Kisah Heroik Kapten Muslihat, Usir Tentara Inggris dan Sekutu dari Buitenzorg

Kamis, 15 Desember 2022 - 05:55 WIB
loading...
Kisah Heroik Kapten Muslihat, Usir Tentara Inggris dan Sekutu dari Buitenzorg
Potret Kapten Tubagus Muslihat. Foto: Istimewa/Dok Kotabogor.go.id
A A A
BOGOR - Nama Kapten Muslihat mungkin sudah tidak asing bagi masyarakat Kota Bogor. Kapten Muslihat sangat dikenal di Bogor karena dijadikan sebagai nama jalan yang berada di jantung kota yang dulu dikenal dengan nama Buitenzorge.

Jalan Kapten Muslihat tidak jauh dari Stasiun Bogor, jalan ini setiap hari ramai dilalui manusia dan kendaraan. Sebab, menjadi jalan utama penghubung Stasiun Bogor dengan Istana Bogor ini menyimpan sejarah panjang perjuangan rakyat Bogor melawan penjajah.

Di antara pejuang-pejuang kemerdekaan Kota Bogor, salah satunya Kapten Muslihat yang memiliki nama asli Tubagus (TB) Muslihat. Pemuda kelahiran Pandeglang, Banten 26 Oktober 1926 silam ini namanya sangat terkenal di Kota Bogor.

Ayahnya Tubagus Djuhanuddin adalah seorang kepala Sekolah Rakyat yang mendapat tugas di Bogor. Namun tak banyak yang tahu tentang kisah heroiknya yang gugur di usia muda untuk berjuang untuk kemerdekaan.

Dihimpun berbagai sumber dan data Pemkot Bogor menyebutkan, Kapten Muslihat dikatakan pernah bekerja di Bosbouw Proefstation atau Balai Penelitian Kehutanan di Gunung Batu Bogor dan pernah bekerja di Rumah Sakit Kedung Halang Bogor menjadi juru rawat.

Kisah Heroik Kapten Muslihat, Usir Tentara Inggris dan Sekutu dari Buitenzorg

Foto: Pemkot Bogor mengenang Kapten Muslihat dengan membuat patungnya di Pertigaan Jalan Merdeka, Kota Bogor. Foto/Istimewa

Lalu pindah ke jawatan kehutanan. Asal mula kisah heroik Kapten Muslihat, saat itu Kota Bogor dikuasai tentara Jepang yang kemudian mendirikan pasukan PETA (Pembela Tanah Air). Muslihat ikut bergabung PETA dan terpilih sebagai hudanco (komandan peleton).

Dia diangkat bersama dengan Ibrahim Ajie, M Ishak Juarsa, Rahmat Padma, Tarmat, Suwardi, Abu Usman, Rujak, dan Bustami. Namun saat Kota Hiroshima dan Nagasaki dibom sekutu pada 14 Agustus 1945.

Tentara Jepang membubarkan PETA dan menyuruh anggota PETA yang ada di asrama untuk kembali ke kampungnya masing-masing. Saat itu tepat 17 Agustus 1945 Presiden Soekarno dan Wapres M Hatta memproklamirkan kemerdekaaan Indonesia.

Tentara Jepang banyak yang kembali ke negaranya, dan situasi ini membuat semangat rakyat mengusir penjajah semakin kuat. Kantor-kantor yang diduduki tentara Jepang berhasil direbut oleh pejuang dan beralih menjadi milik Republik Indonesia.

Kapten Muslihat yang berjuang di Bogor langsung diangkat menjadi Kapten dan ditugaskan sebagai Komandan Kompi IV Batalion II Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Meski sudah sudah dinyatakan merdeka, Indonesia belum sepenuhnya bebas dari para penjajah.

Setelah Jepang lengser, datang tentara Inggris untuk kembali menjajah Indonesia. Mereka berhasil menguasai tempat-tempat utama. Di Bogor tentara Inggris mencoba merebut Istana yang waktu itu dijaga ketat pemuda-pemuda Bogor.

Mereka berhasil memasuki Istana Bogor dan memukul mundur para penjuang. Tak tinggal diam dengan hal itu, tepat 6 Desember 1945 rakyat Bogor melakukan pemberontakan dengan mengenakan bambu runcing, golok, dan pedang untuk mengusir penjajah.

Dengan persenjataan seadanya tersebut, mereka tak kenal takut menyerang markas-markas yang diduduki Inggris. Dengan bercucuran darah, sambil meneriakkan gema ‘Merdeka dan Takbir’ bertempur penuh semangat menumpas pasukan Inggris.

Kapten Muslihat bersama dengan pasukannya melakukan penyerangan ke markas-markas yang diduduki tentara Inggris dan sekutu, salah satunya kantor polisi yang berada di Jalan Banten. Kontak senjata pecah. Pasukan Inggris dan para pejuang saling tembak.

Kapten Muslihat keluar dari tempat persembunyiannya melakukan penyerangan terbuka. Dia menembaki para penjajah dan sebagian tentara Inggris tumbang. Berbagai pertempuran terjadi kala itu tidak hanya di satu wilayah Bogor, melainkan di berbagai wilayah.

Dalam baku tembak itu, timah panas musuh berhasil menembus perut Kapten Muslihat. Namun Sang Kapten tetap berdiri menembaki para penjajah. Timah panas kedua kembali menembus pinggang membuat Kapten Muslihat tumbang.

Darah bercucuran dan mengalir membuat kaos putih yang dikenakan berubah menjadi merah. Sang Kapten gugur di usia 19 tahun dan meninggalkan istri tengah mengandung. Perlawanan sengit juga dilakukan oleh R Ijok Mohamad Sirodz.

Dia meminta pemerintah militer Jepang menyerahkan gedung Bogor Shucokan (keresidenan) dan berhasil mengibarkan Merah Putih menggantikan Bendera Jepang, Hinomaru. Pertempuran lainnya terjadi di Kota Paris (Pasar Mawar) yang berlangsung pada malam hari.

Di lokasi ini terdapat kompleks hunian orang-orang Belanda (Kamp para interniran). Terjadi juga pertempuran di daerah Cemplang pada 1945.Pertempuran itu antara pejuang RI melawan pasukan tentara Gurkha (tentara bayaran sekutu) yang berjumlah 12 orang.

Pertempuran juga terjadi di daerah Maseng, Caringin, Kabupaten Bogor pada tahun 1945. Para pejuang juga sampai membangun sebuah monumen untuk mengenang perjuangan para pahlawan dari Kota Bogor.

Aksi Heroik Kapten Muslihat tidak pernah dilupakan dan terus dikenang jasa-jasanya. Selain dijadikan nama jalan utama, ornamen Kapten Muslihat sebagai pahlawan nasional juga ditampilkan di TMP Dredet Bogor bersama Mayor Oking dan Jenderal Sudirman.

Pemkot Bogor juga membuat Patung Kapten Muslihat dengan menempatkanya di Pertigaan Jalan Merdeka. Selain tempat terjadinya pertempuran juga agar patung bisa dilihat dari berbagai sisi oleh masyarakat dan akan dipasang menyerong ke arah Istana Bogor.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2680 seconds (0.1#10.140)