Sejarah Gereja Katedral Jakarta, Dibangun Tahun 1808 atas Perintah Paus Pius VII

Sabtu, 24 Desember 2022 - 06:05 WIB
loading...
Sejarah Gereja Katedral Jakarta, Dibangun Tahun 1808 atas Perintah Paus Pius VII
Gereja Katedral Jakarta di Pasar Baru, Jakarta Pusat sudah berdiri megah ratusan tahun. Foto/Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Gereja Katedral Jakarta salah satu bangunan cagar budaya di Jakarta yang mempunyai sejarah panjang dalam pembangunannya. Gereja Katedral yang diberkati Monseignor Prinsen dengan nama ‘Santa Maria diangkat ke Surga’ ini berada di depan Masjid Istiqlal.

Geraja bersejarah yang dibangun pada 6 November 1829 silam ini menjadi bangunan cagar budaya sebagai salah satu perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia. Berada dekat dengan Masjid Istiqlal membuktikan toleransi agama di Indonesia berjalan baik.



Mengutip berbagai sumber, pembangunan Gereja Katedral dimulai ketika Paus Pius VII mengangkat pastor Nelissen sebagai prefek apostik Hindia Belanda pada 1807. Dimana dimulainya penyebaran dan pembangunan gereja katolik di nusantara, termasuk di Jakarta.

Tahun 1808, pastor Nelissen bersama pastor Prinsen tiba di Batavia via Pelabuhan Pasar Ikan. Pastor Nelissen mendapat pinjaman sebuah rumah bambu berlokasi di pojok barat daya Buffelvelt (sekarang menjadi gedung departemen agama) untuk digunakan gereja.

Semua bangunan tersebut dipinjamkan dari pemerintah. Setahun kemudian, umat Katolik mendapat hibah sebidang tanah yang berlokasi di sebelah barat laut Lapangan Banteng dekat pintu air sebagai pengganti rumah bambu.

Karena ketiadaan dana, pembangunan gereja yang sudah dicanangkan urung dilaksanakan. Pihak gereja memohon kepada pemerintah Batavia untuk memberikan sebuah bangunan kecil yang berlokasi di jalan Kenanga di kawasan Senen untuk dijadikan gereja Katolik.



Bangunan tersebut milik Gubernemen yang dibangun sejak 1770 oleh Cornelis Casteleijn di bawah pengawasan Gurbernur Van Der Parra. Bangunan itu mempunyai luas sekitar 8×23 meter persegi ini sempat menjadi gereja bagi umat Protestan berbahasa Melayu.

Selain melayu juga berbahasa Belanda di Batavia. Setelah dilakukan renovasi di berbagai bagiannya, bangunan ini kemudian dijadikan Gereja Katolik yang mampu menampung hingga 200 jemaat untuk melakukan ibadah.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1538 seconds (0.1#10.140)