Begini Repotnya Orang Tua Ngurusi Anak Belajar Daring
loading...
A
A
A
DEPOK - Senin (13/7/2020) pembelajaran jarak jauh (PJJ) tahun ajaran 2020/2021 dimulai. Persiapan sudah dilakukan sejak semalam mulai dari menyiapkan gadget dan perlengkapan lain seperti buku dan alat tulis.
Ini bukan kondisi yang biasa karena para siswa harus belajar dari rumah. Karena biasanya mereka menjalani hari pertama sekolah dengan tatap muka secara langsung. Mereka harus terbiasa dengan metode PJJ. Yang menjadi kendala adalah orang tua dengan lebih dari satu anak dan harus melakukan PJJ secara bersamaan.
“Anak aku dua. Yang satu TK, yang satu kelas 3. Nah, dua-duanya masih harus didampingi, jadi aku repot bolak balik dari yang TK terus ke SD,” tutur Shinta, orang tua murid, Senin (13/7/2020). (Baca juga: Pengenalan Lingkungan SMAN 2 Bekasi Lalui Protokol Kesehatan Ketat)
Dia kerepotan dengan belajar daring yang dilakukan secara bersamaan dengan tingkatan kelas berbeda. Apalagi anaknya yang masih TK belum bisa menguasai teknologi dengan baik. “Yang anak TK belum bisa urus Zoom sendiri. Untuk mute saja belum bisa. Jadi, saya harus mondar-mandir,” ujarnya.
Kerepotan serupa dialami Zahra, orang tua murid lainnya. Dia memiliki dua anak. Namun, yang bersekolah baru satu orang. Kendala yang dialami karena anaknya yang kecil sakit dan harus berobat ke dokter. Di saat bersamaan, dia juga harus mendampingi anaknya yang besar untuk PJJ. “Anakku yang bayi lagi sakit dan mau berobat, tapi bingung karena khawatir juga harus nemenin kakaknya yang PJJ,” katanya.
Dia mengakui kondisi seperti ini sangat merepotkan. Biasanya jika anak yang besar pergi ke sekolah, dia bisa melakukan aktivitas lainnya. “Karena ini belajar di rumah jadi ya orang tua yang menjadi guru dan mengawasi. Kegiatan lain tertunda, bahkan banyak yang terpaksa dibatalin,” ucapnya. (Baca juga: Dilema Belajar di Rumah: Kalau Dulu Hanya Uang Jajan, Sekarang Tambah Biaya Kuota Internet)
Ini bukan kondisi yang biasa karena para siswa harus belajar dari rumah. Karena biasanya mereka menjalani hari pertama sekolah dengan tatap muka secara langsung. Mereka harus terbiasa dengan metode PJJ. Yang menjadi kendala adalah orang tua dengan lebih dari satu anak dan harus melakukan PJJ secara bersamaan.
“Anak aku dua. Yang satu TK, yang satu kelas 3. Nah, dua-duanya masih harus didampingi, jadi aku repot bolak balik dari yang TK terus ke SD,” tutur Shinta, orang tua murid, Senin (13/7/2020). (Baca juga: Pengenalan Lingkungan SMAN 2 Bekasi Lalui Protokol Kesehatan Ketat)
Dia kerepotan dengan belajar daring yang dilakukan secara bersamaan dengan tingkatan kelas berbeda. Apalagi anaknya yang masih TK belum bisa menguasai teknologi dengan baik. “Yang anak TK belum bisa urus Zoom sendiri. Untuk mute saja belum bisa. Jadi, saya harus mondar-mandir,” ujarnya.
Kerepotan serupa dialami Zahra, orang tua murid lainnya. Dia memiliki dua anak. Namun, yang bersekolah baru satu orang. Kendala yang dialami karena anaknya yang kecil sakit dan harus berobat ke dokter. Di saat bersamaan, dia juga harus mendampingi anaknya yang besar untuk PJJ. “Anakku yang bayi lagi sakit dan mau berobat, tapi bingung karena khawatir juga harus nemenin kakaknya yang PJJ,” katanya.
Dia mengakui kondisi seperti ini sangat merepotkan. Biasanya jika anak yang besar pergi ke sekolah, dia bisa melakukan aktivitas lainnya. “Karena ini belajar di rumah jadi ya orang tua yang menjadi guru dan mengawasi. Kegiatan lain tertunda, bahkan banyak yang terpaksa dibatalin,” ucapnya. (Baca juga: Dilema Belajar di Rumah: Kalau Dulu Hanya Uang Jajan, Sekarang Tambah Biaya Kuota Internet)
(jon)