamatkan.
Rizal menyebutkan, Batavia tua tidak akan bangkit jika tidak ada Pulau Onrust, yakni salah satu pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Pulau Onrust dan Kota Tua Jakarta merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan dalam warisan sejarah.
"Jadi bagaimana ngomongin Kota Tua Batavia tanpa Pulau Onrust. Itu sama saja pakai baju tapi tidak pakai celana. Itu baru aspek dari warisan kompeni," tegasnya.
Ia menambahkan, reklamasi telah mengancam kehidupan sosial para nelayan yang dinilai sebagai awal peradaban kebudayaan. Bahkan, hingga abad ke-19 akhir masih sempat keluar sebuah novel yang ditulis oleh warga Betawi asli bernama Muhammad Bakir. Ia menulis syair berjudul "Hikayat Nahkoda Asyik".
"Ceritanya, kalau mau jadi orang beres, bertualang ke laut, lautlah sumber peradaban. Pesisir menjadi pusat peradaban betawi," tutupnya.
(thm)