Sejarah Gereja Katedral Jakarta, Dibangun Tahun 1808 atas Perintah Paus Pius VII
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gereja Katedral Jakarta salah satu bangunan cagar budaya di Jakarta yang mempunyai sejarah panjang dalam pembangunannya. Gereja Katedral yang diberkati Monseignor Prinsen dengan nama ‘Santa Maria diangkat ke Surga’ ini berada di depan Masjid Istiqlal.
Geraja bersejarah yang dibangun pada 6 November 1829 silam ini menjadi bangunan cagar budaya sebagai salah satu perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia. Berada dekat dengan Masjid Istiqlal membuktikan toleransi agama di Indonesia berjalan baik.
Mengutip berbagai sumber, pembangunan Gereja Katedral dimulai ketika Paus Pius VII mengangkat pastor Nelissen sebagai prefek apostik Hindia Belanda pada 1807. Dimana dimulainya penyebaran dan pembangunan gereja katolik di nusantara, termasuk di Jakarta.
Tahun 1808, pastor Nelissen bersama pastor Prinsen tiba di Batavia via Pelabuhan Pasar Ikan. Pastor Nelissen mendapat pinjaman sebuah rumah bambu berlokasi di pojok barat daya Buffelvelt (sekarang menjadi gedung departemen agama) untuk digunakan gereja.
Semua bangunan tersebut dipinjamkan dari pemerintah. Setahun kemudian, umat Katolik mendapat hibah sebidang tanah yang berlokasi di sebelah barat laut Lapangan Banteng dekat pintu air sebagai pengganti rumah bambu.
Karena ketiadaan dana, pembangunan gereja yang sudah dicanangkan urung dilaksanakan. Pihak gereja memohon kepada pemerintah Batavia untuk memberikan sebuah bangunan kecil yang berlokasi di jalan Kenanga di kawasan Senen untuk dijadikan gereja Katolik.
Bangunan tersebut milik Gubernemen yang dibangun sejak 1770 oleh Cornelis Casteleijn di bawah pengawasan Gurbernur Van Der Parra. Bangunan itu mempunyai luas sekitar 8×23 meter persegi ini sempat menjadi gereja bagi umat Protestan berbahasa Melayu.
Selain melayu juga berbahasa Belanda di Batavia. Setelah dilakukan renovasi di berbagai bagiannya, bangunan ini kemudian dijadikan Gereja Katolik yang mampu menampung hingga 200 jemaat untuk melakukan ibadah.
Pastor Nelissen kemudian memberkati bangunan gereja tersebut, dengan Santo Ludovikus sebagai pelindungya. Berdirinya gereja katolik ini tidak berlangsung lama, pada 1826 terjadi kebakaran hebat yang menghanguskan banyak bangunan di kawasan Senen.
Bangunan pastoral ikut menjadi korban, namun bangunan gereja tidak ikut terbakar meski mengalami kerusakan di beberapa bagiannya. Setelah kebakaran, bangunan gereja yang rusak tidak direnovasi, mengingat tanah tersebut bukanlah tanah milik gereja.
Tepat pada 9 April 1890 Gereja Katedral pertama runtuh. Kemudian, kegiatan misa memakai garasi kereta kuda. Di pertengahan 1891 peletakan batu pertama pembangunan gereja Katedral baru juga di lokasi yang sama.
Tahun 1894 Pastor Antonius Dijkmans SJ pulang ke Belanda karena sakit. Pada 16 Januari 1899 Setelah Monseignor Luypen SJ mengumpulkan dana di Belanda, ditunjuk insinyur Marius J. Hulswit melanjutkan pembangunan batu ‘pertama’ diletakkan dan diberkati.
21 April 1901 Gereja Katedral, ‘Santa Maria Diangkat ke Surga’ diresmikan dan diberkati Monseignor Edmundus Sybrandus Luypen, SJ. Selain itu, peristiwa bersejarah yang ada di Gereja Katedral bergaya Neo Gotik yakni kunjungan Paus Paulus VI tahun 1970.
Kunjungan Paus Johanes Paulus ll tahun 1989 saat sedang berlangsung Sinode Pertama. Pada 28 April 1981 diresmikan Museum Katedral yang berlokasi di lantai mesanin gereja. Diprakarsai oleh Pastor R. Kurris,SJ.
Tanggal 13 Agustus 1988 Gereja Katedral selesai dipugar dan tahun 2002 kembali dibersihkan dicat ulang pada dinding luar. Gereja di Jalan Katedral, Pasar Baru, Jakarta Pusat, ini sejak 1993 dinaikkan statusnya menjadi bangunan cagar budaya dilindungi pemerintah.
Gereja Katedral berciri eropa dengan gaya neo gotik ini dilengkapi daun pintu yang menjulang tinggi dan banyak jendela. Tepat di bawah lukisan tersebut, di bagian kanan dan kiri gereja terdapat bilik-bilik yang digunakan sebagai tempat untuk pengakuan dosa.
Sementara di bagian depan terdapat altar suci pemberian dari Komisaris Jenderal Du Bus de Gisignies. Meski sudah berumur tua, meja altar tersebut masih digunakan sebagai altar utama dalam berbagai misa.
Kekinian, Gereja Katedral merupakan salah satuwarisan budaya Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan karena dinilai sangat bersejarah. Terdapat perpustakaan dan museum yang menjelaskan sejarah penyebaran ajaran Katolik di Jakarta.
Geraja bersejarah yang dibangun pada 6 November 1829 silam ini menjadi bangunan cagar budaya sebagai salah satu perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia. Berada dekat dengan Masjid Istiqlal membuktikan toleransi agama di Indonesia berjalan baik.
Mengutip berbagai sumber, pembangunan Gereja Katedral dimulai ketika Paus Pius VII mengangkat pastor Nelissen sebagai prefek apostik Hindia Belanda pada 1807. Dimana dimulainya penyebaran dan pembangunan gereja katolik di nusantara, termasuk di Jakarta.
Tahun 1808, pastor Nelissen bersama pastor Prinsen tiba di Batavia via Pelabuhan Pasar Ikan. Pastor Nelissen mendapat pinjaman sebuah rumah bambu berlokasi di pojok barat daya Buffelvelt (sekarang menjadi gedung departemen agama) untuk digunakan gereja.
Semua bangunan tersebut dipinjamkan dari pemerintah. Setahun kemudian, umat Katolik mendapat hibah sebidang tanah yang berlokasi di sebelah barat laut Lapangan Banteng dekat pintu air sebagai pengganti rumah bambu.
Karena ketiadaan dana, pembangunan gereja yang sudah dicanangkan urung dilaksanakan. Pihak gereja memohon kepada pemerintah Batavia untuk memberikan sebuah bangunan kecil yang berlokasi di jalan Kenanga di kawasan Senen untuk dijadikan gereja Katolik.
Bangunan tersebut milik Gubernemen yang dibangun sejak 1770 oleh Cornelis Casteleijn di bawah pengawasan Gurbernur Van Der Parra. Bangunan itu mempunyai luas sekitar 8×23 meter persegi ini sempat menjadi gereja bagi umat Protestan berbahasa Melayu.
Selain melayu juga berbahasa Belanda di Batavia. Setelah dilakukan renovasi di berbagai bagiannya, bangunan ini kemudian dijadikan Gereja Katolik yang mampu menampung hingga 200 jemaat untuk melakukan ibadah.
Pastor Nelissen kemudian memberkati bangunan gereja tersebut, dengan Santo Ludovikus sebagai pelindungya. Berdirinya gereja katolik ini tidak berlangsung lama, pada 1826 terjadi kebakaran hebat yang menghanguskan banyak bangunan di kawasan Senen.
Bangunan pastoral ikut menjadi korban, namun bangunan gereja tidak ikut terbakar meski mengalami kerusakan di beberapa bagiannya. Setelah kebakaran, bangunan gereja yang rusak tidak direnovasi, mengingat tanah tersebut bukanlah tanah milik gereja.
Tepat pada 9 April 1890 Gereja Katedral pertama runtuh. Kemudian, kegiatan misa memakai garasi kereta kuda. Di pertengahan 1891 peletakan batu pertama pembangunan gereja Katedral baru juga di lokasi yang sama.
Tahun 1894 Pastor Antonius Dijkmans SJ pulang ke Belanda karena sakit. Pada 16 Januari 1899 Setelah Monseignor Luypen SJ mengumpulkan dana di Belanda, ditunjuk insinyur Marius J. Hulswit melanjutkan pembangunan batu ‘pertama’ diletakkan dan diberkati.
21 April 1901 Gereja Katedral, ‘Santa Maria Diangkat ke Surga’ diresmikan dan diberkati Monseignor Edmundus Sybrandus Luypen, SJ. Selain itu, peristiwa bersejarah yang ada di Gereja Katedral bergaya Neo Gotik yakni kunjungan Paus Paulus VI tahun 1970.
Kunjungan Paus Johanes Paulus ll tahun 1989 saat sedang berlangsung Sinode Pertama. Pada 28 April 1981 diresmikan Museum Katedral yang berlokasi di lantai mesanin gereja. Diprakarsai oleh Pastor R. Kurris,SJ.
Tanggal 13 Agustus 1988 Gereja Katedral selesai dipugar dan tahun 2002 kembali dibersihkan dicat ulang pada dinding luar. Gereja di Jalan Katedral, Pasar Baru, Jakarta Pusat, ini sejak 1993 dinaikkan statusnya menjadi bangunan cagar budaya dilindungi pemerintah.
Gereja Katedral berciri eropa dengan gaya neo gotik ini dilengkapi daun pintu yang menjulang tinggi dan banyak jendela. Tepat di bawah lukisan tersebut, di bagian kanan dan kiri gereja terdapat bilik-bilik yang digunakan sebagai tempat untuk pengakuan dosa.
Sementara di bagian depan terdapat altar suci pemberian dari Komisaris Jenderal Du Bus de Gisignies. Meski sudah berumur tua, meja altar tersebut masih digunakan sebagai altar utama dalam berbagai misa.
Kekinian, Gereja Katedral merupakan salah satuwarisan budaya Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan karena dinilai sangat bersejarah. Terdapat perpustakaan dan museum yang menjelaskan sejarah penyebaran ajaran Katolik di Jakarta.
(ams)